Berani Jujur

Widhi Wulandari 24 September 2013

Pagi itu udara sangat cerah, matahari senantiasa menyinari SDN.Matutuang dan tersenyum hangat pada anak-anak. Beberapa anak ada yang bermain neka di lapangan, anak-anak lain ada yang membaca buku cerita bergambar, ada pula sisanya yang piket menyapu kelas dan ruang guru. Sementara itu para guru sibuk menyiapkan materi ajar dan mengisi daftar hadir. Tepat pukul 07.15 segala aktivitas kala itu, buyar seketika karena suara lonceng yang dibunyikan oleh Ibu Kepala Sekolah. Bunyi lonceng sebanyak 3 kali adalah pertanda untuk apel setiap pagi, sebelum masuk kelas.

Dengan bersemangat dan sigap anak-anak membuat barisan, sesuai dengan kelasnya masing-masing. Pagi ini giliran anak kelas 5 yang menjadi pemimpin apel. Setelah pemimpin apel mengambil alih pimpinan, barisan pun disiapkan kemudian diistirahatkan untuk mendapat amanat dari Ibu Kepala Sekolah.

Pada pembukaan amanatnya Ibu Kepala Sekolah memilih topik tentang kebersihan sekolah dan kelas. Suasana masih kondusif saat itu, sampai akhirnya muncul beberapa siswa SMP yang melewati anak-anak serta guru SD yang sedang apel di lapangan. Salah satu dari beberapa siswa SMP itu sudah mengucapkan salam ketika hendak melewati barisan yang sedang apel, namun saat itu Ibu Kepala Sekolah mungkin sedang terlalu fokus pada amanatnya sendiri, sehingga tidak mendengar salam dari siswa SMP. Secara spontan dan sontak mengagetkan seluruh peserta apel, tetiba Ibu Kepala Sekolah, mengalihkan amanatnya yang semula tentang kebersihan menjadi membahas tentang sopan santun dan menuding anak SMP yang baru saja lewat, tidak sopan karena tidak mengucapkan salam ketika melewati guru-guru SD.

Setelah selesai marah-marah dan sedikit memaki pada anak-anak SMP, Ibu Kepala Sekolah melanjutkan kembali amanatnya dan tiba-tiba membahas tentang tamanan jeruk lemong di depan rumahnya yang habis dicuri oleh anak-anak SD. Raut wajah anak-anak saat itu yang awalnya ceria berubah menjadi getir dan terlihat ketakutan. Rupanya memang anak-anaklah yang mengambil jeruk lemong milik Ibu Kepala Sekolah saat sepulang sekolah.

Dari sekian banyak wajah ketakutan dan gelisah pagi itu, hanya ada satu wajah gagah namun tetap terlihat ada raut penyesalan yang dalam. Wajah itu milik Geo, dia adalah muridku di kelas 4, dengan berani, ia mengangkat tangan, mengakui kesalahannya karena telah mencuri jeruk lemong milik Ibu Kepala Sekolah dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Luar biasa sekali anak ini, di usianya yang masih muda, ia sudah paham betul mengenai sikap jujur yang harus ia tanamkan dari hal yang paling sederhana.

Melihat kejujuran Geo, Ibu Kepala Sekolah pun terenyuh dan segera menghentikan pembahasan mengenai pencurian jeruk lemong sekaligus mengakhiri amanatnya. Dengan perasaan bangga dan senang, aku menghampiri Geo dan mengucapkan selamat padanya, karena ia sudah berani jujur serta sudah menjadi contoh yang baik bagi teman-temannya.

Begitulah anak-anak, ada saja hal-hal mengejutkan yang dibuatnya, terkadang memang sangat sederhana namun sering kali mengingatkan kita pada hal-hal hakiki yang sering kita lupakan.


Cerita Lainnya

Lihat Semua