# 2 Mencintai Pramuka = Mencintai Indonesia
Wiwik Yulihaningsih 15 April 2014Aku bersyukur Tuhan telah mempertemukan aku dengan mereka, seperti menemukan permata dalam lumpur kedua kalinya, setelah aku menemui anak – anak hebat di SD kini aku menemukan semangat membara di mata mereka. Mereka adalah anak – anak SMA yang berhasil kuracuni dengan Pramuka, bukan racun dalam arti sesungguhnya.
Awalnya, aku putus asa ketika aku mulai membuka ekstrakulikuler pramuka di SMA. Hanya ada dua orang saja Sri dan Marten yang hadir tiap latihan. Segala capaian dambaanku tentang kepramukaan hilang di awal – awal bulan pertama latihan, sempat ingin mengakhiri saja ekstrakulikuler itu karena tidak begitu mendapat respon yang baik dari warga sekolah termasuk guru- guru. Tapi niat burukku itu tidak di restui oleh Allah nampaknya, karena semangat Marten dan Sri yang begitu luar biasa berhasil mengajak anak – anak yang lain bergabung. Tanpa seragam pramuka pastinya, sungguh mereka datangpun itu sudah cukup membuatku senang. Benar saja anak – anak mulai aktif latihan meskipun tanpa seragam, its not big deal begitu pikirku. Seragam itu hanya formalitas, yang terpenting adalah jiwanya sudah mulai terbuka untuk menerima pramuka itu jauh lebih dari cukup.
Mengajarkan pramuka itu bukan masalah A B C D, atau masalah AD ART/ SKU dan berkemah terlebih pada usia penegak seperti mereka. Ini jauh lebih menantang dari pada mengajarkan penggalang menghafal morse atau semaphore. Akhirnya aku membuat kesepakatan dengan mereka untuk belajar memantaskan diri menjadi pramuka bersama – sama. Menjadi teman bagi mereka, yah itu yang kulakukan agar aku bisa masuk ke dunia mereka. Aku belajar untuk tidak menggurui, tapi menunjukkan yang aku tahu. Latihan demi latihan telah kami lewati, akhir semester ganjil menjadi momentum paling di tunggu bagi mereka, karena aku telah menyiapkan Persami. Dengan dana Rp. 0,- aku menyetting kegiatan perkemahan yang merupakan perkemahan pertama dalam hidup mereka, menyiapkan kegiatan yang menarik agar mereka tidak kecewa. Tentu saja dengan bantuan mereka semua. Melatih mereka untuk bisa menjadi panitia sekaligus peserta.
“Kalo katong mau belajar katong harus belajar yang benar to ibu, jadi tra boleh marah macam ibu kasih betul. Katong pu keinginan jadi pramuka yang baik,” kata Sri, yah kata itu meluncur halus di gendang telingaku saat rapat persiapan akhir kegiatan.
Alhamdulillah kegiatan itu berjalan baik, 30 anak ikut serta dalam kegiatan kali itu. Langkah yang baik untuk mulai menggerakkan organisasi intern sekolah yang sudah mati suri. Setidaknya anak – anak ada kegiatan di sore hari selepas jam sekolah. Sedikit demi sedikit aku mengenalkan mereka dengan pramuka tak hanya mengenalkannya tapi mengajari mereka untuk jatuh cinta. Aku berharap Perkemahan sederhana itu bisa menjadi jembatan awal dan pembelajaran bagi anak – anak yang ikut. Sungguh aku tak membuat kegiatan yang muluk, yang terpenting mereka tahu prosesnya agar nanti mereka bisa membuat kegiatan yang lebih besar dari perkemahan kecil di akhir desember 2013 ini.
Mengajari mereka mencintai pramuka sama seperti mengajari mereka mengenal Nasionalisme. Buktinya mereka pun jua yang akhirnya mengajariku untuk lebih mencintai pramuka dan tanah air ini. seperti pada upacara penutupan kali itu, mereka dengan khidmat menyanyikan hymne pramuka dan Padamu Negeri. Merinding aku mendengar mereka menyanyikan itu. Yah, senja itu begitu indah untuk di goreskan dalam diary.
“Kalu katong ikut pramuka macam katong tambah cinta deng katong pu Indonesia, ne....”
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda