info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Aisyah dan Mimpinya ke Jakarta

30 Juni 2012

 

(Jakarta, 30/06)

“Bu, Jakarta itu rumahnya seperti rumah-rumahan ya. Banyak sekali gedungnya...” Itulah kalimat yang terlontar dari Aisyah, siswi kelas 2 SDN 015 Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur ketika menginjakkan kaki untuk pertama kalinya ke Jakarta. Dari dalam pesawat, gadis cilik ini terpana saat melihat Jakarta yang seperti miniatur “rumah-rumahan” jika dilihat dari atas langit sana. Mimpinya untuk bisa ke Jakarta, terwujud.

Gadis cilik yang bernama lengkap Aisyah Nur Andhita, sejak awal telah bertekad untuk mengikuti olimpiade ini hingga tahap final; hadir ke Jakarta. Aisyah adalah anak didik dari Fransisca Andana Okasanawati, Pengajar Muda yang ditempatkan di Desa Sungai Tuak, Kabupaten Paser yang lolos ke tahap final olimpiade sains tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Komik Sains Kuark.

Aisyah berhasil menyisihkan ribuan siswa dari berbagai penjuru tanah air yang mengikuti olimpiade ini. Bersama dengan tujuh orang temannya dari SD yang sama, Aisyah mengikuti babak penyisihan olimpiade di kabupaten pada Februari 2012 lalu. Kemudian pada 24 Maret 2012, peserta yang lolos ke babak semifinal OSK 2012 diumumkan. Nama Aisyah tertera di sana, dan ia mendapat peringkat 13 dari 39 siswa yang lolos se-Kabupaten Paser.

Prestasi yang dicapai oleh Aisyah menjadi kebanggaan tersendiri bagi sekolah, guru dan keluarganya. Ibu Eliani, guru yang ikut mendampingi Aisyah menyampaikan rasa syukur dan bangganya. “Lolosnya Aisyah, anak dari Desa Sungai Tuak hingga bisa ke Jakarta, merupakan mukjizat luar biasa untuk kami.”

Menjelang waktu pelaksanaan final olimpiade ini, Aisyah bersemangat untuk belajar.  “Bahkan Aisyah sendiri yang meminta saya untuk diajarkan,”  ujar Oka, Pengajar Muda yang ditugaskan di sekolah Aisyah.

Saat tiba babak penyisihan pada 18 Februari 2012, Aisyah mengerjakan soal – soal yang ada dengan sangat baik. Waktu yang diberikan 90 menit, namun Aisyah bisa menyelesaikannya dalam waktu 50 menit dari 50 soal yang disediakan.

Aisyah sangat serius dalam mempersiapkan final ini. Sepulang sekolah, ia langsung mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah, kemudian mengaji di masjid di dekat rumahnya. Setelah pulang mengaji, ia datang ke rumah tinggal Oka untuk latihan soal hingga sore dan dilanjutkan malam setelah magrib.

Menurut Oka, Aisyah merupakan sosok siswa yang aktif, rajin belajar dan suka membaca buku. “Semua buku habis dibacanya setiap kali saya membawa buku. Dibandingkan teman-teman sebayanya, Aisyah sudah sangat lancar membaca,” tambah alumni Universitas Gadjah Mada ini.

Sabtu siang ini, setelah Aisyah menyelesaikan soal babak final, ia menyampaikan kesannya selama mengerjakan soal-soalnya. “Aku bisa mengerjakan soal yang tertulis tadi. Lebih susah daripada soal semifinal kemarin. Tapi aku mau jadi juara,” ucap Aisyah penuh dengan optimisme.

Walau bukan berasal dari sekolah unggulan dan minim fasilitas di sekolah maupun desanya, hal ini tidak membuat gentar Aisyah untuk belajar. Semangat dan prestasi Aisyah, menunjukkan bahwa sekolah di pelosok tidak kalah dengan anak – anak di kecamatan, kabupaten maupun kota-kota lainnya.

Keberadaan Aisyah dan anak-anak lainnya di berbagai pelosok Indonesia, menunjukkan bahwa masih banyak mutiara-mutiara terpendam yang harus kita asah dan asuh.

*) Kontributor: Fransisca Andana Okanasawati, Pengajar Muda Kab. Paser, Kalimantan Timur


Kabar Lainnya

Lihat Semua