Indonesia Mengajar: Masih dan Terus Berlayar

22 Oktober 2021

Lebih dari sekadar angka dan waktu, kami melihat sepuluh tahun kali ini sebagai mercusuar perjalanan yang dulunya samar. Sangat samar. Sama seperti jenis angka dan satuan lain yang biasa disebut di dalam lingkaran Indonesia Mengajar. 10 tahun, 28 kabupaten penempatan Pengajar Muda, 1.037 Pengajar Muda dari total 181.410 pendaftar, 84 kabupaten/ kota pelaksanaan Ruang Berbagi Ilmu, 900+ relawan Ruang Berbagi Ilmu, 4.944 peserta Ruang Berbagi Ilmu, 192+ kabupaten/ kota pelaksananaan Kelas Inspirasi dan angka-angka lainnya yang bisa saja terus disebutkan sejauh yang mampu kamu atau kami ingat selama berkegiatan bersama Indonesia Mengajar. Itu semua adalah deret angka yang hampir pasti dulunya juga adalah mercusuar yang samar. Bahkan sama sangat samarnya dengan sepuluh tahun tadi.

Sebagai contoh, bukan tak jarang, 'kan, diskusimu dan teman-teman saat mempersiapkan sebuah kegiatan berujung pada satu pertanyaan, “Bisa jalan sampai kapan, ya, ini?”, “Berapa banyak, ya, yang akan daftar?”, “Akan berlangsung di mana saja, ya, kegiatan ini?”, atau pertanyaan-pertanyaan lain dengan kandungan kesamaran yang sama.

Tapi singkat cerita-tanpa mendiskreditkan proses lecet-lecetnya, seringkali program tersebut akhirnya tetap kami jalankan walau dengan ciri khas ke-IM-an (baca: NEKAT). Tak jarang pula keraguan dan pertanyaan-pertanyaan tadi terjawab dengan hasil yang justru melampaui bayangan yang pernah dibayangkan di awal.

Berharap relawan yang daftar paling tidak 100 orang, eh, ternyata yang daftar 150. Berharap inisiatif yang digawangi penggerak dan dinas pendidikan di daerah bisa berjalan baik paling tidak sampai tahun depan, eh, masih berjalan hingga memasuki tahun kelima. Ingin sekali melihat murid yang diajarkan tetap bersekolah paling tidak sampai SMP (dan tidak menikah dulu), eh, sekarang sudah mau lulus SMA dan ada keinginan berkuliah di kota sebelah. Ingin agar ada satu atau dua tempat yang menduplikasi inisiatif baru, nyatanya ada 20-an daerah yang ingin ikut menginisiasi kegiatan serupa. Termasuk untuk Indonesia Mengajar sendiri, yang tak pernah terbayang bisa melampaui lima tahun pertamanya, nyatanya kini sudah mencapai sepuluh tahun dan belum ada tanda-tanda keinginan untuk berhenti.

Tentu dari situ, mengevaluasi berbagai capaian yang diraih menjadi bagian yang esensial. Tapi bagi Indonesia Mengajar, yang tak kalah menarik untuk juga dicari jawabannya adalah “Mengapa tadi ada kata NEKAT?” 

Misalnya saat pandemi melanda, beberapa pertanyaan sempat dilayangkan seperti “Rekrutmen Pengajar Muda dan relawan masih berjalan?”, “Pelatihan Pengajar Muda tetap jalan saat pandemi?”, “Penarikan Pengajar Muda dari penempatan jadi?”, “Persiapan berbagai inisiatif masih akan berjalan?”, “Indonesia Mengajar mengirimkan Pengajar Muda ke daerah baru?” Dan nyatanya, memang tak ada jawaban lain selain “Masih.” sebagai jawaban terbaik untuk diberikan saat itu ke para pihak yang bertanya.

Namun alih-alih menyulitkan, bagi kami pandemi kemarin justru memperjelas jawabannya. Bahwa ternyata, seringkali kenekatan demi kenekatan muncul karena ada orang-orang lain juga-belum tentu sahabat karib atau telah kita kenal dekat sebelumnya- yang saling membantu dan memilih terjun langsung sejauh yang mereka bisa. Hal itu seakan memberikan pesan kuat bahwa sebenarnya mereka juga sedang mempertaruhkan keraguan dan kesamaran yang sama hingga menjadi tidak beralasan jika kita tidak ikut bergerak bersama-sama.

Pengiriman Pengajar Muda berjalan seperti biasanya, Kelas Inspirasi yang mencoba beradaptasi dengan pelaksanaan secara daring, Ruang Berbagi Ilmu yang juga sudah mengimplementasikan program secara daring, perayaan 1 Dekade Indonesia Mengajar yang diadakan secara tatap maya melalui platform online, hingga pendaftar Pengajar Muda angkatan XXII di tahun 2021 yang menembus angka 7.807.

Apa jangan-jangan upaya-upaya itu pula yang menjadi dorongan KENEKATAN para relawan Indonesia Mengajar, di mana ada rasa malu atau gelisah yang terlalu besar jika saat itu memilih berhenti dan diam saja? Di mana samarnya arah dan mercusuar pelayaran menjadi nomor kesekian dibanding rasa ingin mengayuh kapal ini sekuat tenaga bersama-sama orang di sebelahmu?

Pandemi memang sedang memorak-perandakan bangsa ini. Namun kami tetap dengan pemikiran yang sama: anak-anak Indonesia akan terus tumbuh. Kita tidak bisa serta-merta melontarkan kalimat “Anak-anak jangan ulang tahun dulu, ya. Kita masih pandemi, kami belum menyiapkan lingkungan yang baik untuk pendidikan dan perkembanganmu.”

Hari yang terus bergulir tentunya juga diiringi dengan usia anak-anak Indonesia yang terus bertambah. Dan pendidikan, mau tidak mau, menjadi paket yang semestinya berjalan selaras dengan anak-anak Indonesia. Indonesia Mengajar melihat tak ada pilihan lain di situasi pandemi ini selain terus bergerak.

Untuk itu, jika saja ada pertanyaan yang sama dilontarkan pada kami saat ini pun jawaban kami masih tetap sama. Masih. Kami dengan segenap hati masih ingin mengayuh. Karena mereka semua pun masih. Masih di laut dengan ribuan kapal yang sama. Masih menari-nari dengan kerumunan semangat yang sama. Masih keriuhan yang sama. Serta masih kenekatan dan kehangatan yang sama.

Di momen 76 tahun kemerdekaan Indonesia, Indonesia Mengajar dengan penuh percaya diri dan keyakinan tetap mengirimkan Pengajar Muda ke 5 (lima) daerah penempatan baru: Nias Barat (Sumatra Utara), Kayong Utara (Kalimantan Barat), Sigi (Sulawesi Tengah), Seram Bagian Timur (Maluku), dan Maybrat (Papua Barat).

Pun dengan gembira hati, pertanyaan yang sama akan kami lontarkan kepadamu, “Maukah kamu mengayuh bersama ribuan kapal di laut walau (sekali lagi) mercusuar pelayaran di depan masih sama samarnya seperti dulu?”





 


Kabar Lainnya

Lihat Semua