info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Irpan, Ultraman, dan Kamera Macan

Yunita Fransisca 25 Februari 2011

"Mbak Nyunyuuuuuuuunnnnnnn!!!!!"

Itulah teriakan yang selalu menyambutku setiap aku memasuki halaman sekolah. Teriakan seorang anak berumur 4 tahun lebih, berkulit hitam, berbadan sekal yang bernama Irpan. Dengan muka penuh bedak dan bertelanjang kaki, ia pun akan berlari menghampiriku sambil tertawa-tawa. Irpan adalah keponakan ibu asuhku, anak dari MbokDe yang berjualan di sekolah. Hampir setiap pagi, ia mengikuti ibunya berangkat ke sekolah kami untuk berjualan. Sementara MbokDe berjualan, Irpan biasanya bermain dengan siswa-siswa sekolahku. Perkenalanku dengan Irpan cukup unik. Di hari-hari awalku bertugas di sekolah, aku sering bertemu dengannya. Setiap aku nongkrong di warung MbokDe, ia kuajak bicara. Tetapi ia hanya melihatku dan tersenyum kecil, diam seribu bahasa. Hanya beberapa menit kutanya-tanya tanpa jawaban, ia pun akan berlari meninggalkanku. Aku pikir, ia mungkin memang pemalu dengan orang baru. Hingga akhirnya suatu hari, aku tau dari MbokDe bahwa Irpan sangat suka dengan Ultraman. Ya, tokoh jagoan dari Jepang yang wajahnya tidak bereskpresi itu. Kata MbokDe, setiap hari Irpan selalu minta diputarkan dvd Ultraman atau ia akan menangis bila tidak diputar. Setiap ikut ibunya ke pasar pun, ia akan merengek minta dibelikan dvd Ultraman. Mmmm... Ultraman toh, pikirku. Ada topik yang bisa dijadikan bahan pembicaraan kami berarti. Dulu ketika kecil pun, aku sering menonton Ultraman. Jadi, paling tidak aku tahu lah apa yang bisa dibicarakan tentang Ultraman. Maka, aku pun menghampiri Irpan. "Irpan suka sama Ultraman, ya?"tanyaku. Seperti biasa, ia hanya mengangguk dan tersenyum malu tanpa bersuara. "Wuih, sama dong! Aku juga suka Ultraman! Keren Ultraman itu. Dia bisa terbang kaya gini (sambil menirukan gaya Ultraman yang bersiap terbang). Terus kalo kekuatannya mau anis, lampu di dadanya kedip-kedip. Tapi abis itu dia ga kalah. Dia kan bisa ngeluarin kekuatan super kaya gini kan ya?(sambil menirukan gaya andalan Ultraman) Hiaaaatttttt!!!" celotehku. Daaaaan... berhasil. Dari matanya mulai muncul binar-binar tertarik. Dia pun mulai angkat bicara, "Di rumah ku ada kaset Ultraman. Banyak. Aku suka nonton." Pembicaraan kami tentang Ultraman pun bergulir. Sejak saat itu, setiap pagi, aku selalu menyapanya dengan gaya Ultraman *kedua tangan direntangkan kemudian disatukan hingga membentuk sudut siku-siku*. Irpan pun akhirnya mulai akrab denganku :D

Irpan dan gaya Ultramannya

Melihat Irpan yang selalu bermain di sekolah, aku pun mengajaknya untuk belajar membaca bersamaku. MbokDe menyambut keinginanku dengan antusias. Ransel merah bergambar upin ipin, buku tulis, dan peralatan tulis pun segera disiapkan oleh MbokDe. Setiap sore di rumah akhirnya ramai dengan celoteh Irpan dan Nanta, sepupu Irpan yang juga ikut belajar mengenal huruf. Berbekal lagu anak-anak warisan masa kecil dan krayon, aku merasa seperti guru privat anak TK :D Irpan antusias sekali belajar denganku. Di kala siang ia datang ke rumah, maka ia akan mengajakku belajar. Di sekolah pun ia akan mengajak belajar. Terharu. Semoga semangat belajarnya terus bertahan hingga tak mampu lagi belajar :) Sejak kelas belajar membaca kami, Irpan semakin lengket denganku. Kemana aku berada di sekolah, ia pun akan mengikuti. Bahkan hingga di ruang kepala sekolah! Ketika aku sedang berbicara dengan Pak Kepala Sekolah, ia masuk dan bermain-main dalam diam di bawah samping kursiku, menunggu aku selesai sebelum mengajakku keluar bermain bersamanya. Terkadang aku suka kewalahan sendiri. Biasanya aku memberikan ia buku bergambar binatang dan kami membaca bersama *pengetahuannya tentang binatang cukup hebat untuk anak seusianya*, atau sekadar memberinya kertas dan krayon untuk menggambar. Pernah suatu kali ketika aku sedang mengajar kelas 1, aku sedang bertanya kepada murid-muridku apa saja yang biasanya ada di halaman rumah. Saat sedang sibuk merespon jawaban dari muridku, dari luar terdengar teriakan memanggil, "Mbak Nyunyuuuuunnnn... Mbak Nyunyuuuuuuunnnn..." Bah, bah. Irpan ini. Bergegaslah aku keluar sebentar untuk menegurnya agar tidak menggangguku ketika sedang mengajar. Pintu kubuka. Tampak kepala kecil muncul dari samping pintu bagian bawah. Dengan mata berbinar, ia pun berkata "Ular sama kodok." Ya Rabb. Dia rupanya dari tadi mendengarkan apa yang kutanyakan pada muruidku. Aku langsung tertawa dan mengajaknya masuk untuk belajar bersama. "Masuk yuk, sini sama Mbak Nyunyun, kita gambar. Teman-temannya mau gambar sebentar lagi." Dia pun mengangguk dan ikut masuk bersamaku. Irpan, Irpan... Karena sering mengikutiku, Irpan tahu apa yang sering kulakukan. Salah satunya adalah memotret. Aku memang cukup sering membawa kamera sakuku ke sekolah. Aku senang memfoto ekspresi anak-anak. Melihat kameraku, Irpan pun minta dibelikan 'potret kaya punya mbak nyunyun'. MbokDe akhirnya membelikan Irpan sebuah kamera mainan. Dia senang sekali bermain-main dengan kameranya itu. Kamera berwarna abu-abu-hitam yang bisa mengeluarkan foto-fotoan seperti kamera polaroid.

'Cekreeekkk!' Irpan beraksi dengan kameranya

Di awal Irpan mendapat kamera mainan itu, Irpan melakukan suatu pemikiran kritis *bahkan... berpikir kritis memang telah dilakukan manusia usia dini :D*. Jadi, kalau kita melihat ke viewfinder dari kamera Irpan, maka akan terlihat binatang dalam pose tertentu. Ketika kita memencet kameranya, maka akan terlihat binatang berbeda. Seperti slide showfoto binatang lah kira-kira jika dipencet berkali-kali. Jadi, suatu kali, di kala mainan itu masih baru, Irpan memanggil kakaknya, Irna, untuk ia foto. "Mbak Inaaa... sini aku fotoin!"Cekrek! Dengan lihai ia memencet tombol kameranya. Setelah melihat viewfinderkameranya, Irpan terdiam dan bergegas menghampiri MbokDe. "Mamaaaaakkkk! Ini kok ga kaya potretnya Mbak Nyunyun? Aku foto Mbak Ina kok gambarnya malah macan? Bukan Mbak Ina?"

Cerita Lainnya

Lihat Semua