akhir mingguku

Adeline Susanto 15 Desember 2010
4-6 Desember 2010 Weekend! I loooove Saturday! Hari ini aku memutuskan ke Majene, untuk berinternet. Karena ada guru yang kos di Majene, aku pulang bersama beliau setelah menunggu sekitar 2 jam karena hujan deras. Sesampainya di Majene, aku diminta Bu Anti yang kebetulan sedang pelatihan aritmatika untuk singgah ke Hotel Tasha Centre karena ada guru-guru lain yang ingin bertemu.Wah, hotel Tasha Centre. Itulah tempat yang pertama kali kupijak saat pertama kali menyentuh Majene pada tanggal 11 November  pukul 01.00 pagi. Di tempat ini jugalah aku diberikan buku tentang kerarifan lokal orang Mandar. Berpikir hanya singgah sebentar ternyata tidak bisa. Selain karena guru-guru yang ingin bertemu sedang pergi sebentar, merasakan kenikmatan AC berhasil menahanku. Teknologi memang bermanfaat untuk memudahkan manusia menjawab tantangan alam. Atau menjauhkan Tuhan? Ah itu korelasi yang terlalu jauh, dan tidak berhubungan dengan topik kali ini. Intinya, aku bertahan sampai menjelang maghrib. Dengan alasan ka Uni, guru yang mengantarku, ingin mandi. Dari tempat tersebut, aku menuju ke gereja karena ada persekutuan pemuda. Mencoba mencari komunitas dan keluarga untuk bertumbuh. Sepulang dari gereja, aku menuju rumah fasilitator kami, ka Eda yang bertempat di Lembang. Seharusnya naik ojek, tapi tak ada ojek. Ada becak, tapi pemiliknya sedang pergi. Akhirnya aku berjalan menyusuri bukit dalam gelap malam tanpa diterangi lampu. It was the darkest path I have ever gone through, alone, without a single light. Memfokuskan mata untuk tetap dapat melihat jalan, dan berjalan di tengah-tengahnya sambil terus bernyanyi memohon perlindungan Tuhan. Thanks God akhirnya aku sampai. Tentunya kemudian dimarahi Ka Eda karena tidak menelpon minta dijemput. Sebenarnya aku tidak enak karena beliau sedang hamil mudah sehingga tidak seharusnya banyak mengalami guncangan, misalnya saat naik motor. Tapi aku juga mendapatkan pengalaman seru ini, yang memang tidak ingin kuulangi. Dari tempat ka Eda, kami berlanjut ke warung internet. Kuulang, INTERNET. Wow! Akhirnya, setelah hampir satu bulan tidak menyentuhnya. Akhirnya bisa kumasukkan tulisan-tulisan membosankan yang menyelamatkanku dari kesepian di hari-hari awal ke dalam blog Indonesia mengajar. Facebook, dan email, serta YM? Itu hal wajib yang selalu kubuka saat ada internet. Don’t mention twitter yet. Nanti aja itu kalau sudah kembali ke kota. Facebook addict is just enough. Kalau tidak ingat Ka Eda sedang hamil, kunci kamar ka Yayat terbawa kami, dan minggu pagi aku harus ke gereja, mungkin tidak kuakhiri kenikmatan ini. Menit online berhenti di angka 170, 11 ribu rupiah. Hari Minggu, bertemu dengan Arrum, Tika, Wiwin, Fauzan, Agung, dan akhirnya Sakti. Tetap saja menyenangkan bertemu mereka. Kami berkumpul di English Training Centre untuk membicarakan kerja sama pengajaran Bahasa Inggris. Akhirnya pulang sore hari dengan Petepete. Hari Senin, upacara. Lagi-lagi hanya murid-murid, aku, kepala sekolah dan Bu Titi guru kelas 1. Jam pelajaran pertama, pendidikan jasmani. Yak, sang guru izin karena harus mengumpulkan berkas prajabatan CPNS ke BKD di Majene. Akhirnya kuajak anak-anak untuk belajar bersikat gigi. Banyak di antara mereka yang ternyata tidak pernah sikat gigi. Pelajaran selanjutnya Pendidikan Agama Islam. Tidak ada yang dapat kumintai tolong tentang ini karena sang guru, Pak Abdul Hafid Baso tidak hadir. Minggu lalu berhasil kuminta Bu Anti untuk mengajarkan lagu rukun Islam kepada anak-anak. Hari ini Bu Anti mengajar di kelas 4 karena guru kelasnya tidak masuk. Akhirnya, kuajarkan saja anak-anak itu matematika. Pulang dari sekolah, para guru berkunjung ke rumah Pak Pengawas. Ada syukuran karena sang istri baru pulang dari Tanah Suci. Mekkah di Arab maksudnya. Selanjutnya aku dan bu Anti yang datang naik motor berjalan-jalan sebentar di Pasar Majene dan sekitarnya. Aku membeli sisir kutu, sekedar jaga-jaga jangan sampai kutu itu bersarang di rumahku. Inilah salah satu resiko berdekatan terus dengan anak-anak dengan latar belakang yang berbeda-beda. Setelah berpikir tentang manfaat helm, aku membeli satu helm. Yang paling murah di antara 2 toko yang kukunjungi daan terasa aman. 100 ribu rupiah, berlabel SNI, warna hitam dengan gambar sonny tail warna biru. It was okay. Hujan mulai menitikkan butir-butir airnya. Dan kamipun singgah sebentar di pinggir jalan. Setelah agak reda, kami melanjulkan perjalanan pulang. Bu Anti mengizinkanku menyetir motor. Mampir sebentar untuk makan kelapa muda enak di tepi pantai Pamboang sambil menatap terbenamnya matahari adalah angin surga. Namun itu baru permulaan. Selanjutnya? Yak, ban motor kempes. Setelah sedikit mendorong motor, kami ditolong Kak Unan untuk sampai ke tempat tambal ban terdekat. Ban belakang kami tertusuk paku ternyata. Matahari mulai benar-benar bersembunyi. Dan hujan sepertinya mulai tidak sabar ingin menyentuh bumi. Dalam gelap, deras hujan, dan dalam jam terbang yang sangat sedikit aku mengemudi. Dengan berkat Tuhan sajalah aku yang nekat ini akhirnya sampai ke rumah Bu Rapidah, sang pemilik motor. Baru dari sana kami menukar motor dengan motor sepupu Bu Anti. Motor yamaha ini memiliki kopling sehingga Bu Anti agak kagok memakainya dan menukar dengan Motor Bu Rapidah. Sedari rumah ini, Bu Anti menyetir sampai rumahku. Aku memutuskan menginap di tempatnya malam ini setelah minta izin  Bapak dan ibu. Hari yang menegangkan. Ditutup dengan menonton Festival Film Indonesia yang merupakan siaran langsung dari Central Park di RCTI. Merasakan lagi suasana Ibu kota, dan daerah sekitar rumah. Film 3 hati, 2 dunia, 1 cinta memenangkan penghargaan film terbaik. Well, well.. I still prefer film Cin(T)a keluaran tahun 2009. Film independen yang punya ide dasar yang sama. BESOK LIBUR!

Cerita Lainnya

Lihat Semua