MEMBUAT KEBUN SEKOLAH BERSAMA TEMAN-TEMAN
Sani Novika 15 Mei 2014Halo kalo ini anak Bangun Jaya, kembali menghadirkan cerita. Cerita sederhana di sekolah.
Perkenalkan nama saya Annur Rafiq Al Hariz. Biasa dipanggil Hariz. Saya duduk di bangku kelas 6 SDN 01 Bangun Jaya.
Saya sangat suka berkebun karena sangat menyenangkan. Di rumah, saya menanam beberapa sayuran seperti kangkung dan bayam. Saya juga menanam buah-buahan di halaman belakang seperti alpukat dan srikaya. Hal itulah yang menginspirasi saya untuk berkebun bersama temana-teman di sekolah. Kebetulan, ada tanah kosong yang cukup luas di belakang kelas enam.
Saya mengajak teman-teman untuk berkebun. Semuanya menyetujui. Kami pun berdiskusi untuk menentukan hari berkebunnya. Ada yang ingin hari senin, ada yang mengusulkan minggu. Karena minggu adalah hari libur maka kami pun sepakat menjadikan hari minggu sebagai hari berkebun bersama. Kami juga memutuskan membawa peralatan bercocok tanam, ada yang rela membawa peralatan berkebun dan ada juga yang membawa bibit sayuran, semua demi kepentingan bersama.
Waktu silih berganti, siang berganti malam, waktu terasa begitu cepat, hari yang kunanti pun tiba. Saya bergegas menuju sekolahan. Saya kira, yang paling datang duluan adalah saya, ternyata sudah abnyak teman-teman lain yang datang.
“Maafkan saya datang terlambat dan sudah lama menunggu” Kata saya.
Aga pun menjawab,”Ya sudah tidak apa-apa, tapi saya sedikit kecewa karena banyak yang tidak hadir, Jaya katanya pergi memancing dan banyak juga yang pergi bermain”
“Tidak apa-apa lah yang penting ada yang datang” Jawab saya.
Walaupun hanya sebagian yang datang, tapi tidak menyiutkan niat kami untuk berkebun. Kami tetap semangat bercocok tanam dan membantu satu sama lain. Saat sedang mencangkul, saya meliha Indi hanya duduk saja dan melamun.
Saya pun berkata,” Ayo Indi bantu, jangan duduk saja”
“Iya sabar, kan sedang istirahat”
“Ah, alasan! Kan acaranya baru saja dimulai”
Akhirnya Indi mau membantu walaupun terlihat agak malas-malasan.
Waktu beranjak semakin siang, matahari semakin terik menyinari dunia. Sinar itu terasa menyengat di seluruh badan. Kami pun memutuskan beristirahat di dalam kelas sambil berbincang-bincang satu sama lain.
Setelah beristirahat, kami melanjutkan bercocok tanam. Pertama-tama tanah dicangkul agar mudah ditanami bibit sayuran. Lalu disiram agar lembab. Kemudian kami melubangi tanah itu dan menarut bibit-bibit di dalamnya. Kami mengisi satu kubang dengan dua biji sayuran. Kemudian tidak lupa tiap-tiap lubang diberi jarak. Agar tanamannya cepat tumbuh menjadi besar, karena kalau berdekatan maka pertumbuhannya akan menjadi lambat.
Setelah selesai, kami pun berbincang-bincang di belakang kelas. Kemudian tidak sengaja saya melihat ada orang lewat membawa bunga. Saya pun mengusulkan untuk menanam bunga di sebelah kebun sayuran yang kami buat tadi.
“Bagaimana kalau kita buat taman bunga di sebelah kebun kita?”
“Setuju” Kata Aga
“Aku juga setuju” Sahut Indi
“Tapi kita cari bunga dimana? Kata Wulan
Feni pun berkata, “Di tempat Mbah Jasman saja”
“Ayo kita kesana!”
Sesampainya di sana kami kaget, ternyata taman bunga Mbah Jasman indah sekali. Kami seperti masuk taman impian yang begitu indah. Kupu-kupu terbang kesana kemari dengan riang gembira. Mbah jasman juga menanam sayuran di samping rumahnya. Setelah melihat-lihat kami pun meminta izin untuk meminta bunga. Kami diambilkan berbagai macam bunga. Setelah pamit pulang, kami bergegas kembali ke sekolah untuk ditanam agar tidak layu.
Setelah selesai menanam bunga dan menyiraminya, semua memutuskan untuk pulang. Di perjalanan pulang saya berbincang-bincang bersama teman-teman, saking asyiknya sampai lupa cangkul ketinggalan Untuk Aga mengingatkan. Saya pun kembali lagi dan mengambilnya. Setelah sampai di rumah saya membersihkan diri, shalat dzuhur dan tidur siang karena kelelahan.
Setelah beberapa hari, mulai muncul tunas-tunas tanaman yang kami tanam. Kami sangat senang. Waktu terus bergulir, akhirnya setelah tiga bulan waktu panen pun tiba. Kami menyambutnya dengan riang gembira.
Sayuran hasil panen, dimasak di rumah saya. Kami makan bersama tumis kangkung ala chef kelas 6. Rasanya nikmat sekali, kangkung hasil jerih payah kami!
“Wah masakannya enak ya” Kata Aga
“Lemaknya” Kata Jaya.
Aku pun mengejek Jaya, “ Kamu kerjanya makan aja tapi kalau menanam malas, huh”
“Iya, besok-besok akan saya bantu menanam sayurannya” Kata Jaya
Setelah panen itu, Kami pun menanami kembali dengan sayuran-sayuran dan bunga-bungaan. Melihat tanaman baru bertunas dan tumbuh subur. Ah! Benar-benar membuat hati kami begitu riang gembira.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda