Ribuan Relawan Kerja Bakti Membuat Media Belajar Kreatif di Festival GIM
5 Oktober 2013Jakarta (5/10)—Ribuan orang lakukan aksi nyata untuk pendidikan dengan menjadi relawan Festival Gerakan Indonesia Mengajar (Festival GIM), tanggal 5-6 Oktober. Saat pendaftaran online ditutup pada tanggal 4 Oktober pukul 18:00 WIB, tercatat sebanyak 9.141 orang yang mendaftar jadi relawan kerja bakti sehari di Festival GIM. Pada saat pelaksanaan, diperkirakan lebih dari 10 ribu relawan akan berkumpul di Ecovention Hall, Ancol, Jakarta karena panitia juga akan membuka pendaftaran di tempat (on the spot).
Direktur Eksekutif Indonesia Mengajar, Hikmat Hardono pun meyakini Festival GIM kerja bakti terbesar di Jakarta. Perencanaan dan pelaksanaan festival ini pun tak kalah unik, seluruhnya dilakukan oleh relawan panitia yang jumlahnya lebih dari 900 orang dan tanpa menggunakan jasa event organizer. Istimewanya, para relawan panitia bahkan ikut membayar iuran kegiatan yang sama dengan jumlah yang dibayarkan relawan peserta.
Hikmat mengatakan, akumulasi jam kerelawanan untuk mengadakan Festival GIM hingga di hari pelaksanaannya tak kurang dari 97.712 jam kerja. Karena itu, persiapan dan penyelenggaraan Festival GIM sesungguhnya adalah kerja bakti terbesar di abad modern. “Jika akumulasi jam kerelawanan itu dikonversi menjadi rupiah, nilainya setara Rp 4,85 miliar,” kata Hikmat dalam Media Briefing Festival GIM di lokasi penyelenggaraan.
Latar belakang kegiatan ini, kata Hikmat, yaitu untuk menjadi wadah interaksi antar semua orang yang memperjuangkan pendidikan. Sejak mengirimkan Pengajar Muda pada 2010, mereka menyaksikan ada banyak pejuang pendidikan yang berjuang dengan dedikasi tinggi di tengah kesederhanaan. Saat ini, Gerakan Indonesia Mengajar pun bergerak bersama sekitar 4.000 relawan yang bekerja dalam berbagai bentuk perannya di gerakan pendidikan. Festival ini dapat menjadi kesempatan untuk mempertemukan keduanya.
Menariknya, walau Festival GIM baru digelar pada tanggal 5-6 Oktober 2013 di Ancol, ada banyak pihak yang ingin terlibat kerja bakti lebih awal. Misalnya saja Sekolah Madania di Bogor yang melibatkan siswa-siswinya untuk kerja bakti mencicil persiapan kegiatan wahana Kemas-kemas Sains pada akhir September kemarin. Lantaran tanggal pelaksanaan Festival GIM berhimpit dengan jadwal Ujian Tengah Semester, mereka pun ingin ikut berkontribusi dengan memotong-motong kardus bekas menjadi trapesium berukuran tertentu yang akan jadi bahan peraga Kompor Matahari.
Koordinator wahana Kemas-kemas Sains, Haiva Muzdalifa menyebutkan, kegiatan kerja bakti lebih awal ini dilakukan di 16 titik di Jabodetabek dan Bandung selama dua pekan terakhir. “Jumlah potongan kardus yang dibuat jumlahnya hampir 17 ribu keping dengan berbagai bentuk,” kata relawan yang sehari-hari bekerja di perusahaan farmasi multinasional ini.
Sementara itu, jumlah buku yang tergalang di wahana Kotak Cakrawala pun telah melampaui target 60 ribu eksemplar saat sehari sebelum pelaksanaan. Buku-buku tersebut berasal dari belasan kotak pengumpulan (dropbox) di ibukota, misalnya di tiga toko buku Gramedia, sejumlah sekolah, perusahaan, maupun instansi tempat kerja relawan. Ada pula kelompok relawan dari Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya yang menggalang buku di kotanya masing-masing kemudian dibawa ke Festival GIM.
Wadah Multiaktivasi Sosial Pertama
Festival ini, kata Hikmat, juga menjadi wadah multiaktivasi gerakan sosial pertama di Indonesia. Di Festival GIM, relawan diajak membuat media belajar kreatif di wahana-wahana kerja yang tersedia.
Pertama, ada Kotak Cakrawala, aktivitas memilih, mengemas dan mengirim buku terbaik untuk dikirimkan ke rumah belajar di penjuru nusantara. Kedua, ada Kartupedia, aktivitas merangkum informasi mengenai pengetahuan umum jadi kartu belajar yang menarik untuk sekolah dan masyarakat. Ketiga, ada Kemas-kemas Sains, aktivitas membuat dan mengemas alat peraga untuk perkaya pembelajaran sains dan matematika di 126 SD di nusantara
Keempat, ada Teater Dongeng, aktivitas merekam dongeng dan cerita rakyat yang diperankan sendiri untuk ditonton bersama di desa-desa ujung republik. Kelima, ada Kepingpedia, aktivitas membuat puzzle ilustrasi pengetahuan sebagai sarana belajar asyik untuk siswa. Keenam, ada Video Profesi, aktivitas merekam cerita inspiratif tentang profesi relawan untuk referensi cita-cita mereka.
Ketujuh, ada Melodi Ceria, aktivitas menyanyikan lagu anak dan daerah untuk perkaya khazanah tentang budaya nusantara. Kedelapan, ada Sains Berdendang, aktivitas mengkreasikan lagu populer dengan materi pelajaran untuk ceriakan kegiatan belajar di sekolah. Kesembilan, ada Surat Semangat, aktivitas membagi motivasi lewat cerita inspiratif yang dituangkan dalam surat.
Selain kesembilan wahana kerja di atas, juga ada Aula Indonesia, wahana kolaborasi antar relawan untuk menjalin jejaring persaudaraan. Seluruh dari festival ini akan dikirimkan ke 126 SD penempatan Indonesia Mengajar yang tersebar dari Aceh sampai Papua.
Kabar Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda