info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Cerita Malam Tahun Baru

Sekar Nuswantari 14 Januari 2011
Jumat, 31 Desember 2010 Hari terakhir dari tahun 2010. Kaleidoskop 2010. Hmm, tidak banyak hal besar yang terjadi tahun ini selain aku ikut IM. Well, putus dan berhenti kerja setelah akhirnya lulus probation. Nothing were really spectacular right? Haha.. Hari ini Tia masih di Majene. Wiwin pun mengajak Tia untuk melewatkan malam tahun baru di tempat Soleh di Malunda. PM yang ikut serta ada Wiwin, BK, Aline, Soleh dan aku. Sayang sekali tidak semua PM dapat berkumpul, karena masing-masing sudah punya acara sendiri. Dari Kecamatan Tammerodo tempatku tinggal ke Kecamatan Malunda jaraknya sekitar 30km-an. Jarak Malunda-Majene sekitar 89km. Kami naik angkutan umum, yang Subhanallah muat sampai 13 orang dalam satu mobil. Haha.. Sesampainya kami di sana, Soleh menjemput kami dengan motor bersama teman-teman desa nya. Jalanan menuju desanya sekitar 6 km jauhnya. 3 km pertama jalanannya masih datar dengan pemandangan gunung dan sawah yang hijau di kanan kirinya. 3 km berikutnya, kami disuguhi jalan mendaki berbatu-batu. Wow, orang yang naik motor di sana harus sangat ahli, I’m telling you. Rasanya seperti naik wahana di Dufan. Deg-degan. Apalagi jalanan licin karena hujan. Hihi, you should try!! Akhirnya kami tiba di Dusun Lombang. Sebelum kami beristirahat di rumah, kami menyempatkan untuk pergi ke bukit dan menikmati matahari terbenam terakhir di tahun 2010. Di bukit itu kami bisa melihat sungai yang berkelok-kelok sampai ke laut. Seperti ular perak. Sungguh. Setelah hari mulai gelap kami pun pulang ke rumah. Rumah Soleh cukup besar. Dan yang paling seru adalah loteng tempat Soleh memberikan les malam. Loteng itu cukup luas dengan ukuran hampir 10x10m. Berlantai dan atap kayu. Dengan penerangan sebuah bohlam di atap tengah untuk menerangi satu ruangan. Sekolah malamnya diberi nama “Sekolah Malam Cahaya Pelita”. Karena ketika pertama kali berdiri pada saat Soleh datang, belum ada genset yang dapat menyalakan listrik di sana. Yang mengharukan adalah, uang bensin untuk menyalakan genset adalah hasil patungan dari anak-anak muridnya. Tanpa diminta mereka datang dan menyerahkan uang Rp 500,00 per anak. Betapa besar semangat belajar mereka. Semangat itu dapat aku lihat secara nyata. Ketika waktu Magrib dan Isya datang. Anak-anak kembali datang ke rumah untuk sholat berjamaah. Soleh imamnya. Begitu khusyuk. Kami sholat di loteng yang luas tadi, tanpa ada tembok penghalang di depan kami, sehingga gunung yang menjadi saksi kami melaksanakan sholat. Selesai sholat Isya, kami berkumpul, berkenalan dan bermain bersama anak-anak. Tia sang Pengajar Cilik pun beraksi. Dia langsung akrab dengan anak-anak. Mereka bermain sampai larut malam dan tiba saatnya untuk acara bakar jagung sampai hampir tengah malam. Kami melewatkan tahun baru di halaman depan rumah Soleh. Di sana ada sebuah batu besar yang cukup untuk kami para PM duduk di atasnya. Cuaca sangat bersahabat malam itu. Langit cerah tidak berawan. Bintang-bintang seakan sedang berlomba untuk menampakkan diri di hadapan bumi. Langit hitam terhampar begitu luas dihiasi dengan bintang yang berserakan di atas sana. Subhanallah, sungguh indah. Bahkan aku melihat 2 bintang jatuh malam itu. Ketika pergantian tahun, kami duduk bergandengan tangan dan berdoa. Inti doa kami adalah,”Ya Allah, jadikanlah tim Majene selalu menjadi keluarga, tidak hanya di Majene, tapi menjadi suatu keluarga selamanya. Semoga kami dapat member bakti terbaik selama kami bertugas di sini. Jadikanlah tahun 2011 ini tahun yang baik bagi kami. Horeeeee.... Amin..” And that’s the story of how I spent my best new year’s eve..

Cerita Lainnya

Lihat Semua