Ini Tentang Cinta

Abdullah Kholifah 19 April 2014

Setelah kurang lebih 3 bulan membersamai anak-anak SDN 005 Tanjung Harapan, sepertinya saya mulai mengerti bahwa jatuh cinta memang persoalan sederhana, ia tidak memerlukan alasan, hanyaserangkaian pembuktian bahwa ada rasa kesalingan untuk membutuhkan satu sama lain, melengkapi satu sama lain, dan kerelaan berkorban untuk kebaikan satu sama lain.

Semenjak awal hari pertama masuk sekolah sampai sekarang, banyak kejadian-kejadian tidak terduga yang membuat benih-benih cinta itu terus tumbuh. Syarat-syarat untuk jatuh cinta ada di setiap harinya. ia mengalir layaknya air di muara-muara sungai yang mengelilingi desa Slengot tempat dimana SDN 005 Tanjung Harapan berada lalu bersauh di lautan lepas teluk Ampar seakan ingin mengatakan kepada dunia, ada cinta yang tumbuh di desa ini.

Betapa tidak, dari pagi sampai malam selalu ada saja hal-hal mengejutkan dari anak-anak. pernah suatu ketika, seperti sore-sore setiap harinya, aku disibukan dengan mengajar kelas tambahan. Ketika biasanya dilaksanakan di ruang kelas sekolah, aku menginginkan suasana yang baru. Maka aku ajak anak-anak untuk berjalan ke tambak untuk belajar di dekat bangunan yang ada disana. Untuk sampai ke tempat tersebut membutuhkan usaha yang tidak sederhana, sepanjang perjalanan lumpur ada dimana-mana. Sehingga mau tidak mau sendal yang kebetulan saat itu aku pakai penuh dengan lumpur.

Tumpukan tanah lumpur tersebut memenuhi sendal dan juga bercaknya mengotori celana ku. Setelah berjalan melalui jalan berlumpur, akhirnya sampai di bangunan yang kami maksud. aku lepas sendal tersebut lalu bergegas masuk ke dalam bangunan bersama anak-anak yang lain. Namun saya sadar bahwa ada satu orang yang ketika awal berangkat bersama namun saat ini pergi entah kemana, setelah di cek ternyata anak itu sedang membersihkan sendal saya yang penuh lumpur di sungai kecil tepat di samping bangunan. Pada saat itu saya bergumam, cinta mereka sangat sederhana, sesederhana ingin memastikan bahwa sendal gurunya bersih seperti sedia kala.            

Dalam cinta juga ada rasa rindu, berharap mentari pagi untuk segera muncul kembali sesaat mentari kembali keperaduan. Sederhana, hanya untuk menyapa mereka di ujung jembatan yang menghubungkan sekolah dengan jalan utama desa sembari memberikan tos “high five” sambil berseru “Anak Juara!” lalu mengisi kelas-kelas mereka dengan sambutan hangat dari wajah yang nampaknya sudah tidak sabar lagi menerima pelajaran, lalu dilanjutkan dengan bermain sampai sore.

Di cinta juga ada rasa cemburu, banyak orang yang bilang cemburu adalah bumbu dalam cinta. Dalam setiap harinya, tentunya tidak berjalan seperti apa yang kita inginkan. Terkadang keinginanku dengan anak-anak ada saja yang berbeda. Terkadang mereka ingin main seharian di dalam kelas namun pada saat yang bersamaan aku menginginkan mereka untuk dapat menaati kesepakatan agar dapat tertib di dalam kelas sehingga materi pelajaran yang aku sampaikan dapat dipahami dengan baik oleh mereka, dan untuk memastikan itu cinta, tidak jarang teguran mengalir untuk memastikan bahwa kita masih dalam frekuensi yang sama.

Entah sudah berapa banyak pelajaran tentang cinta yang saya dapati dari keseharian bersama mereka, namun satu yang pasti bahwa ketulusan itu ada di setiap pembuktian cinta yang mereka tunjukan, terlebih untuk guru-gurunya.

Nak, terima kasih untuk cinta kalian.


Cerita Lainnya

Lihat Semua