Singkat Cerita

Siti Soraya Cassandra 30 November 2012

Saat sedang duduk di teras bersama Ibu Bat (guru TK) dan Mama Ola.

Ibu Bat : “Doh Ibu San, ini lagu apa ini?”

Mama Ola : “Lagu Bahasa Inggris toh! Bagus..”

Me : “Lagu Bahasa Inggris, penyanyi pung nama Adele...” (sambil mendengarkan Somene Like You)

Ibu Bat : “Doohh Ibu San, ini penyanyi bernyanyi seperti ada lapar begitu....”

 

 

Saat sedang makan malam nasi goreng bersama Risal dan Feri.

Risal : “Ibu, nanti kalau beta su besar beta mau masuk Islam!”

Me: “Oh ya, kenapa begitu...”

Risal: “Islam itu gagah. Seperti dong di tv-tv gitu yee..”

Feri: "Yee.."

 

 

Saat sedang belajar negara-negara ASEAN dengan menggunakan peta buta.

Me: “Ini ada peta buta. Kalau ose mau cepat hafal, ose pakai ini peta buta. Os hafa sambil os bayangkan peta ini.”

Feri dan Risal: (Dengan muka bingung..) “Bayangkan itu apa Ibu?”

Me: “Membayangkan, itu seperti ose berfikir lalu ada gambar muncul di dalam ose pung kepala.”

Feri: “Doh, katong seng tau apa itu bayangkan Ibu. Katong seng bisa bikin begitu.”

Risal: “Oh bet tau. Membayangkan itu seperti Tete Nene ada liat anak-anak di, ey, langit-langit awan-awan begitu Ibu?”

Me: (Connecting....) “Heh? Tete Nene bagaimana??”

Risal: “Itu di seperti Tete Nene di film balon-balon itu, dong liat langit lalu liat seperti anak-anak kecil begitu.”

Me: “Oh film Up? Yang ada balon-balon itu?”

Risal: “Iya Ibu, dong duduk-duduk tidur trus dong liat awan-awan langit itu lalu dong liat anak-anak kecil. Itu membayangkan kaseng Ibu?

Me: “Eee..., kalau itu lebih ke mengkhayal, bukan membayangkan.”

Risal dan Feri: “Doh, katong seng tau bikin membayangkan itu bagaimana.”

 

 

Sunday morning, membahas tentang kejadian pada tahun 2006 dimana Desa Lumasebu dan Desa Kilmasa baku panah.

Amdai: “Orang-orang Lumasebu itu seng tau kalau su baku panah, orang Lumasebu kasih cincang halus dong.”

Me: “Kasih cincang halus dong bagaimana?”

Amdai: “Iya Ibu, katong di Lumasebu ini, bapak-bapak dong seng takut apa-apa.”

Risal: “Bapak Musa itu dia kena panah di dia pung kaki, apa, paha Ibu. Dan Bapak Musa itu masih bajalan banyak.”

 

 

Saat duduk di sore hari pada hari Minggu sambil menunggu lonceng berbunyi untuk masyarakat masuk gereja. Saat sedang duduk, Ayah dari Melkias lewat dan menyapa.

Ida: “Ibu, Melkias pung bapak itu pernah masuk penjara!”

Me: “Oh ya? Par apa dia masuk penjara?” (Sambil menegok ke arah Melkias. Melkias hanya menggangguk dan menaikkan kedua alisnya sambil tersenyum)

Melkias: “Hehehe...”

Ida: “Iya, dia ada bunuh orang jadi dia masuk penjara.”

Me: “Oh, begitukah? Kapan?”

Ida: “Dulu itu Ibu, pas katong perang. Baku panah dengan Kilmasa dong!”

Me: “Oh ya ya..”

 

 

Saat sedang menonton sebuah film Korea dan ada cuplikan orang sedang minum bir.

Melkias: “Wih, dong ada minum teh itu.”

Me: “Itu bukan teh, itu beer. Tau beer kaseng?

Melkias, Ida, Risal: “Tau Ibu. Beer bapak-bapak dong ada minum.”

Me: “Iya seperti sopi begitu, alkohol begitu toh..”

Risal: “Katong pikir itu teh, warna sama teh yee Ibu?”

Ida: “Disana dong seng minum teh!”

Risal: “Deeee! Os pikir dong disana seng minum teh? Os pikir disana seng ada gula?! Dong disana punya gula deee!”

 

 

Saat sedang ramai-ramai duduk di dapur mencungkil kelapa kopra yang sudah selesai dijemur (sudah kering):

Amdai: “Bet ada cerita!”

Ibu: “Os ada cerita apa?”

Ance: “MOB kaseng?”

Risal: “Iye iye, kasih keluar Amdai! Cerita apa?”

Amdadi: “Ada cerita agar-agar!”

Risal: “Ooo iya bet su tau itu.”

Amdai: “Os diam boleh! Jadi gini ey, ada ey keluarga lima orang. Dong duduk-duduk nonton tv, lalu ey, ada satu jaga bilang ey, katong su lapar. Trus ada satu orang lai bilang kasih panas air dolo, par bikin agar-agar. Jadi satu orang itu jaga bikin air panas trus air panas selesai trus dong bikin agar-agar. Trus dong makan, trus satu orang itu jaga bilang “agar-agar ini paling enak ska”. Trus orang itu kasih par satu orang lai tapi dia seng mau, kata, “agar-agar terlalu enak jadi seng bisa makan..” Lalu ada dua orang lai di depan rumah dan satu orang jaga bilang, “kasih par dong sudah..” Trus satu orang keluar bawa dua, lalu kasih par dong. Tapi ternyata satu orang seng mau karena dong su jaga bikin agar-agar juga jadi dia seng mau. Jadi satu orang dong kasih par satu orang sa. Lalu satu orang lai itu mau kasih dia pung agar-agar ke Ibu. Trus yang satu jaga bilang, kata, “Ibu su tidur karena mau pi Saumlaki..” Selesai.”

(Suasana hening...)

Risal: “Ose cerita apa itu!! Cerita begitu seng baik!”

Amdai: “Baik toh, bet jaga cerita nyata!”

Risal: “Os, os, os pikir bikin cerita begitu! MOB seng begitu!!! Os seng baik!”

Amdai: “Yeee os bikin cerita baik kaseng?”

Risal: “ Cerita baik itu dikasih seperti, ey, semacam bumbu-bumbu. Yee.”

Amdai: “Lah ose rasa os pung cerita? Os rasa he?”

Risal: “Deeehh, os gila! Bumbu-bumbu itu seperti bikin cerita jadi lucu. Deee, ose seng tau jadi!”

Amdai: “Ose bicara apa seng jelas!”

Risal: “Deee ose seng tau jadi!”

 

 

Selesai les sore, duduk-duduk di muka rumah Mama Ola, as usual.

Me: “Ibu paling suka liat awan-awan, dong bagus yee..”

Ina: “Ibu, Foni dong jaga bilang kata, awan-awan dong pung bentuk-bentuk begitu karena jiwa-jiwa atau roh dong naik ke atas kaseng?”

Me: “Hah? Bagaimana?”

Foni: “Seng Ibu, jadi misalnya awan-awan dong pung bentuk ikan la, bayi la.”

Me: “Oh bentuk-bentuk awan begitu?”

Ida: “Iya, Foni jaga bilang kata awan-awan dong bisa pung bentuk begitu karena roh-roh jiwa-jiwa dong naik ke atas jadi dong jaga pung bentuk begitu kaseng? Macam jiwa-jiwa, misal binatang mati lalu dong pung jiwa naik jadi bentuk awan.”

Foni: “Iya bet maksud, awan-awan bisa pung bentuk begitu bagaimana la Ibu?”

Me: “Oh, seng. Itu kan awan-awan dong pung bentuk begitu karena katong jaga liat awan dan pikir begitu toh. Jadi awan-awan dong seperti pung bentuk seperti yang ada di katong pung pikiran toh?”

Foni dan Ina: “Oh..”

 

 

Duduk bersama menunggu jam 4 sore.

Risal: "Deee. Os seng tau, seng percaya yeeee."

Ida: "Deee salah mo!"

Risal: "Ye os seng percaya, ose tanya Ibu! Ibu, Ibu!"

Risal dan Ida: "Ibu, Ibu!"

Me: "Apa la?"

Risal: "Ibu, Ibu, ee, dong bintang laut itu dari bintang jatuh kaseng?"

Ida: "Seng toh Ibu!"

Me: "Hah, bagaimana?"

Risal: "Eee, itu bintang laut itu karena ada bintang jatuh ke laut trus da jadi bintang laut kaseng Ibu?"

Me: "Oh, seng mo. Bintang laut itu dia binatang laut, bukan dari bintang jatuh. Sebentar Ibu kasih liat buku ye."

Risal: "Oh...."

Ida: "Yeeeee..."

 

 

 

 

* Seng = tidak

* Ose / Os = kamu

* Par = untuk

* Dong = mereka

* Katong = kita


Cerita Lainnya

Lihat Semua