info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Laskar Moa, Tak Perlu Malu untuk Terus Tumbuh

30 Mei 2023

#ceritabulanpendidikan -- "Kami tidak memilih, kami tidak dipilih" kalimat yang diucapkan rekanan Indonesia Mengajar saat saya akan diberangkatkan menjadi Pengajar Muda ke daerah penempatan. Indonesia Mengajar tidak memberikan Pengajar Muda kesempatan untuk memilih pengabdian di daerah mana, atau tinggal dengan siapa. Begitu pula masyarakat daerah yang tidak dapat memilih siapa Pengajar Muda yang akan datang dan membersamai mereka. Itu semua sudah menjadi formula khusus Indonesia Mengajar yang pada akhirnya baru saya ketahui alasannya setelah saya menjalaninya.

September 2021 adalah pengalaman penerbangan pertama saya ke tanah Sulawesi Tengah. Saya ditugaskan untuk mengabdi dan membersamai lini pendidikan yang ada di Kabupaten Sigi. Saya ditempatkan di Desa Moa, desa yang perlu ditempuh kurang lebih 6 jam dari kabupaten jika dilakukan dalam satu waktu tanpa bermalam. Tak pernah saya terpikir ada desa yang bernama Moa, desa di lembah gunung tanpa listrik PLN, tanpa sinyal apapun. Desa yang masih otentik dan belum terekspos kemajuan teknologi. Sama seperti keberadaan teknologi, pendidikan di Desa Moa juga masih harus terus diupayakan. Hanya ada satu sekolah dasar di sana, tidak ada SMP maupun SMA. 

Sebelum menginjakkan kaki di desa, yang ada dalam pikiran saya adalah anak-anak yang rajin pergi ke sekolah seperti pada umumnya, dan tugas saya hanya akan turut serta berkolaborasi dengan pihak sekolah untuk bergerak lebih maju. Nyatanya, di awal kedatangan saya di Desa Moa, kehadiran siswa ke sekolah jarang terjadi. Nampaknya hal ini disebabkan karena faktor jarak sekolah yang jauh, sehingga kedatangan guru pun memiliki jadwalnya tersendiri.

Pagi itu ketika pertama kalinya sekolah dibuka kembali, entah ada informasi dari mana akan kedatangan saya, segerombolan anak-anak sudah memenuhi pelataran sekolah. Padahal ketika itu kehadiran saya di desa mengalami penundaan jadwal yang belum pasti sehingga warga desa belum sepenuhnya tahu akan kehadiran saya. 

Pertama melihat sekolah yang sekian waktu jarang dibuka, ibarat wahana permainan yang sudah  lama tutup dan akan dibuka kembali. Banyak anak-anak yang mulai antri untuk bermain. Saya tidak berbohong ketika mengatakan terharu dan bangga melihat antusias mereka. 

Hari demi hari, SDN Moa kian menuju perkembangan yang positif. Setelah sekian lama akhirnya untuk pertama kali upacara bendera diadakan, kegiatan pramuka juga berjalan, kegiatan belajar mengajar kian hari berlangsung semakin kreatif dan seru. Kehadiran guru dan anak-anak ke sekolah juga semakin rutin.

Sekolah kami jarang sekali mengikuti kegiatan di luar sekolah. Banyak yang mengatakan jika sekolah di gunung tak bisa apa-apa dan akan kalah dengan sekolah di dataran. Namun, semangat anak-anak tak pernah padam. Orang tua dan masyarakat di desa selalu senang dan mendukung setiap anaknya untuk maju dalam pendidikan. Saya pun selalu memotivasi anak untuk selalu berani dan tidak boleh malu. 

Ketika itu ada kegiatan se-kecamatan yang mana pertama kalinya SDN Moa ikuti, kami tampil bernyanyi di depan publik. Rasa gugup pasti ada, hingga akhirnya anak-anak bisa tampil dengan tenang dan semangat seperti 'laskar pelangi' yang tak pernah menyerah. Sejak itu pun kami menyebut SDN Moa dengan 'Laskar Moa'. 

Mulai dari bernyanyi untuk pertama kalinya, waktu demi waktu kami selalu mencoba untuk ikut dalam berbagai kegiatan. Dimana saat itu juga pertama kalinya SDN Moa mengikuti lomba "Pekan Olahraga Tingkat Kecamatan". Ada beberapa lomba yang dihadirkan diantaranya gerak jalan, bulu tangkis, voli sepak bola, lari maraton. Hari itu anak-anak penuh semangat dalam mengikuti lomba, mereka semua melakukan dengan sepenuh hati dan tidak ada lagi rasa malu atau tidak percaya diri. Hingga hal yang tak disangka berpihak pada anak-anak, kami mendapat gelar juara umum karena memenangkan beberapa lomba yaitu, juara 1 voli, juara 2 sepak bola, juara 1, 2, dan 3 untuk lari marathon puteri sampai juara 2 gerak jalan. Perasaan  saya yang terlintas saat itu amat sangat bangga bisa melihat anak-anak yang terus tumbuh dalam keberaniannya. Mereka adalah benih yang hebat dan terus tumbuh kuat seperti pohon jati. Kian hari mereka semakin pintar dan berani menerjang segala hambatan seperti macan kumbang. 

Sejak hari itu, SDN Moa selalu hadir dalam setiap perlombaan. Bukan untuk selalu juara, tetapi untuk menyalurkan potensi dari setiap anak. Hingga saat ini, kabar baik selalu datang dari SDN Moa, bahkan terakhir kali ada anak yang berhasil menjuarai lomba khotbah tingkat kecamatan dan sampai mendapatkan juara 2 ketika maju tingkat kabupaten.

Dari sini saya belajar bahwa keterbatasan bukan menjadi penghalang untuk bisa berhasil, tapi terus mencoba dan terus berusaha untuk tumbuh. Sejatinya pendidikan itu sama, tinggal seberapa giat kita menjaga benih-benih yang ada untuk terus tumbuh dan berkembang.


---

Penulis: Joko Supriyanto, Pengajar Muda XXI, Kab. Sigi, Sulawesi Tengah (instagram: josupyt)

Editor: Diana K

 


Kabar Lainnya

Lihat Semua