Three Musketeer Bersepeda

Sani Novika 27 April 2014

Siang bolong. Terik. Kiri. Kanan. Depan. Belakang. Karet. Nyamuk. Aku Terkepung.

Hari senin itu, aku berencana untuk mengunjungi rumah-rumah siswa kelas 6, untuk bersilaturahmi dan memastikan kira-kira berapa siswa yang akan melanjutkan ke tingkat menengah pertama.

Aku meluncur di atas motor pinjaman, berkeliling desa Bangun Jaya. Sejujurnya, tanpa tahu dimana sebenarnya rumah-rumah mereka. Aku terlalu percaya diri.

Begini ternyata kalau terlalu percaya pepatah “Tidak akan tersesat kalau berani bertanya”.  Kalau tidak ada orang yang bisa ditanyai, Piye?  20 menit berlalu. 30 menit juga pergi.

 Ternyata di tengah hari adalah jadwalnya orang-orang untuk pergi ke ladang. Mbeku, begitu istilah orang sini untuk membekukan karet-karet yang dikumpulkan di ceruk-ceruk tempurung kelapa menggunakan asam semut. Desa sepi.

Setelah berputar-putar, saya malah salah belok dan masuk ke karetan. Desa ini malah terasa seperti labirin. Oke agak lebay, tapi masuk karetan yang banyak nyamuk di tengah guyuran sinar matahari tropis sungguh bukan pilihan yang menyenangkan. Percayalah.

Tiba-tiba terdengar teriakan. “Bu SANIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII”

Ada tiga anak laki-laki kelas satu bersepeda. Tino, Irgi dan Reza.

AHA! Mataku berbinar.

“Halo anak-anak, mau bantu bu Sani?”

“MAUUU”

“Bantu ibu antar ke rumah anak-anak kelas 6 ya”

“OKE BUUU”

Ahahaha. Sungguh lucu. Ketiga anak tersebut sungguh lincah meliuk-liuk diantara parit dan kebun-kebun karet. Tinggal saya yang baru belajar naik sepeda motor terseok-seok mengikuti di belakang.

Rumah pertama yang disinggahi adalah Rumah Dicky, ketiga anak tersebut setia menunggu aku selesai mengobrol. Dengan sabar mereka mengantarkan aku ke rumah Aga, Sari, Iyah, Feni, Ayu dan Indri.

Tujuh rumah siswa sudah kami kunjungi. Aku membujuk mereka pulang. Mereka merajuk masih ingin berputar-putar keliling desa. Aku tak kalah merajuk. Hehehe.

 Mereka pun menyerah, mau pulang tapi dengan syarat mampir ke kebun Irgi dahulu memetik jambu air untuk dibawa pulang. Wih! Kuiyakan langsung syarat yang menggiurkan itu. Guru Oportunis.

Mission accomplished berkat bantuan three musketeer cilik. Walaupun sebenarnya mereka tidak bertopeng hanya bersepeda saja. Agak maksa memang. Tapi, entah kenapa mereka bertiga mengingatkanku pada cerita tiga prajurit bertopeng dari perancis tersebut.

Saya pulang ke rumah sambil bersenandung kecil dan kekenyangan jambu air. Three musketeer cilik bersepeda itu masih saja ingin mengantarkanku sampai rumah. Ah bagaimana saya  tidak jatuh cinta pada pekerjaan ini?


Cerita Lainnya

Lihat Semua