Bioskop Mini Di Awal Tahun Pelajaran
WAHYU NUR HIDAYAT 18 Juli 2012Hari ini adalah hari ketiga saya mengajar di sekolah yang baru berdiri 2 tahun, SDN 2 Pasir Haur namanya. Seperti yang telah saya rencanakan dengan pengurus kelas 5 di hari sebelumnya, hari ini kami akan menyelenggarakan aksi tayang pemutaran film perdana di “bioskop mini”. Agenda ini sifatnya rahasia karena selain kami, belum ada yang tahu. Kami ingin memberikan kejutan kepada siswa kelas 5 dan kelas 6 sebagai penonton VIP dengan tayangan film yang belum pernah mereka tonton sebelumnya di “bioskop mini”.
Di hari sebelumnya, ketika di depan kelas, sayapun sempat bertanya kepada anak-anak kelas 5, “Anak-anak, adakah dari kalian yang tahu tentang bioskop?”. Serentak mereka menjawab “Naon pak?”, yang artinya “apa itu pak?”. Saya pun merasa kurang yakin dengan pertanyaan yang baru saja saya lontarkan, mungkin kata-kata saya yang kurang dapat dipahami oleh anak-anak, sehingga saya ganti dengan, “Kalau begitu, apakah kalian pernah mendengar kata-kata bioskop atau layar tancap?”. Seketika mereka hening untuk beberapa saat sampai ada beberapa anak yang bilang, “tidak Pak!”. Kalau begitu memang benar, mendengar kata bioskop saja belum pernah, apalagi menonton film di bioskop.
Sayapun memaklumi kalau anak-anak tidak tahu dan belum paham tentang bioskop karena salah satu alasannya adalah akses komunikasi dan penerangan di tempat kami belum sepenuhnya terinstalasi. Terhitung baru 5 hari, kami bisa merasakan listrik PLN dan itupun hanya terinstalasi di 4 rumah saja. Sehingga di keseharian sebelumnya, untuk acara menonton siaran televisi, terbatas pada pukul 7-10 malam di rumah-rumah yang hanya mempunyai genset. Sehingga wajar jika budak (read: siswa) tidak mengenal bioskop ataupun film-film layar lebar. Dari sinilah muncul ide untuk membuka “bioskop mini” dengan sajian menu film pendidikan bagi anak-anak.
*
Hari ini pun, saya berangkat ke sekolah pagi-pagi dan bertemu dengan 4 siswa pengurus kelas 5. Untuk mempercepat waktu sebelum bel masuk sekolah berbunyi, sayapun membagi tugas kepada 4 siswa tersebut untuk mempersiapkan segala keperluan yang berhubungan dengan aksi tayang perdana “bioskop mini”. “Bioskop mini” inipun tidak diselenggarakan di sekolah melainkan di rumah salah satu penduduk, hal ini selain untuk memberikan suasana baru di awal tahun pelajaran, juga untuk mengenalkan kepada siswa bahwa belajar tidak hanya dapat dilakukan di dalam kelas saja tetapi belajar identik dengan dimana dan kapan saja.
Sementara mereka sibuk mempersiapkan perlengkapan pendukung, saya pun turut mengecek kesiapan “bioskop mini”. Tentunya yang utama adalah laptop, mini LCD dan layar yang kesemuanya merupakan sumbangan dari Acer yang diberikan kepada Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar untuk Pengajar Muda. Saya harus memastikan baterai laptop dalam kondisi full dan mini LCD siap untuk digunakan. Setelah semua perlengkapan siap, kamipun mempersiapkan layout dan menata tempat “bioskop mini”.
Bioskop ini kami sebut “mini” karena hanya dibutuhkan laptop, mini LCD dan layar dengan perlengkapan pendukung seperti speaker aktif. Ketiga sumbangan dari Acer tersebut sangatlah bermanfaat untuk membantu kami menyelenggarakan acara nonton bareng di “bioskop mini”. Ketika aliran listrik masih sangat terbatas, baterai laptop harus menunjukkan angka 100%. Dengan begitu acara nonton pun bisa berjalan lancar karena cadangan energi listrik yang dibutuhkan tercukupi. Apalagi, laptop Acer Aspire 4830Z ini memiliki ketahanan baterai yang lumayan lama ketika digunakan untuk memutar file-file multimedia, yaitu berkisar antara 2-3 jam. Sehingga cocok jika laptop ini diberikan untuk para Pengajar Muda yang notabene di tempat-tempat penugasannya kurang pasokan listrik.
Selain laptop sebagai media pemutar film, kami juga membutuhkan LCD dan layarnya, karena tak mungkin jika 87 siswa dari kelas 5 dan 6 melihat film secara bersama-sama melalui layar laptop yang hanya 14 inchi. Ternyata kebutuhan kami itu telah diperhitungkan pula sebelumnya oleh pihak Acer, sehingga buah tangan Acer lainnya bagi kami adalah mini LCD beserta layarnya. Mini LCD bisa dikatakan bagus dan sangat cocok bagi daerah pedalaman karena jika ditinjau dari segi fisiknya yang memang mini, ternyata hasil output atau tampilannya tak kalah dengan LCD ukuran normal biasanya. Selain itu untuk daerah yang sulit listrik saya berikan 2 jempol bagi mini LCD ini karena input daya yang dibutuhkan bisa langsung diambilkan dari laptop melalui usb tanpa membutuhkan daya lainnya sehingga sangat praktis. Namun juga tidak menutup kemungkinan jika digunakan juga daya yang langsung dari instalasi listrik utama tanpa mengambil dari usb.
Dengan tersedianya prasarana dari Acer inilah kami bisa dengan lancar menyelenggarakan aksi tayang film perdana dengan sukses. Selama lebih dari 2,5 jam kami memutar film Laskar Pelangi dan beberapa film pendek. Rencananya bioskop mini ini akan terus kami buka untuk minimal sekali setiap bulannya. Hal ini karena selain respon anak-anak yang sangat bagus, juga pemutaran film di “bioskop mini” tidak membutuhkan tenaga ekstra.
“Pak, setiap Jum’at aja nonton filmnya?”, ujar seorang anak. “Iya pak, iya...”, sahut teman-teman lainnya. “Nanti minimal sekali setiap bulan kita akan nonton film, ya nak”, sayapun berlalu sambil menyunggingkan senyum dan bersyukur bahwa mulai hari ini kami punya wahana refreshing baru.
Terima kasih Acer...
Terima kasih Indonesia Mengajar...
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda