Perpustakaan Gampong : Membuat Buku Menjadi Lebih Dekat

Rini Setianingsih 18 Mei 2014

Buku adalah jendela dunia. Buku adalah gudang ilmu. Begitulah kata pepatah bijak terkait manfaat buku. Namun saying, tidak semua anak bisa merasakan nikmatnya ilmu pengetahuan yang terkandung dalam buku. Buku menjadi garis diskriminasi antara anak kota dengan anak desa. Anak-anak desa berbeda dengan anak-anak kota. Anak-anak kota dengan mudah dapat merasakan indahnya buku dan ilmu pengetahuan di dalamnya. Anak-anak desa harus berjuang melawan jauhnya perjalanan untuk bertemu buku, yang biasanya berada di toko buku ataupun perpustakaan daerah. Selain itu, permasalahan ekonomi pun membuat buku bukanlah barang wajib yang harus dimiliki oleh anak di desa. Oleh karenanya, sekolah merupakan solusi terdekat pemenuhan kebutuhan anak akan pengetahuan.

Sekolah, khususnya dengan adanya kucuran dana Biaya Operasional Sekolah (BOS), diharuskan untuk lebih berdaya dalam pemenuhan kebutuhan anak akan ilmu pengetahuan melalui buku. Dengan dana BOS sekolah bisa membeli buku yang dibutuhkan untuk kegiatan belajar dan mengajar anak. Namun kenyataannya, buku BOS ataupun buku paket yang diterima dari pemerintah jumlahnya tidak mencukupi dari yang dibutuhkan. Sehingga anak harus berbagi buku dengan teman semeja, ataupun buku yang menjadi panduan tidak boleh dibawa pulang dikarenakan sekolah takut buku tersebut rusak. Anak-anakpun menjadi tidak memiliki waktu berlama-lama dengan buku.

Lalu bagaimana anak di desa bisa merasakan indahnya ilmu pengetahuan dalam buku? Salah satu solusi yang bisa menjawab pertanyaan tersebut adalah dengan adanya perpustakaan desa, atau di Aceh disebut dengan perpustakaan gampong. Perpustakaan  gampong itu sendiri pada dasarnya sama dengan perpustakaan pada umumnya. Dimana di tempat tersebut terdapat sejumlah buku yang dapat dibaca di tempat maupun dibaca di rumah (dipinjam dan dibawa pulang) lalu dalam kurun waktu tertentu akan dikembalikan lagi kepada perpustakaan. Hal yang membedakan perpustakaan gampong dengan perpustakaan daerah atau sekolah adalah pada letaknya. Perpustakaan sekolah berada di sekolah, sedangkan perpustakaan daerah berada di ibu kota suatu daerah. Sedangkan perpustakaan gampong berada di gampong atau desa itu sendiri. Perpustakaan gampong secara geografis terletak dekat dengan jantung kehidupan anak desa. Perpustakaan ini terletak di pusat desa yang padat dengan pemukiman penduduk. Sehingga anak tidak perlu menempuh jarak geografis yang jauh untuk dapat sekedar membaca buku.

Hal yang menarik dari perpustakaan gampong adalah pada inisiasinya. Pada perpustakaan sekolah dan daerah sudah menjadi standar dari pemerintah bahwa perpustakaan itu ada. Kedua perpustakaan tersebut seperti kelengkapan dari instansi yang lebih besar. Sedangkan perpustakaan gampong hadir karena adanya inisiasi dari pihak gampong itu sendiri. Baik aparatur maupun gampong sadar akan pentingnya pendidikan, sadar akan kebutuhan anak terhadap buku, sehingga mengusahakan adanya fasilitas yang mengakomodir hal tersebut dan akhirnya lahirlah perpustakaan gampong.

Perpustakan gampong ini tidak hanya inisiasinya saja yang berasal dari pihak gampong, namun juga pelaksanaan kegiatan di perpustakaannya sehari-hari juga berasal dari pihak gampong. Mulai dari arus pinjam dan kembali buku, pengadaan buku, hingga perawatan dan tata ruang dari perpustakaan tersebut menjadi tanggung jawab dari pihak gampong. Terkadang di perpustakaan gampong pun terdapat aktivitas yang mendukung kegiatan menumbuhkan minat baca, dan kegiatan tersebut diakomodir langsung oleh pihak gampong. Secara tidak langsung, ketika perpustakaan gampong sudah dapat berjalan dengan baik, berarti kesadaran akan pendidikan adalah tanggung jawab bersama sudah tumbuh besar di masyarakat. Dengan perpustakaan gampong, kesadaran pendidikan merupakan tanggung jawab bersama menjadi langkah besar untuk dapat segera mewujudkan cita-cita luhur berdirinya bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

 

 

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua