Dari Lombang Untuk Indonesia
Soleh Nugraha 2 April 2011
Halo Indonesia. Apa kabar? Aku harap baik-baik saja. Namaku Lombang. Salam kenal ya. Kita belum pernah bertemu sih, tetapi aku sudah sangat mengenalmu. Banyak yang bercerita tentangmu di sini. Ya, mungkin suatu saat kita bisa bertemu dan berbincang-bincang, itu pun kalau kamu mau mampir ke rumahku. Kalau pun tidak ada kesempatan bertemu, kamu cukup membalas suratku, nanti aku balas lagi dan nanti kamu balas lagi balasanku, pokoknya kita berbalas-balasan surat.
Mungkin belum ada satu makhluk pun yang bercerita tentangku di tempatmu, tetapi tidak apa-apa nanti aku ceritakan dalam surat ini. Itu pun kalau kamu mau membaca.
Tadi di awal sudah aku katakan bahwa namaku Lombang. Rumahku di Pulau K, tepatnya di sekitar “paha” Pulau K. Aku tinggal di salah satu pegunungan di Pulau K, meski begitu, dari salah satu batu besar di kampungku, aku bisa memandang lautan. Indah sekali, apalagi saat senja datang. Langit senja terkadang bercermin pada lautan sehingga laut dan langit tampak seperti menyatu, tidak berbatas. Nyaris sempurna pemandangannya. Sewaktu-waktu, kamu harus mampir ke kampungku! Nanti kita nikmati senja bersama-sama.
Oh iya, di kampungku belum ada listrik. Untuk penerangan biasanya kami menggunakan pelita, kaleng bekas susu cair yang diberi sumbu dan minyak tanah. Ya kalau di tempatmu makan malam memakai cahaya lilin atau yang sering orang-orang sebut candlelight dinner itu sesuatu yang dilakukan hanya dalam momen-momen spesial, kalau aku setiap kali makan malam selalu melakukannya. Oh iya satu lagi, ternyata di dalam kegelapan, sedikit cahaya saja bisa menjadi sangat indah. Di kampungku banyak sekali kunang-kunang yang terbang jika malam, indah sekali. Yang paling indah adalah ketika gelap kemudian kita naik ke atas batu besar yang ada di kampungku, lalu mengarahkan pandangan ke atas langit, saat itu akan sangat tampak jelas indahnya bintang yang menari di sekitar bulan. Ini bukan sebuah bualan loh. Berdasarkan penelitian temannya temanku tentang polusi cahaya, salah satu kesimpulannya adalah jika kita melihat langit yang berbintang dari sebuah tempat yang terang, tidak akan lebih indah dan lebih jelas dibandingkan dengan melihatnya dari sebuah tempat yang gelap karena cahaya yang ada akan menyamarkan cahaya langit yang berbintang. Jadi, aku yakin bintang di kampungmu takkan seindah bintang di kampungku. Kampungmu kan sudah punya listrik, bahkan lebih dari jutaan watt mungkin.
Segini dulu aja ya cerita tentang aku. Nanti aku lanjutkan lagi ceritanya. Oh iya, aku berharap sekali kamu membaca dan membalas suratku ini. Soalnya aku ingin tahu banyak tentangmu dan kehidupan di sekitarmu.
Terima kasih ya Indonesia. Semoga kamu selalu diberi perlindungan oleh Tuhan. Amin.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda