Berbagi Ilmu di Ujung Republik
19 Desember 2013Rasa lelah dan letih sempat menghampiri ketika mereka di Saumlaki. Perjalanan dari Jakarta ke Saumlaki ternyata tak seperti yang dibayangkan semula. Setelah menaiki pesawat rute Jakarta-Ambon, mereka masih harus menyambung perjalanan menaiki pesawat kecil dari Ambon untuk sampai di ibu kota Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) tersebut.
Adalah Farida Wulandari dan Anna Fatmawati, dua orang guru dari Sekolah Global Mandiri yang rela menempuh jarak ribuan kilometer demi berbagi ilmu dengan teman-teman guru SD pada Pelatihan Intensif Pengembangan Kompetensi Guru SD MTB.
Sekitar pukul 12:30 WIT, pesawat kecil yang mereka tumpangi mendarat di Saumlaki. Mereka berdua disambut oleh Asisten Kepala Dinas Pendidikan Pemkab MTB di bandara untuk kemudian diantar ke hotel. Sesampainya di hotel, alih-alih beristirahat selepas perjalanan jauh, mereka berdua dipanggil lagi untuk segera memberikan pelatihan saat itu juga.
"Baru 20 menit datang, saya langsung diminta menemui Kepala Dinas Pendidikan, Bapak Holmes Matrutty dan Pengajar Muda. Lalu oleh Bapak Matrutty diminta datang ke tempat pelatihan," tutur Farida.
Maka pada saat itu juga, mereka bergegas berangkat menuju Gedung Kesenian, tempat pelatihan diadakan. Setelah sampai di sana, mereka disambut oleh para peserta yang sangat antusias. Rasa lelah dan letih pun hilang seketika melihat semangat para peserta.
"Hari itu, setengah hari, kami melakukannya spontan tanpa script," ujar Farida.
Selama setengah hari itu Farida dan Anna perkenalan dan memberikan penmainan-permainan menarik untuk menyegarkan pikiran para peserta pelatihan. Selama dua hari yaitu tanggal 19-20 November 2013, Farida dan Anna memberikan pelatihan tentang pembelajaran kreatif kepada 112 peserta yang mewakili semua SD yang ada di MTB.
Hari selanjutnya, Farida dan Anna memberikan materi tentang Pembelajaran Tematik Sains Kreatif dan Problem Solving. Selain memberikan teori, keduanya juga mengajak peserta untuk mempraktikkan langsung. Hal ini bertujuan agar para peserta dapat menerapkan di lapangan teori yang mereka dapatkan.
Di sela-sela sesi itu, Farida punya cerita tentang semangat para peserta yang tak ia sangka. "Waktu itu saya mau menerangkan sesuatu yang membutuhkan whiteboard. Saya minta diambilkan, bapak-bapaknya langsung berlarian buat ngambilin whiteboard," ungkap Farida.
Semangat yang luar biasa itu tak hanya terasa di ruangan tempat pelatihan, tetapi juga di barak tempat peserta menginap. Selama kurang lebih sebulan, guru-guru SD ini tinggal di sebuah bangunan yang baru dibangun untuk gudang beras. Mereka rela tidur hanya beralaskan karpet demi mengejar ilmu.
"Jangankan tidur di lantai, tidur di hutan pun saya mau," tutur salah satu peserta pelatihan seperti ditirukan Anna.
Ketika Farida dan Anna mengunjungi barak, para peserta menyambut mereka ini dengan penuh rasa haru. Bahkan ada peserta yang memeluk kedua trainer ini.
Di hari ketiga, Farida dan Anna memberikan workshop yang berfokus pada kreativitas pembelajaran sains.
Banyak sekali kejadian unik lain yang kedua trainer ini alami. Salah satunya ketika mereka akan pulang ke Jakarta, mereka ketinggalan pesawat kecil. Padahal pesawat tersebut hanya terbang sekali dalam sehari.
"Jadinya kita menunggu besoknya lagi, karena pesawatnya cuma sekali sehari," tutur Farida.
Dari pengalaman ikut serta dalam pelatihan ini, Farida dan Anna mendapatkan pelajaran yang sangat berharga.
"Kita di sana saling berbagi ilmu. Kami ngasih, tapi kami pulang juga membawa sesuatu," ungkap Farida.
***
Ditulis oleh Nadia Rizqi Cahyani, Internee Divisi Public Engagement Indonesia Mengajar
Kabar Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda