Beri Aku Alasan untuk Lelah

Rika Amelia 10 Agustus 2013
Siang ini, bulan ramadhan, di kota Bima pukul 15:13 waktu Indonesia bagian laptopku. Kenapa waktu berbuka terasa lamaa sekali datangnya ya hari ini? kenapa di hari-hari sebelumnya tak terasa sudah berbuka saja? " Sekejap ja (sebentar banget)". Aku tahu kenapa, mungkin karena aku jauh dari Paradowane. Ya, pagi ini, pagi-pagi sekali dengan dibantu pasukan setiaku a.ka. siswa-siswa ku aku mengangkat tas besar berisi pakaian kotor yang  belum sempat kucuci karna hujan ta kberkesudahan di desaku untuk menunggu bus di pinggir jalan. Hari ini aku harus ke kota karna ada acara dikpora setempat yang harus dihadiri. Bima berbeda dengan Paradowane, Bima panas, paradowane "busi"(dingin). Tapi, apa karna itu aku merasa puasa berjalan begitu lama di kota? sepertinya bukan..   Mari kuingat-ingat apa yang terjadi ketika melewati puasa di desa. Pagi-pagi sekali aku harus berjalan dari rumah bersama umi dan ainan, ibu dan adik angkatku. Terkadang, Marfuah, adik angkat keduaku yang punya mata berbinar-binar ingin tahu juga ikut bersama kami, sekedar bermain-main di lapangan sekolah atau menjadi asisten ibu rika. Di sekolah tak banyak yang diajarkan. Kami hanya bermain "simon berkata" sambil tertawa-tawa atau berlatih bernyanyi bersama, meski suara murid tak kalah fales dengan suara gurunya (hahaha). Bukannya kami malas belajar, tapi memang minggu-mingu puasa bukan minggu efektif untuk belajar. Bagaimana tidak, siswa yang datang hanya sebagian saja, belum lagi di tengah-tengah jam setengahnya lagi dipanggil oleh guru pembina lomba kegiatan nuzulul quran untuk berlatih. Tau-tau hanya seiprit saja yang mejeng di kelas. Jadilah kami menikmati sisa-sisa jam sebelum lonceng pulang dengan hal-hal yang bagi mereka, dan juga aku, menyenangkan hati.   Bel pulang berbunyi, semua bersorak keluar dan mengerubuni penjaja mainan keliling di halaman sekolah yang sering diomeli ibu kepala karena sampah jualannya kemana-mana. Sebagian kecil guru yang dari tadi hanya duduk-duduk di depan ruang guru juga ikut pulang. Lagi, aku berjalan dengan pasukanku menuju rumah, bersiap-siap memberikan latihan kaligrafi untuk anak yang akan ikut lomba.   Sekejap saja, mereka sudah riuh di depan rumah. walaupun hanya vivi yang harus latihan untuk lomba kaligrafi, segerombolan anak kelas kecil juga ikut datang, meinta kertas dan krayon, menggambar ini dan itu. Liukan tangan mereka seirama dengan mulut dan lidah mereka yang ikut-ikutan bergerak dan bergeming ketika goresan krayon tertera di kertas. Lelah menggambar, kadang mereka meminta soal matematika. Walaupun jawaban mereka salah, mereka memberikan hasil kerja mereka dengan senyum yang mengembang  nyaris hingga telinga mereka. Tuhan, saya tidak menyesal tidak tidur siang saat itu.   Tidak hanya vivi yang harus berlatih di rumah. Hari itu, Dila sang ketua kelas VI mengomandoi teman-temannya yang ingin ikut KONFA. Mereka semangat sekali menulis cerita tentang jajanan favorit mereka. Beberapa anak sudah menulis cerita yang bagus. Beberapa lainnya masih ngawur sana sini. Sore itu, cerita mereka telah selesai direvisi dan siap diketik. Seperti tahun lalu, mereka mengetik sendiri tulisan mereka. Satu anak butuh waktu dua jam untuk mengetik cerita mereka yhang lebih kurang satu halaman panjangnya. Tak Pelak, jari-jari mungil mereka harus mencari-cari huruf yang akan mereka ketik. Wajah mereka begitu serius berpaling dari kwyboard ke monitor kembali ke keyboard dan ke aku sambil berkata "Ibu, huruf t tidak ketemu ibu e,...susah ja ni carinya.." hahaha.   Zuhur berlalu dan waktu hampir menunjukkan pukul tiga, harus siap-siap pergi ke lapangan desa sebelah, desa Parado Rato. "Ibu, Ibu mau ikut melatih paskib ya?" seru Dila yang hari itu dandan jor-jor an karna tahu dirinya mau difoto untuk berkas persyaratan KONFA. "Iya, kenapa?" jawabku. "Kita ikut ibu." bujuk Dila. "Jauh Lo..lagian kalian puasa kan? ga capek memang?. "Ndak, Ibuk e..". Setelah membuat perjanian untuk tidak mengeluh capek karena jauh dan buru-buru mau pulang karna mau buka, aku dan mereka berjalan menyusuri jalan menuju desa tentangga. Sepanjang Jalan mereka ricuh bercerita tentang ini itu.. ("Irrae...gaga ja pak Gilang cowo nya bu Petra itu bu.., putih..pake kacamata, baik lagi...kita suka si sama pak Gilang...kita juga suka sama bapa yang di hape ibu tu, gaga juga si ibu..cou (siapa) itu bu??....kalau kita si ibu,kemana-mana sudah biasa sih jalan...pernah kita sampai ke kanca..ke kuta...jalan kaki ibu e.. ndak capek ibu e. gitu sih ibu..."). Obrolan mereka tak berhenti sampai kami tiba di lapangan. Mereka saja masih tetap semangat jalan dan ikut-ikutan latihan paskinb sampai sore menjelang berbuka tidak kenal kata lelah, mana mungkin saya, Pengajar Muda, mudah kalah dan bermalas-malasan? Irrae..Malu...   Hari ini di Bima,tidang melakukan apa-apa, tapi lelahnya....minta ampuuunnn...samoai notes ini ditulis, aku masih melirik lemas jam di pojokan desktopku, 16:55   Aku rasa karena mereka, merekalah alasan aku tetap bertahan dan waktu berlalu begitu cepat.. mereka yang selalu riuh dengan celotehan centilnya, mereka dengan huru-hara nya bermain uno, mereka yang bernyanyi sekenanya tanpa peduli nada Mereka...pasukan kecilku   Nah...berilah aku alasan untuk lelah! Aku rasa akan susah mencari-cari alasan untuk lelah jika kau berada di desaku kecilku bersama pasukan kecilku di desa Paradowane. Datanglah ke sini, dan berbukalah lebih cepat dari yang kau kira..

Cerita Lainnya

Lihat Semua