Charto, Bocah Penyuka Kisah-Kisah Nabi
Rifian Ernando Lukmantara 5 Oktober 2013Awalnya tak ada yang istimewa dari bocah ini, kecuali pembawaanya yang cukup tenang dan relatif lebih sedikit berbicara dibandingkan teman-temannya. Belakangan saya juga baru menyadari bahwa dialah satu-satunya murid yang beragama Nasrani di sekolah. Tak banyak memang yang dapat digali dari bocah ini. Selain karena rumahnya yang terletak di desa sebrang, perangai dan sifatnya pun tak banyak menjelaskan siapa dirinya.
Melalui beberapa interaksi dan kegiatan belajar di kelas juga baru diketahui bahwa masalah 'perbedaan' dengan kawan-kawannya ini cukup sensitif untuk dibicarakan. Maklum saja, di desa ini hampir 100% masyarakatnya beragam Islam dan memang menjadi sebuah anomali tersendiri saat melihat dan bersanding dengan mereka yang berbeda keyakinan.
Berhubung di sekolah ini tidak ada guru bidang studi agama, saya sebagai wali kelas pada akhirnya merangkap tugas sebagai guru agama. Anak-anak di kelas sangat menyukai kisah-kiash nabi yang kerap saya ceritakan di kelas, termasuk Charto si bocah beragama Nasrani ini. Ia bahkan menjadi murid yang paling antusias manakala saya menwarkan diri untuk menceritakan kisah-kisah nabi di kelas. Awalnya saya merasa tidak enak, dan mempersilakan Charto menunggu di luar kelas sampai pelajaran agama selesai, namun ia justru bergeming. Ia menolak dengan alasan ingin mendengarkan kisah yang saya ceritakan. Saya merasa sungguh tidak enak. Saya hanya khawatir nantinya akan tersiar kabar bahwa saya dianggap tidak menghargai murid yang beragama lain dengan menyuruhnya mengikuti pelajaran Agama Islam. Belakangan setelah ditelusuri, ternyata Charto memang terbiasa tidak meninggalkan kelas saat pelajaran Agama Islam sejak kelas 1. Ia sudah cukup terbiasa untuk mendengarkan materi pelajaran Agama Islam, sekalipun ia sendiri beragam Nasrani.
Ketertarikan saya pada anak ini tidak berhenti sampai di situ. Saat keesokan harinya saya membuat kuis di kelas terkait materi kisah-kisah nabi yang sudah disampaikan sebelumnya ia justru terlihat ingin ikut menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan. Ia terlihat sangat bersemangat mengacungkan tangan sambil berteriak " Pak saya pak saya pak!" manakala saya mengajukan pertanyaan seputar kisah-kisah nabi. Awalnya saya mengabaikan acungan jarinya, namun lama kelamaan saya menjadi tidak tega. Terlebih saat melihat bahasa tubuhnya yang bergitu bersemangat ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Didorong rasa iba dan penasaran akhirnya saya menunjuknya untuk menjawab pertanyaan saya. Dua pertanyaan saya seputar kisah nabi Ayub dan Musa dapat dijawabnya dengan benar dan tepat. Bahkan ia terlihat masih ikut beradu suara sambil mengacungkan tangan dengan teman-temannya yang lain manakala saya memberikan pertanyaan lain.
Saya sungguh dibuatnya terkesima. Bocah yang masih duduk di kelas V ini sungguh mampu membuat saya berpikir bahwa keteladanan dan nilai-nilai kebaikan itu sifatnya universal. Setiap agama pasti mengajarkan nilai kebaikan. Selama itu tidak melanggar akidah dan kepercayaan yang kita imani tak ada salahnya memang menggali nilai-nilai kebaikan universal dari agama lain. Terimalah nilai kebaikan dan kebenaran, dari manapun asalnya.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda