Heru Tesar Ichsan

Pengajar Muda XVII

Heru Tesar Ichsan, atau yang lebih disapa dengan Heru adalah pemuda Aceh yang lahir 24 tahun silam di kota Lhokseumawe (Aceh). Heru kecil menghabiskan masa kanak-kanaknya di kota kelahiran ibunya kota Tebing Tinggi (Sumatera Utara), dikarenakan pada saat itu kota Lhokseumawe tidak kondusif karena sedang berkonflik. Namun Heru tidak pernah hilang kecintaan nya terhadap tanah kelahirannya. Bulan Juni 2004, Heru kembali lagi ke Aceh setelah suasana tanah kelahirannya kembali kondusif, namun kesedihan itu hadir lagi ketika Desember 2004 Aceh dilanda duka lara, kami diberi cobaan oleh Allah Swt dengan Gempa dan Tsunami dengan kekuatan yang dahsyat kala itu. Namun, semuanya kembali bahagia setelah musibah tersebut hadir, dan saat ini Aceh mulai menapaki jejak dirinya untuk tumbuh kembang.

Heru adalah lulusan ilmu komunikasi (public relations) di Universitas Malikussaleh. Selama kuliah, Heru menghabiskan masa-masa terindahnya dengan banyak mengikuti kegiatan kemahasiswaan dan  sosial. Di dunia luar kampus, Heru mendirikan sebuah komunitas yang mengumpulkan anak muda kota kelahirannya untuk fokus pada isu pendidikan, sosial dan lingkungan, komunitas itu ia beri nama “Turun Tangan Lhokseumawe”. Selain di turun tangan Lhokseumawe, Heru juga pernah berkumpul dengan penggerak-penggerak di kota Lhokseumawe untuk merumuskan sebuah kegiatan, dari pertemuan itu lahirlah sebuah kegiatan yang bernama “Aceh Social Leader Forum”, sebuah kegiatan yang mengumpulkan pemuda/i Aceh untuk bersama merumuskan sebuah inisiasi positif untuk kemajuan Aceh pasca konflik, tsunami dan damai.

Mimpi Heru untuk menjadi pengajar muda sudah lama ia impikan, dan ketika ia lulus kuliah, ia meluruskan niatnya itu dengan mengucap bismillah, ia mendaftarkan dirinya menjadi pengajar muda angkatan 17 dan alhamdulillah Heru lolos menjadi satu dari 48 pengajar muda yang akan di berangkatkan menuju enam lokasi penempatan yang tersebar dari barat hingga timut Indonesia. Menjadi pengajar muda adalah langkah Heru untuk merefleksikan dirinya, apakah ia sudah berkontribusi untuk negaranya. Mengkritik dan terus mengkritik pemerintah membuat Heru sadar kalau itu tak cukup, butuh wujud nyata sebagai pemuda yang akan melihat kemajuan negaranya dan itu ia mulai dari sini, di SDN 003 Setumuk, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.