info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Pengajar Muda Bukan Lagi Satu-Satunya Penggerak

24 Januari 2014

Pak Nyong adalah seorang guru muda honorer. Jarak dari rumah menuju sekolah cukup jauh. Jika SD Torosubang berada di ujung desa, maka rumah Pak Nyong berada di ujung desa yang satu lagi. Selain menjadi guru, Pak Nyong masih membantu keluarganya membuat kerupuk kamplang khas Bajo yang terbuat dari ikan cakalang. Selain itu dia juga pandai memasak.

Membawa anak-anak ikut lomba, mendaftarkan anak-anak ikut lomba, membimbing dan menemani anak-anak ikut lomba, semua hal tersebut biasanya dilakukan Pengajar Muda seorang diri. Kalaupun ada keterlibatan guru, biasanya hanya sekadar menemani.

Pada masa tugas Pengajar Muda I, SD Torosubang belum mampu mengirim anak-anaknya mengikuti banyak perlombaan. Jaringan stakeholder yang masih lemah, informasi perlombaan yang masih sedikit, dan kondisi siswa yang belum memungkinkan, masih menjadi kendala yang nyata. Pertambahan dan pengurangan pun masih belum dikuasai.

Namun tunas perubahan mulai tumbuh.

Pada saat Pengajar Muda II bertugas, anak-anak SD Torosubang mulai mampu membawa prestasi. Piala juara II Cerdas Cermat tingkat Kecamatan Mandioli dan juara III Cerdas Cermat tingkat Kabupaten berhasil dibawa pulang. Puncaknya adalah dikirimnya Irgayanti Alkatiri untuk mengikuti Konferensi Anak Tingkat Nasional di Jakarta. Saat itu seorang guru Pegawai Tidak Tetap (PTT) lokal bersedia menemani ke Jakarta, namun pembimbingan untuk sampai lolos seleksi masih ditangani Pengajar Muda.

Di tahun ketiga kedatangan Pengajar Muda, semakin banyak prestasi yang ditorehkan Torosubang. Tidak hanya dari perlombaan akademis, tetapi juga ekstrakurikuler. SD Torosubang berhasil lolos semifinal kejuaraan sepakbola, Halmahera Selatan Cup, dan menyabet juara untuk kategori Tim Terfavorit. Torosubang juga mampu meraih juara I untuk Cerdas Cermat dan juara III untuk lomba Membaca Puisi Tingkat Kecamatan Bacan Timur Tengah. Pada kedua lomba tersebut, keterlibatan Pengajar Muda masih cukup besar.

Dan sebuah perubahan terjadi.

Pada perlombaan dalam rangka Isra Mikraj tingkat Kecamatan Botang Lomang, seorang guru honorer berinisiatif mendaftarkan anak-anak SD Torosubang untuk mengikutinya. Ia menangani segala proses dari pendaftaran, pembimbingan, latihan, dan menemani anak-anak di saat lomba.

Pengajar Muda hampir sama sekali tidak terlibat dalam proses tersebut. Hasilnya cukup mengejutkan, SD Torosubang berhasil meraih empat piala sekaligus dalam ajang perlombaan tersebut. Juara I Lomba Cerdas Cermat, juara II dan III lomba membaca puisi, serta juara I Busana Muslim. Guru yang berhasil membawa anak-anak Torosubang meraih juara tersebut adalah Pak Nyong.

Pak Nyong juga aktif dalam mengikuti pelatihan guru yang diadakan oleh Pengajar Muda, selalu antusias selama training, dan yang lebih hebat lagi, menerapkan apa yang didapatnya dari training tersebut. Ia kini membuka kelas sore untuk praktik Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pak Nyong juga pernah membawa anak-anak untuk belajar di alam. Ia mengajak anak-anak belajar di pantai untuk mengamati kehidupan biota di sekitar pantai. Saat Dinas Pendidikan mengirimkan berbagai perangkat media pembelajaran ke sekolah, Pak Nyong pulalah yang mulai mencoba menggunakannya di kelas.

Sekarang Pengajar Muda tidak menjadi satu-satunya guru yang mengajar kreatif, tidak satu-satunya guru yang melakukan pembelajaran di alam, dan tidak satu-satunya guru yang berhasil membawa anak-anak meraih prestasi dalam ajang perlombaan.

***

*Cerita ini seperti yang disampaikan oleh Thontowi Ahmad Suhada, Pengajar Muda tahun 2012-2013 di Kabupaten Halmahera Selatan.


Kabar Lainnya

Lihat Semua