info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Harapan itu Masih Ada

Siska Ayu Tiara Dewi 13 Agustus 2013

Selasa, 16 Juli 2013, merupakan hari kedua masuk sekolah.

Kali ini aku benar-benar diingatkan kembali akan pentingnya me-manage ekspektasi. Kenapa hal tersebut harus dilakukan adalah agar tidak muncul rasa kecewa, yaitu dengan meminimalisasi kesenjangan antara ekspektasi dan kenyataan. Manage your expectation, kata-kata itu yang selalu disampaikan pada saat pelatihan dan sebelum keberangkatan.

Hari ini tidak seperti hari kemarin. Sepertinya ungkapan ini sering diucapkan di tengah-tengah dinamisnya kondisi masyarakat. Ya, dinamis. Begitu pula dengan sekolahku ini, sekolah tempatku mengajar dan belajar. Kemarin, awal tahun ajaran baru 2013/2014 di semester ganjil, semua terasa penuh dengan harapan besar dan dukungan yang besar pula. Semua guru hadir, meskipun jumlahnya memang hanya empat orang. Menurutku itu awal yang cukup baik, setidaknya dengan kehadiran mereka. Program awal semester ini, yaitu kegiatan ramadhan menjadi salah satu bahasan utama. Bismillah, semoga berjalan dengan lancar.

Hari ini, kulihat anak-anak sudah berkumpul di depan kelas, riuh ramai candaan mereka. Pukul 08.00 WITA tepat saat aku menunggu pak Kepala Sekolah dan guru lainnya, hingga aku tau bahwa mereka sepertinya tidak akan datang. Mengisi kekosongan dan kebingungan apa yang harus aku lakukan sekaligus berharap bahwa ada satu guru lagi setidaknya yang akan datang, aku ambil kamera dan mengambil gambar anak-anak satu persatu. Sejujurnya aku masih belum tau harus berbuat apa pada saat itu, dan jepretan demi jepretan kamera menemaniku berpikir apa yang harus aku lakukan.

Akhirnya, setelah beberapa jepretan aku merasa cukup. Kemudian ku letakkan kameraku lalu meminta semua anak untuk berbaris sesuai kelas masing-masing. Kelas 3, 4, 5, dan 6 aku rasa mereka bisa lebih mandiri. Setelah berbaris, aku mereka untuk berdoa dan menunggu sebentar sembari aku mendampingi murid kelas 1 dan 2 yang berada di dalam satu ruang kelas karena disini hanya ada 4 kelas.

Sejenak aku berpikir, kondisi ini seperti "hidup segan, mati tak mau". Tak ada maksud sedikitpun untuk menyalahkan, tak ada keinginan sedikitpun untuk mundur walah hanya selangkah. Melihat senyum anak-anak ini, menatap riang tawa mereka, dan merasakan semangat dari jiwa-jiwa yang tulus itu, aku berkata "harapan itu masih ada". Dari sinilah aku mencoba mengambil hikmah.

*dan aku menyebut mereka "they are my inspiration"


Cerita Lainnya

Lihat Semua