Percakapan dengan Bapak Tukang Ojek
Sekar Nuswantari 18 Januari 2011
Kamis, 13 Januari 2011
Percakapan Dengan Bapak Tukang Ojek
Sore hari sekitar pukul 16.00, aku sampai di Kecamatan Tammerodo. Galuh Sangalla terletak 4 km jauhnya. Aku pergi menghampiri tempat ojek biasanya mangkal, berharap di sana masih ada ojek yang dapat mengangkutku ke rumah.
Ah, ternyata masih ada. Alhamdulillah.
“Pak, ojek ke Galuh Sangalla ya?”, ujarku. “Oh, ya silakan”, Bapak tukang ojek itu menyahut.
“Kita (kita = kamu) mengajar di sini sudah pengangkatan?”, tanyanya. “Oh saya bukan PNS, Pak. Saya utusan yayasan”, jawabku. “Ooh, kontrak kita berapa tahun?”. “Satu, Pak”, kembali aku menjawab.
“Oooh.. Bagus sekali itu kita ditempatkan di sana. Yang saya perhatikan, guru di sana itu cuma satu saja yang bagus. Yang lainnya tidak.”
“Sekarang ini jadi guru sering dianggap main-main. Banyak yang hanya lulusan Tsanawiyah saja. Setelah itu mereka akan ambil Paket C agar dapat ijazah setara SMA. Lalu kuliahnya juga asal-asalan. Cuma mau kejar PNS saja. Bagaimana mau mengajar kalau cara dapatnya asal-asalan seperti itu?”
“Oh begitu ya Pak?”, ujarku sambil manggut-manggut di belakang.
“Iya. Sama juga dengan pendidikan TK. Di sini ada TK yang bagus namanya TK Nurul Ilmi. Gurunya memang benar ambil PGTK waktu kuliah.”
“Bapak memerhatikan betul masalah pendidikan di sini ya Pak? Sampai Bapak tahu segitu banyak”, tanyaku kagum.
“Ah, ya tidak lah Bu. Sedikit-sedikit saja. Saya kan orang lama di sini”.
“Bapak punya anak yang bersekolah di SD saya?”.
“Iya ada dua. Satu di kelas 2, satu di kelas 4, Mutmainnah”.
“Ooooo.. Mutma. Saya kenal baik itu Pak. Saya kan sering masuk kelas 4 semester kemarin”.
Tidak heran, tampaknya memang Bapak ini concern tentang masalah pendidikan. Tercermin dari anaknya, yang rajin ke sekolah dan ikut Les Bahasa Inggris. Hanya salah satu dari sedikit sekali anak SD ku yang mengikuti Les Bahasa Inggris.
Tak peduli apapun profesinya, benar kata Pak Anies, mendidik adalah tugas setiap orang terdidik. Saat ini mendidik mulai menjadi tanggung jawab setiap orang.
4 km terlewati sudah.
“Sampai Bu”, katanya di depan rumahku.
“Iya, terima kasih banyak ya Pak. Buat ojek nya sama buat ngobrol-ngobrolnya.”
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda