Bagiku, Jumat itu Hebat

Tio Nugroho 2 November 2013

Bismillah.,

Sepagi itu cerita biasa ini telah dimulai. Tentang syukur atas air yang cukup untuk mandi, atau sarapan bubur dietku kali ini. Hahaha, hanya bercanda yang senang di cerahnya mentari menuju siang.

Masih saja berjalan yang telah kusampaikan. Sempat bermain sekedar dalam masa persembunyian. Ya, bersama anak-anak. Mereka kuminta mencarikan “stroberi” hutan untuk ku makan. Lalu ku incar secercah pohon besar untuk menutupi badan. Agak jauh dari lokasi stoberi memang. Agar seolah mereka kira, pak gurunya telah jauh berjalan. Usai itu mereka pun berteriak, “Pak Guru...pak guru...pak guru...” mencari sesuatu yang bernama keberadaan. Cukup lama mereka mencari, sampai sebuah kesimpulan bahwa mungkin Pak Guru Tio telah jauh berjalan dan hampir sampai di sekolahan. Dan merekapun gontai berjalan bersamaan. Lesu, karena stroberi tak jadi diberikan.

Setelah cukup jauh anak-anak itu berjalan, akupun keluar persembunyian. Merasa sungguh menang, karena ternyata aku gagal ditemukan. Untuk badan sebesar ini memang sulit mencari tempat yang rindang lagi aman. Hahaha, aku merasa menang! Sungguh senang. Di belakang anak-anak, aku berjalan lambat. Masih tak ada yang menyadari, bahwa Pak Gurunya telah sedari tadi mengikuti. Sampai ada ibu-ibu yang kebetulan lewat lalu menyadarkan siswa-siswaku tercinta. “Itu, Pak Guru dibelakang kalian” Kata ibu itu kepada siswaku. Lantas salah satu dari siswaku berujar, “Pak Guru ni, kemana saja? Kangen kita pak...” Nah, baru kutinggal sejenak dalam permainan petak umpet tak disengaja ini mereka sudah kangen? Padahal delapan bulan lagi aku harus meninggalkan mereka, jauh sangat di pulau Jawa. Terharu, terimakasih anakku. :)

Tentang senam olah raga, agak tumben memang mereka cukup lancar diatur suara. Biasanya sudah ada saja yang bilang “Pak, saya gak olah raga...” atau sudah hilang saja bersembunyi di dalam kelas sembari tersenyum senang saat saya panggil ke lapangan. Mungkin, karena tawaranku kali ini. Ya, sedari tadi di jalan aku menawarkan bermain sepakbola sebagai pilihan. Dan terkagetlah raga, saat kita sampai sekolah semua anak laki-laki setelah taruh tas langsung ambil kayu cukup besar dan membuat gawang. Begitu sangat bersemangat.

Sesuai janji, selepas senam kami sejenak lari pagi. Sudah mempersiapkan diri lalu kubagi tim lelaki di sudut gawang kanan dan kiri. Sebagai wasit dan komentator, ingin ku lihat bagaimana mereka bermain “bersih” atau “kotor”. Pertandingan dimulai dan hampir satu jam lamanya baru selesai. Heran kembali ku dibuatnya, untuk hari ini saja. Tak ada satupun anak yang berkelahi saat bermain tadi. Tak ada yang ejek-ejekan bahkan dulu pernah sampai pukul-pukulan. Semua senang, walau pasti ada yang kalah dan menang. Mungkin saking capeknya ya, sehingga tak ada pikiran untuk mamancing buruk suasana. Alhamdulillah.

Jam 09.00 anak-anak kuminta istirahat, membiarkan mereka bermain bergerak supaya sehat. Obrolan dengan guru yang cukup banyak hadir membuat pak kepala sekolah tertarik dan akhirnya membuat rapat dadakan tentang alokasi dana BOS tiga bulan kedepan. Kami masuk ke dalam salah satu kelas dan menata beberapa kursi untuk duduk. Pak kepala memberi sambutan dan menanyakan masukan untuk penggunaan dana BOS tiga bulan kedepan. Yang mengagetkan adalah, salah satu guru mengusulkan untuk mensisihkan sebagian dana untuk menabung beli laptop sekolah. Dan semua guru menyetujui, kepala sekolahpun tak terkecuali. Senangnya dalam hati!

Seolah belum selesai keberkahan Jumat dihari itu. Sorenya seperti biasanya, setiap Jumat saya harus berkunjung ke dusun sebelah. Jaraknya hanya sekitar 4-5 km saja, atau 20 menitan naik motor. Ada murid SD disana, sasaran saya tentunya. Sejak Pengajar Muda sebelumnya, telah ada program Buku Berputar. Dimana PM akan membawa beberapa banyak buku di dalam tas besarnya dan akan menemani siswa-siswa SD yang tak ada PMnya untuk memunculkan minat baca dan menambah ilmu mereka tentunya. Mereka senang, bahkan rela menghentikan permainan bola untuk membaca. Sambil kujelaskan sedikit banyak tentang apa isi buku bacaannya, tak lupa ambil pula gambarnya. Dan mereka memintaku datang kembali, sebuah permintaan yang belum tentu bisa ku tepati. Karena sudah masuk musim hujan disini, maka jalan yang “sangar” itu akan semakin sulit dilewati. Tapi semoga, selama ada niat dan usaha pasti bisa. Doakan bapak ya anak-anak.

Selepas menemani anak-anak membaca, kusempatkan sebentar berkunjung ke rumah pak Kepala Desa. Silaturahim, sambil laporan kegiatan warga di kampung jua sebenarnya. Ku ceritakan betapa indah qurban kemarin. Lalu pembangunan masjid yang tinggal pasang atapnya saja. Pak Kades pun bahagia mendengarnya, sembari bercerita tentang keadaan desa dan dusun lainnya. Hanya sebentar mampir, hari sudah menjelang maghrib. Ku ingat, tanggung jawabku mengajar ngaji anak-anak. Setelah pamitan, segera saja ku pulang. Genjot motor keluarga angkatku yang sengaja dipinjamkan padaku.

Dalam perjalanan, aku ragu anak-anak bersedia menunggu. Karena biasanya, setiap kali ku pergi dari rumah entah dari mana asal beritanya semua anak-anak satu kampung tau. Mau turun ke pasar, ke dusun sebelah, atau ke kota kabupatenpun mereka tau. Sekejap, memang komunikasi yang hebat. Dan jika mereka sudah tau aku tak di rumah, tak ada yang mengaji lah sudah. Penyesalanku memang, tak bisa membuat mereka belajar sendiri dengan senang.

Namun. Hari itu sungguh berkah. Sesampainya di rumah, mereka masih ramai dengan masing-masing jubah. Yang putri dengan mukena, yang putra ada yang bersarung atau koko kebanggaannya. Padahal sudah lewat 30 menit dari adzan maghrib. Mereka bersedia menanti, mau belajar mengaji sendiri. Oh Tuhan, Allah sang Pencipta Alam. Terimakasih atas hari penuh manfaat. Bagiku, itu Jumat terhebat. yey!


Cerita Lainnya

Lihat Semua