Aku Ingin "Lulus"

RetnoDewi Yulianti 23 Maret 2015

Hari ini aku merasa jadi PM sekaligus pemain FTV, di akhir jam sekolah aku bersama anak-anakku berinisiatif ke tempat Lulus (anak yg mogok sekolah). Nyatanya setelah kami kesana, adiknya berkata jka sang kakak masih ada di ladang.

Akhirnya anak-anak lain menunggu di gardu, sedangkan aku masuk ladang. Di sana kulihat 1 keluarga lengkap, bapak, ibu, dan 2 anak lelakinya. Ya aku melihat Lulus disana. Kuteriakkan namanya, dia hanya menolehkan pandangannya beberapa saat (kaya rangga di AADC). Lalu pandangannya kembali pada pekerjaan yang ia lakukan, mengarit padi.

Ku berjalan menghampiri mereka, inginnya bersalaman pada ke dua orang tuanya. Tapi bapak dan ibu sedang membersihkan ikan. Mereka menolak bersalaman. Yah sudahlah, aku kembalikan pandanganku ke Lulus.

Aku teriakkan lagi namanya aku tantang untuk menghampirinya. Walaupun aku harus menyeburkan kakiku ke dalam sawah. Kondisinya tanah masih berupa air dan tanah saja, belum ditanami kembali.

Tidak habis pikir aku berjalan kearahnya. Ku lepas kaos kakiku, kukenakan kembali sandal gunungku, dan byurr. Akhirnya kakiku tenggelam oleh sawah sampai dengan setengah betis. Ku berjalan menghampirinya, tapi Lulus menjauh. Tak mengenal lelah aku terus berjalan menghampirinya.

Sempat terfikir olehku, 'jika aku dan teman-temannya tidak bisa menemuinya, nanti aku akan kembali lagi'. Tapi hati kecilku bilang, 'gak boleh, aku harus ketemu sekarang!! Kalau teman-temannya nggak bisa ketemu, minimal aku yang ketemu'.

Dan aku tetap melanjutkan perjalanan mengejar Lulus. Sempat terkejar, dan aku tanya kembali janji kita di maghrib itu, "Lulus jadi sekolah kan?" tanyaku. "Enggak bu, gak jadi," jawabnya. Ia tak berani menatap mataku. "Lho janjinya gimana?," tanyaku memelas. Lulus hanya menoleh dan berjalan pergi meninggalkanku.

"Lulus tunggu, ibu mau bicara sebentar. Lha ini ibu jalan ke kamu, kamunya pergi, tunggu ibu sebentar," kataku setengah berteriak.

Di tengah pengejaran, tiba-tiba kaki kananku terperosok. Kakiku tidak bisa digerakkan, lumpur sawah telah menangkap sandalku dan mendekapnya erat.

Aku berteriak, "Lulus, tolongin ibu,, Lulus.." Lulus menoleh padaku, lama. Tapi ia tak juga menolongku. "Andre, tolongin ibu,, Andre.." (Andre adalah adik bungsu Lulus).

Mereka sama sekali tak bergeming. Kukumpulkan tenagaku dan kutarik kuat kakiku. Dan akhirnya akupun terbebas, dan kembali mengejarnya kembali.

Setelah melewati sawah berlumpur aku berjalan menyusuri hutan. Lulus buka suara "ibu tunggu disini saja, sebentar tak tinggal," tegasnya.

Aku pun tinggal di bawah pohon karet. Sedangkan lulus berjalan menyusuri ladang mencari ikan. Dari belakang datanglah Fanus, salah satu murid kelas VI yang ikut mengunjungi rumahnya. "Kenapa bu? Lulus mana lho?" Tanyanya. "Nggak tau ibu cuma suruh nunggu disini tuh nus," kataku.

Tak berapa lama kemudian Lulus datang dengan anak-anak lainnya. Mereka datang menghampiriku. "Iya, ya bu besok saya sekolah," ucap Lulus tiba-tiba. Aku tersentak kaget. "Iya Lus? Sudah ada seragamnya?" tanyaku penuh semangat.

"Iya bu, aku tak cari buku dulu," tambahnya. "Bukumu kemana? Ada buku tulis? Kalau nggak ada ibu ada buku banyak," tawarku. " Nggak bu masih ada kok," ujarnya. "Oke, ibu tunggu di sekolah ya!! Kalau nggak datang kamu ibu jemput," ucapku. "Iya bu," katanya sambil berlalu pergi.


Cerita Lainnya

Lihat Semua