Tentang Mereka: All about KUTU

Rika Amelia 31 Januari 2014

Pengajar Muda, Penempatan, Korengan dan Kutu adalah empat hal yang saling berkaitan dan susah dipisahkan. Menjadi hitam, korengan dan kutuan tampak bukan lagi masalah bagi kami Pengajar Muda. Sekedar penghibur hati, kami menunjuk bekas korengan dan rambut kami dan berseru "bukti pengabdian" dengan lantang dan bangga. Paling tidak, ada cerita kocak yang bisa kami ceritakan kepada cucu kami nanti. Kali ini, saya khusus membahas segala hal yang berkaitan dengan KUTU. Makhluk kecil yang tergolong hewan parasit ini nampaknya sangat senang bermain-main dan membina rumah tangga yang rukun dan sejahtera di kepala anak-anak (dan beberapa PM). Banyak kisah lucu yang terjadi karena ulah si makhluk mungil ini.

 

Kisah FOTO KUTU PERSAHABATAN Nurfadilah

Mencari kutu merupakan rutinitas rutin yang dilakukan anak-anak saya untuk sekedar mengisi waktu luang sebelum pelajaran tambahan di teras rumah dimulai. Biasanya anak yang memiliki kutu paling banyak akan dikerumuni oleh anak-anak lain dan mereka berebut mencarikan kutu teman mereka tersebut. "irrae..mboto ja si kutu la ainan...(ya ampun, banyak sekali nih kutunya ainan)" ujar mereka berkali-kalil sambil terus menarik keluar kutu ainan dari rambut panjangnya "irrae...irrae...irrae.." tak hentinya mereka berujar setengah takjub dengan hasil pembabatan mereka.

Suatu hari, Nurfadilah, si robot semangat SDN Paradowane sedang bingung untuk memilih tema yang akan dipakainya untuk lomba fotografi yang diadakan oleh Majalah National Geographic Kids Indonesia. Dia menerawang memandang ke depan sementara teman-temannya asik mencari kutu (kali ini Lila) seusai kami menulis surat untuk anak-anak di Bawean. Setelah semuanya salim dan bubar pulang, tiba-tiba Dila tersentak dari lamunannya dan berseru "Oh iya!!!". Buru-buru salim ia pun menghilang dengan cepat ke ujung gang. Ba'da Ashar, ia pun kembali membawa empat orang temannya. "Ibu, saya mau foto mereka!" Katanya bangga menunjuk Debi, Lila, Khusnul, dan Fina yang beberapa sudah nampak rapi karena habis mandi sore. "Ainan..Nggomi juga lu'u ni! (kamu juga ikut!)" Ujar Dila pada si kecil Ainan yang baru saja keluar sambil menggaruk-garuk kepala.

Saya pun menyerahkan kamera ke tangannya, sekejap saja, Fadila sudah menyusun model-modelnya untuk duduk berbaris dan mengacak-ngacak rambut mereka yang sudah rapi (Khusnul dan Fina marah-marah awalnya). "Ake ke untuk lomba si, nggomi doho duu ni! (Ini buat lomba, kalian duduk saja!" seru Dila sok penting. JEPRET-JEPRET-JEPRET. Berlagak ala fotografer profesional, Dila pun mengambil beberapa gambar dan menunjukkannya kepada saya yang sempat melongo sejenak. Tersenyum puas ia pun membubarkan barisan dan menyuruh model-modelnya pulang. "Semoga saya menang ya bu ya, sekarang saya mau cari ide untuk kaegori hewan, manusia dan pemandangan dulu."  sampai sekarang saya tak hentinya tertawa setiap kali melihat foto itu

 

Pohon Harapan, Time Capsule dan Kutu Lila

Bulan desember kemarin sebelum pergantian tahun, saya mengajak anak-anak satu sekolahan membuat pohon harapan. Harapan yang mereka tulis boleh untuk mereka dan juga boleh untuk teman mereka. Lucu-lucu saja yang mereka tulis. Tapi tak ada yang lebih lucu dari ekspresi Lila membaca salah satu daun yang bertuliskan "semoga kutu lila cepat musnah - oleh rahmawati". Haha. Ya. Lila adalah siswa kelas enam yang konon memiliki kutu terbanyak di kelas enam.

Suatu hari di awal tahun saya pun mengajak anak-anak kelas enam untuk membuat time capsule. Mereka menulis tentang prediksi mereka terhadap diri sendiri dan teman terbaik mereka sepuluh tahun mendatang. Iseng, saya melirik tulisan rahmawati yang memang sahabat terbaik Lila. beginilah kira-kira.

Sepuluh tahun lagi, saya akan menjadi dokter. Semoga terkabulkan..Amin.

Sepuluh tahun lagi, saya harap teman saya Lila sudah berhasil menghilangkan kutunya yang banyak sekali. Saya kasihan melihatnya selalu menggaruk-garuk kepalanya seperti mony*t (tanpa bermaksud berbicara kasar)

Lila, You've got to make those dreams come true!!!

 

Malam Pembasmian Kutu

Karena merasa risih dengan anak-anak yang selalu menggosok-gosokkan ujung penan mereka ke jilbab untuk menggaruk kepalanya setiap kali belajar, saya berinisiatif untuk membelikan mereka obat pembasmi kutu. Karena pencarian rutin terbukti tak cukup ampuh membasmi kutu-kutu yang mungkin sudah mendirikan republik di kepala-kepala mereka.

Akhirnya, pada suatu malam, saya mengumpulkan beberapa anak yang dengan setia memelihara kutu di kepala mereka dan menjelaskan.

"Ake ke ngara re obat kutu. Nggomi doho nee la kutu losa dari rambut nggomi ro?" (Ini nih namanya obat kutu. kalian mau kutu-kutu pergi dari rambut kalian kan?)

"Iyota ibuuuu!!"

"de...nggomi doho re kani ake obat aka rambut saraa ndi..goriede aina ndeu ro! nais re nggomi loa ndeu. ringa re?" (nah, kalian pake ini obat ke seluruh rambut, lalu jangan keramas dulu sampai besok pagi. besok baru boleh mandi. jelas?"

Akhirnya, mereka pun riuh menjulurkan tangan meminta bagian obat yang baunya agak menyengat itu. Dengan semangat mereka menggosok-gosokkan obat tersebut ke seluruh rambut mereka. "Bismillahirahmanirrahim...made nggomi kutu...hrgh..MADE!!!MADE!!" *made=mati.

 

Menjadi Agen Obat Kutu

Sejak malam pembasmian kutu, entah mengapa tiba-tiba anak-anak memesan obat kutu dalam jumlah yang cukup banyak. "buat bibi saya bu,,,buat kakak saya..buat adik saya..."

"Innae ibue..caru ja si au si ngara re obat kutu kemarin tu ibu.., wali ibu..." mereka pun mau pakai lagi dan beralibi masih ada kutu (padahal udah lenyap semua)

"nggomi ke...watiloa kani kamboto2. nanti kepalanya botak lo.." ujarku melarang sambil menakuti-nakuti mereka.

Alhasil, jadilah saya si Agen Obat Kutu. Setiap kali hendak ke kota, pasti ada saja yang titip Obat Kutu untuk dibelikan di kota sana. Tak masalah, yang penting ini bisa dikategorikan "Perubahan Entitas Perilaku."


Cerita Lainnya

Lihat Semua