Ini Tentang Hasan dan Mimpinya

Rini Mayasari 11 Agustus 2012

                       Saya percaya semua mimpi dimulai dari sekolah. Pun ketika saya bermimpi untuk kuliah di luar negeri, semuanya dimulai dari sekolah. Saya ingat ketika bulan Mei lalu membuat sebuah video tentang anak-anak dan cita-citanya. Hampir semua murid saya menjawab dengan cita-cita untuk menjadi guru, tentara, polisi, dan petani. Hasan salah satunya yang bercita-cita untuk menjadi petani. Saat itu, saya pun meyakinkan mereka, apa pun cita-cita mereka, mereka akan bisa menjadi orang yang sukses di bidangnya masing-masing asalkan bersungguh-sungguh, dan saya berpesan kepada anak-anak manis ini untuk menjadi orang-orang yang jujur dan amanah, jika jadi polisi maka jadilah polisi yang jujur dan amanah jika jadi guru jadilah guru yang jujur dan amanah, pun ketika jadi petani jadilah petani yang jujur dan amanah. Saya yakin, jika anak-anak ini nantinya jadi orang-orang yang jujur dan amanah walau jadi apapun mereka di masa mendatang mereka akan mampu menjadi generasi yang memajukan bangsa ini. 

              Suatu hari di bulan Juli, saya membawa surat yang dikirim oleh sahabat karib sekaligus kembaran saya untuk murid-murid di sekolah.

Begini kira-kira kutipannya :   

 

”Assalamu’alaikum Wr. Wb. 

Hai adik-adik SDN 006 Paser Belengkong! Apa kabar kalian semua? Semoga selalu dalam keadaan sehat wal afiat. Bagaimana liburannya? Menyenangkan? Saya Kak Dian dari Palembang, Sumatera Selatan. Foto untuk kartu pos ini di ambil di sebuah jembatan yang terkenal di Amerika Serikat. Menghabiskan masa kecil di sebuah desa kecil di Sumatera Selatan, kakak tidak pernah bisa percaya bahwa kakak akhirnya bisa melihat langsung jembatan yang pertama kali kakak kenal melalui sebuah puisi.

...................................................................

Terus belajar dan membaca yah! Kalian adalah masa depan Indonesia, adik-adik! 

Salam, 

Dian Mayasari “  

            Setelah saya bacakan surat, anak-anak bergiliran melihat kartu pos bergambar jembatan Golden Gate itu dan kemudian dengan riang menulis surat balasan untuk Dian.

           Setelah selesai, suratnya pun dikumpulkan kepada saya untuk dikirim. Saya lihat surat mereka dihias-hias dengan crayon secantik mungkin. Seperti biasa, dengan malu-malu, para siswa ini berkata, “Bu jangan dibaca yah.” 

           Di antara semua surat itu, ada surat yang sangat menyentuh hati saya ketika membacanya. Surat itu ditulis oleh Hasan yang bulan Mei lalu bercita-cita jadi petani.

Begini suratnya : 

 

“Tanggal 12, 07, 2012, Palembang

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu

Yth. Ibu Dian Mayasari   

Saya kagum kepada Ibu Dian Mayasari. Saya ingin tanya kepada ibu, apakah saya juga bisa seperti ibu? Jika saya bisa seperti ibu, saya juga mau melihat jembatan yang ibu lihat. Saya akan berusaha agar saya bisa sukses. Dan jika saya benar-benar sukses, saya akan mengelilingi dunia. 

Saya juga ingin menjelajah keluar angkasa dan menemukan benda-benda langit yang indah. 

Dan saya ingin menemukan pelanet-pelanet yang mirip bumi.  Dan saya juga akan mencari tata surya yang lain.Mungkin saja ada penghuninya. Mungkin penghuninya baik dan ramah. 

Dan saya akan menjelajah lebih jauh lagi agar saya bisa tebih tau lagi tentang seluruh alam semesta yang indah.

Dan saya juga akan membuat alat transfortasi yang baru. Jika saya bisa, saya akan menggunakannya ke mana saja.  Bahkan mungkin saya membuatnya untuk keliling kota yang ada di luar negeri.

Dan jika saya bisa, saya akan melestarikan hutan. 

Dan saya tidak boleh lupa sholat lima waktu dan membantu orang tua saya sendiri dan membantu anak-anak yatim piatu.

Dan saya juga akan berusaha agar saya tidak boleh marah-marah kepada siapapun.

Dari Hasan yang mengirim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.  

Kepada Ibu Dian Mayasari di Palembang

Terima kasih

Suliliran, 12,07,2012

Hasan ”

                  Ini lah mimpi yang Hasan ungkapkan dengan sangat lugu namun mengguncang hati. Ada begitu banyak hal yang ingin dilakukannya di dunia ini. Siapa sangka, Hasan yang tiga bulan lalu dengan lantang mengatakan bercita-cita menjadi petani, sekarang menyatakan mimpi-mimpinya dan antusiasme tentang menjelajah planet lain menemukan tata surya yang baru, menciptakan alat transportasi, melestarikan hutan, dan dia percaya dia bisa melakukannya. Saya percaya anak ini memiliki mimpi yang besar sejak awal, namun dia malu mengatakannya karena takut ditertawakan oleh orang-orang di sekitarnya, dianggap tidak rasional. Ya, saya pun kadang mengalaminya di desa Belebak ini. Terkadang, para orang tua murid begitu skeptis berkata, “Bu Rini, anak kami jangan keseringan diajak belajar, nanti gila”.

             Lirih dalam hati saya berdoa tentang nyala sebuah mimpi besar dari anak muda bernama Hasan ini. Saya harap sinar dari mimpinya akan mampu menerangi banyak hati, tidak saja teman-temannya tetapi juga para orang tua di sekitarnya untuk lebih optimis memandang dunia bahwa anak-anak mereka mampu menjadi apa pun yang mereka cita-citakan dengan kesungguhan niat dan kerja keras.


Cerita Lainnya

Lihat Semua