IKUT RIBUT-RIBUT PILPRES

Sani Novika 20 Juli 2014

Eh apa nih maksudnya? Apakah PM sudah tidak netral lagi? memihak pada salah satu calon? Atau ikut-ikut rusuh dengan para calon presiden yang saling klaim menang?

            Tentu tidak. Menjawab semua tuduhan bahwa PM sekarang ditunggangi unsur kepentingan politis, Indonesia Mengajar tetaplah lembaga yang independence  begitu juga dengan para Pengajar Mudanya.

            Fokus kerja kita tetap menggerakkan pihak untuk peduli pada bidang pendidikan bukan penggiringan opini kepada salah satu calon. Walaupun secara pribadi dan sebagai warga negara yang baik, tentunya kita boleh punya preference politik sendiri dong.

            Terlepas dengan berbagai kontroversinya. Pemilu tahun ini cukup mengesankan dan membanggakan bagi saya. Mengutip kata-katanya Rahmat Danu Andhika PM 1 Halmahera Selatan, “Faktanya, kita akhirnya berhasil punya presiden yang turun baik-baik, setelah dipilih baik-baik dan menuntaskan tugasnya selama dua periode”. Selain itu, baru pemilu ini lah yang hasilnya tidak terprediksi, calonnya sama-sama kuat dan membuat cukup deg-deg-an.

            Karena “kekerenan” pemilu tahun ini, tentunya saya tidak ingin menikmatinya sendirian. Saya ingin siswa-siswi Bangun Jaya juga ikut merasakan euforianya. Bagaimana caranya? Yaitu melalui pemilihan ketua kelas ala pemilihan presiden. Bahkan namanya pun diganti menjadi pemilihan presiden kelas. Ada lima calon presiden:  Ifan, chairul, Udin, Imam dan Bayu.

            Tidak kalah heboh, pemilihan presiden kelas 6 ini diawali dengan pemaparan program kerja dari 5 calon presiden. Satu persatu harus berorasi meyakinkan teman-teman sekelasnya yang lain, kenapa dia-lah yang pantas menjadi presiden.

            Mengagumkan, dalam waktu 10 menit mereka berhasil merangkai program kerja setahun. Bahkan Bayu, siswa yang cukup introvert dan pemalu terlihat bersemangat berorasi di depan kelas. Saya kembali bangga.

            Setelah itu, setiap anak memasuki bilik suara sederhana dari papan tulis yang dibalik, mencoblos kertas suara berisi nama calon presiden. Apabila sudah, mereka boleh mencelupkan jari kelingking ke tinta boardmarker, sayang hanya ada warna hitam di kantor guru tidak ada warna ungu. Tapi apalah arti warna dibanding antusiasme anak-anak.

            Yulia, siswi terakhir dalam absen pun selesai mencoblos. Harap-harap cemas terlihat dari wajah para calon. Secara bersama-sama kami menghitung perolehan suara. Dan akhirnya terpilihlah Udin sebagai Presiden Kelas 6 terpilih tahun ajaran 2014/2015. Saya akui dia memang yang materi orasinya paling baik. Selamat anak kelas enam, telah bisa mempraktekkan demokrasi di kelas kalian. Selamat juga telah menambah rangkaian kebanggaan saya dalam episode pemilihan presiden ini. Semoga setelah kalian besar dan punya hak pilih, kalian juga bisa memilih pemimpin berdasarkan kualitasnya dan kalau bisa, bahkan menjadi pemimpin yang berkualitas itu sendiri.


Cerita Lainnya

Lihat Semua