info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

SD Bangun Jaya, sudah Bangun tapi belum Jaya

Rusdi Saleh 18 November 2010
Sejujurnya saya selalu bingung untuk memulai menulis setiap jurnal harian saya. Bingung karena tidak tahu ingin menceritakan apa, padahal banyak sekali cerita yang bisa dijadikan tulisan. Tapi baiklah, akan saya coba menuliskan mengenai sekolah yang akan saya ajar nanti. Waktu itu pukul 08.30 WIB, saya diajak oleh kepala sekolah tempat dimana saya akan mengajar untuk mengunjungi sekolah. Beliau bilang bahwa seluruh pihak sekolah baik itu guru dan siswa sudah menantikan kedatangan guru baru. Sebelumnya kepala sekolah yang notabene adalah keluarga angkat saya dirumah sudah menceritakan Indonesia Mengajar kepada Guru dan siswanya. Ekspektasi yang tinggi nampaknya sudah ada dibenak Pak Rahmat, kepala sekolah. Tentunya apa yang diceritakannya pada Guru dan siswanya juga mengandung harapan-harapan yang tinggi kepada saya sebagai guru baru di sekolah itu. Sebetulnya agak kurang nyaman ketika pihak sekolah  menyimpan harapan yang terlalu tinggi akan kedatangan saya. Sepertinya itu adalah beban yang saya pikul Setibanya di sekolah yang  cukup dekat dengan rumah dimana saya tinggal, semua mata tertuju kepada saya. Seperti artis yang baru mereka lihat. (?). Masuk ke ruang guru. Dan bersalaman dengan guru-guru. Ada 11 guru, masing-masing 6 laki-laki dan 5 perempuan.  Semua guru laki-laki nampaknya cocok menjadi bapak saya, karena usia mereka hampir seusia bapak saya. Cukup tua untuk ukuran seorang guru. Sepertinya dlam jangka waktu yang tidak terlalu lama akan pensiun. Sementara untuk guru perempuan hanya ada 2 ibu muda yang umurnya masih belum tua. Dan sisa ketiganya bisa juga dibilang seperti ibu saya. Jadi bisa disimpulkan bahwa sebenarnya dari segi usia, guru yang mengajar di SD ini cukup terlkalu tua untuk mengajar, butuh penyegaran baru yang bisa membawa inspirasi baru bagi anak-anak yang tampaknya sudah bosan dengan cara mengajar yang itu-itu saja. Dari segi fisik bangunan, tidak terlihat bangunan ini akan roboh, masih layak guna saya pikir. Ada 6 kelas dan 1 ruang guru. Di depannya ada lapangan yang saya duga biasa digunakan untuk upacara bendera karena di tempat itu berdiri tegak tiang tanpa bendera, kalau saya tidak salah ingat. Di seberang ruang saya berdiri nampak ada dua ruang kecil yang orang biasa menyebutnya toilet, saya tidak sempat menghampirinya, namun dari jauh terlihat ada sumur kecil disebelah ruang itu. Lapangan itu cukup luas dan kelas-kelas serta ruang guru membentuk sudut siku 90 derajat terhadap lapangan itu. Murid sekolah itu, saya sanagat suka membahas hal yang satu ini. Murid-murid SD ini sangat nampak antusias melihat kedatangan saya. Tidak jarang mereka pura-pura lewat di depan ruang guru dan melirik kearah saya duduk untuk memastikan keberadaan saya. Bukan karena ke-PD-an saya menulis ini, tapi fakta menunjukan demikian. Namun sebenarnya masih dipertanyakan apa maksud mereka, apakah antusias atau justru aneh melihat kedatangan saya. Semoga semuanya akan berjalan lebih indah dan menyenangkan untuk dijalani. Berbagi inspirasi bersama anak-anak dan memberikan motivasi mengenai arti pentingnya pendidikan bagi bangsa ini. Menyampaikan pesan pendiri bangsa ini untuk bersama-sama mencerdaskan kehidupan bangsa. Sudah saatnya bangsa ini memiliki keunggulan sumberdaya manusia bukan hanya keunggulan sumberdya alam saja. Dimulai dengan ikut mendorong kemajuan pendidikan di sekolah ini dengan cara yang bisa saya lakukan secara maksimal.

Cerita Lainnya

Lihat Semua