Bel Listrik Si Calon Teknisi

Trista Yudhitia Bintoro 20 Mei 2014

Belajar tentang Listrik memang bukanlah hal yang mudah.  Membedakan apa itu listrik statis dan dinamis kadang membuat pusing kepala. Menjelaskan rangkaian listrik dengan menerawang dari catatan di papan tulis tentu membutuhkan imajinasi yang luar biasa. Lebih-lebih, jika ada istilah ‘dewa’ lainnya seperti elektromagnetis dan cara kerjanya.  Begitulah yang dirasakan siswa kelas 6 dalam materi IPA bab listrik yang mereka pelajari.  Bab materi tentang Listrik menjadi momok yang membosankan dan menyulitkan.    

Sering sekali kita dengar bahwa guru yang paling baik adalah pengalaman itu sendiri.  Lebih baik belajar sambil mempraktekkan dibanding hanya menerka-nerka di pikiran tentang apa yang terjadi.  Pelajaran IPA di SDN Bandar Agung sering sekali memanfaatkan alat peraga KIT yang didapat dari dana DAK rehabilitasi sekolah.  Begitulah yang dilakukan wali kelas 6, Pak Sarwo Edi.  Beliau mendelegasikan tugas membuat bel listrik kepada anak-anak kelas 6 untuk lebih memahami cara kerja elektromagnetis.  Selain itu, tentu saja menjadi nilai tambahan untuk memperbaiki nilai IPA sebagian dari anak murid yang membuat guru-guru menggelengkan kepala.

Yang menarik dari anak SD adalah ketika ia diberi tugas membuat sesuatu, ia akan bersemangat melaksanakannya.  Sama halnya dengan tugas bel listrik ini.  Beberapa anak laki-laki terlihat mengumpulkan kaleng susu bekas untuk dibuat menjadi wadah bunyi.  Beberapa anak lainnya mengumpulkan kayu-kayu di sekitar rumah untuk membuat rangka dari bel listrik tersebut.

Pagi-pagi sebelum masuk kelas, berbekal kaleng susu, kayu, paku, konduktor seng, dan kawat tembaga, anak-anak sudah sibuk berkumpul di parkiran motor guru untuk membuat tugas tersebut.  Ada yang sibuk meminjam gergaji dari rumah, ada yang memotong-motong kaleng, ada yang malah sudah selesai dan sibuk membantu temannya yang belum selesai.  Beberapa siswa kelas 4 dan 5 yang sedang berolahraga juga terlihat bergabung karena penasaran.

Namun mereka setuju satu hal: praktek itu seru.  Praktek bel listrik ini mengajak murid-murid yang tadinya malas belajar, menjadi bersemangat.  Belajar menjadi menyenangkan karena mereka belajar dari sesuatu yang konkrit.  Dengan merakit satu persatu, mereka dapat mengetahui dari mana arus listrik mengalir dan bagaimana baut yang terhubung pada lembaran seng bisa bergerak maju mundur memukul kaleng sehingga berdering.  Mereka bisa bermain dengan logika mereka. 

Selain itu, praktek ini juga mengajarkan mereka tentang kesungguhan mengerjakan sesuatu,  Bel listrik ini tidak jarang gagal dirakit dalam satu kali percobaan.  Banyak sekali dari mereka yang gagal membuat rakitannya berdering akan mengamati apa yang kurang tepat dari rakitan mereka, dan belajar dari kesalahan tersebut.    

Tidak itu saja, siswa yang lemah di teori, ternyata banyak sekali yang mendapat nilai tinggi di praktek membuat bel listrik.  Beberapa dari mereka mengatakan sudah terinspirasi untuk menjadi mekanik atau teknisi elektro karena berhasil membuat tugas IPA ini.  Mereka menikmati apresiasi keberhasilan dan menyakini bahwa biarpun mereka kurang menguasai pelajaran teori, tetapi mereka mempunyai bakat dalam hal lain dengan cara berbeda.  Entah itu merakit rangkaian, melakukan trouble shooting, ataupun bentuk yang lain.

Belajar sains memang menyenangkan jika guru mengetahui cara yang tepat untuk menyalurkan ilmu mereka.  Guru yang tentu saja tidak hanya di sekolah, tetapi di rumah dan di masyarakat. 

Semoga tetap bersemangat mengajarkan para calon teknisi, guru kami!


Cerita Lainnya

Lihat Semua