info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

"Biar Lelah Harus Tetap Semangat", Kata Opil

Umi Qodarsasi 24 Maret 2014

Opil, anak kelas 2 yang kinestetiknya sangat tinggi. tangan dan kakinya tak pernah bisa tenang. Bukan hanya benda mati yang menjadi sasaran, namun teman di kelas juga ikut menjadi objek. Orang-orang di pulau menjulukinya "begal" (anak yang sangat nakal), dikarenakan sikapnya sering membuat orang marah dan jengkel, dia pernah melepas ayam tetangga, membuang alat-alat sekolahnya serta sederet kenakalan yang lain. Gertakan tak membuatnya jera. Di kelas, dia juga sering bertingkah. tidak mau menulis, selalu membuat keributan, menjahili temannya. Pada awalnya aku bingung kenapa opil susah diatur dan tidak bisa dinasehati, dari teguran hingga bicara dari hati ke hati tak mapu mengubah perilakunya di kelas. Hingga suatu saat aku mencoba untuk mendampinginya lebih intensif, menunggu dia menulis bahkan ketika teman-temannya sudah pulang. Dari hari ke hari dia mulai senang diperhatikan, mulai terbuka, dan mulai bercerita.

Setiap hendak sholat jum'at dia selalu menemaniku, kebetulan letak masjid tak jauh dengan rumahnya yang naik turun bukit. butuh waktu kurang lebih 1 jam untuk mencapai masjid dan rumah Opil. Sepanjang jalan kita bernyanyi, tertawa, dan bercerita. Melihatku yang berjalan gontai karna kelelahan, Opil bilang, “ayo Enci..biar lelah harus tetap semangat”. Kata-kata itu sejenak menjadi teguran dan membuatku merefleksikan perjalananku selama ini. Seringkali aku putus asa dan mudah menyerah ketika manghadapi masalah. Anak ini menyadarkanku untuk memandang masalah secara proporsional dan menjalaninya dengan penuh semangat.

Sesampai di masjid, Opil menungguku hingga selesai sholat Jum’at. Opil beragama kristen protestan. Selepas dari masjid, aku sempatkan berkunjung ke rumah Opil yang terletak di ujung belakang pulau Beeng Darat. Ssangat sepi, hanya jelas terdengar suara hewan di hutan dan deburan ombak di pantai. Di situlah kutemukan jawaban dari pertanyaanku tentang Opil. Ternyata Opil hanya tinggal bersama Omanya sejak dia masih balita. Ibunya sudah lama meninggalkannya, ayahnya tak tau entah kemana. Sejenak terbayang sifat-sifat Opil dan kini aku tau apa sebab dari semua itu. Opil masih terlalu kecil untuk bisa mengungkapkan kesepiannya, mengungkapkan kesedihannya, mengungkapkan kerinduannya yang begitu dalam akan kasih sayang orang tua. Opil terlalu kecil untuk bisa menerjemahkan kondisi hidupnya dan terlalu kecil untuk berfikir apa yang sebaiknya dia lakukan.

Tiba-tiba hati berdesir, sedih...membayangkan anak sekecil itu hidup sendiri di sudut pulau, hanya bersama Omanya. Sejak awal bertemu, aku sudah mempunyai kesan tersendiri terhadap anak ini, ketika acara pisah sambut Pengajar Muda. Dia duduk di depan, selalu menghindari kontak mata dan tersenyum malu. wajahnya tampan. Ternyata aku menjadi wali kelas 2, hal itu mengkondisikanku untuk terus berinteraksi dengannya, mengenalnya lebih dalam.

Banyak sisi lain dari Opil, mungkin orang lain tak sempat melihatnya. Bagiku Opil adalah anak yang kuat dan penuh semangat. Opil tidak selalu nakal, Opil juga bisa menunjukkan kasih sayangnya pada orang lain. Seperti yang kurasakan ketika dia dengan setia menemaniku ke masjid setiap hari Jum’at dan menungguku hingga selesai sholat. Opil hanya butuh lebih banyak sentuhan perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Aku yakin Opil akan tumbuh menjadi seseorang yang tegar menjalani hidupnya, semoga kebahagiaan tak enggan singgah pada Opil.. “Biar Lelah, Harus Tetap Semangat”.


Cerita Lainnya

Lihat Semua