Mutiara Itu Ada Disini

Widhi Wulandari 19 Agustus 2013

Enci (sebutan untuk guru perempuan), sudah terlihat kan pantainya?Itu depe (dialek masyarakat Sangihe) nama pantai, Pantai Bangka!Kita sering mendeno (mandi) di Pantai ini, Nci. Main kelereng disini.” Seru anak-anak dengan penuh semangat. Pada hari itu anak-anak dan Ibu kepala sekolah sengaja membuat acara piknik di Pantai Bangka dalam rangka perpisahan dengan Pak Guru Amri yang akan segera digantikan olehku.

Secara bergerombol aku dan anak-anak membuat arak-arakan menuju pantai, suka, cita, riang, bernyanyi bersama sepanjang jalan. Untuk mencapai Pantai Bangka, kami hanya perlu kurang lebih 15 menit, waktu untuk berjalan. Selama perjalanan kami melewati kebun dan beberapa rumah masyarakat. Tak ada sedikit pun raut wajah lelah yang ditunjukkan anak-anak. Mereka bahagia, bahkan sangat bahagia sepanjang jalan.

Sesampainya di pantai, anak-anak langsung menyebar, ada yang naik pohon kelapa, berenang, bermain kelereng, main kartu, mencari ubur-ubur dan gurita, membakar ikan, main karet, main pasir dan apa saja yang menurut mereka menyenangkan.

Mereka adalah alasanku untuk tetap ada disini. Mereka adalah kebahagiaan yang tidak bisa ditukar dengan apapun juga. Mereka adalah mutiara bangsa yang keberadaannya masih jauh dari urban, masih belum terjamah, masih tidak terlihat dari sana. Tapi mereka ada disini, di Pulau ini, di Matutuang ini, bersinar dan begitu terang. Mereka adalah titipan Tuhan yang memiliki hak yang sama dengan anak-anak di perkotaaan. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua