info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Tahun Ajaran baru,

Rahmat Andika 18 Agustus 2011
17 Agustus 2011, 00.20 WIT Tidak terasa waktu berlalu, sekarang sudah memasuki bulan kesepuluh saya berada di Desa Pelita sebagai Pengajar Muda. Di tahun ajaran yang baru ini saya tetap menjadi wali kelas 5, mengajar 29 anak. SD Negeri Ambatu/Pelita dalam 9 bulan ini secara komposisi tenaga pengajar mengalami beberapa perubahan. Semula, hanya ada 5 orang guru, termasuk saya. Lalu sempat berkurang jumlahnya karena ada guru PTT yang dipindah tugas ke desa lain. Sekarang SD Negeri Ambatu/Pelita memiliki 6 orang tenaga pengajar, pas sejumlah rombel yang ada. 3 diantaranya merupakan PNS, 1 orang PTT, 1 orang guru bantu, dan satu lagi saya. Beruntung beberapa bulan yang lalu ada PNS yang baru ditugaskan dan memboyong keluarganya pindah ke Pelita. Dedikasi seperti itu jarang ditemukan pada PNS yang ditugaskan di pulau. Ada lagi setelah itu seorang guru bantu yang baru menikah dengan orang Pelita dan pindah ke sini, lalu bergabung untuk membantu mengajar di SDN Ambatu/Pelita. Dalam hal praktek pembelajaran secara umum, sesungguhnya belum banyak yang berubah di SDN Ambatu/Pelita. Perubahan komposisi guru menjadi salah satu faktor penghambatnya. Walaupun menurut saya, komposisi yang sekarang ada merupakan komposisi terbaik selama ini dilihat dari dedikasi dan kompetensi guru-gurunya. Penghambat yang lain adalah masalah terbatasnya fasilitas pengembangan kompetensi dan keahlian guru di Pelita, di wilayah pesisir Halsel lebih tepatnya. Sehingga, peningkatan kualitas pembelajaran di desa belum bisa dikatakan memuaskan sejauh ini. Memang beberapa pola pikir dan tradisi sudah berhasil berubah. Dalam waktu belajar di kelas misalnya, sekarang guru lebih bisa “bertahan” di kelas karena selain jumlah guru sudah pas, rencana pembelajaran yang dipersiapkan guru membantu guru terhindar dari “mati gaya” di dalam kelas. Contoh lain adalah soal kenaikan kelas. Sekarang sudah banyak ada yang tidak naik kelas. Bukan tidak naik kelasnya yang menurut saya adalah perubahan baiknya, tapi kesadaran bahwa menililai anak-anak dengan tidak jujur sesungguhnya hanya akan menjerumuskan anak-anak di kemudian hari. Sekarang guru-guru sudah berani bertanggungjawab atas ke-tidak naik-an siswanya. Bertanggungjawab bahwa guru-guru lah yang harus meningkatkan kemampuan anak-anak supaya bisa naik kelas dengan kemampuan yang pantas. Suatu rapat siang yang “panas” di ruang guru akhirnya bisa memasukkan paradigma baru ini pada guru-guru yang lain. Di lingkungan masyarakat, saya merasa sudah bisa masuk dengan baik. Rutinitas saya mengunjungi rumah siswa untuk bersilaturahmi dengan orangtua siswa sekaligus memberikan masukan-masukan dan mencari input tentang pendidikan anak-anak mereka, ternyata memberikan efek yang lebih luas. Di desa yang hanya dihuni 117 Kepala keluarga ini cerita cepat sekali menyebar. Masyarakat jadi lebih mengenal saya walaupun tidak berinteraksi langsung. Dalam bulan puasa ini saja saya sudah beberapa kali mendapat undangan di rumah beberapa warga pelita yang sebelumnya jarang berinteraksi dengan saya untuk berbuka puasa bersama di rumah mereka. Ini saya anggap suatu potensi untuk dapat menyebarkan lebih banyak gagasan pada masyarakat Pelita dalam bidang pendidikan maupun dalam bidang lingkungan seperti yang akan saya lakukan setelah puasa usai. Waktu saya di Pelita kurang dari 3 bulan lagi. Sangat singkat. Dalam sisa waktu ini saya akan melakukan beberapa kegiatan lagi. Dalam bidang ekstrakurikuler, saya akan mulai menginisiasi kegiatan Pramuka. beberapa anak SMA dan SMP sudah saya ajak untuk membantu kegiatan ini supaya nantinya mereka bisa berperan sebagai pelatih Pramuka. 3 bulan terakhir ini saya juga akan mengumpulkan ibu-ibu Pelita untuk memberikan penyuluhan terpusat tentang rencana pengelolaan persampahan terpadu. Ya, sesuai apa yang saya pelajari selama kuliah, memang harus ibu-ibu yang digerakkan untuk yang berhubungan dengan sanitasi dan kesehatan. Pengelolaan persampahan yang akan diterapkan memang bukan yang canggih dan sesuai literatur yang saya pelajari selama kuliah. Kondisi desa pesisir seperti pelita mebuat saya mau tidak mau menabrak beberapa “aturan” persampahan. Awalnya saya ragu, tapi setelah mendapat restu dari profesor saya di TL, saya putuskan untuk menjalankan ide saya ini. Advokasi pendidikan yang dijalankan PM halsel di kabupaten 9 bulan ini secara umum saya katakan cukup seru dan menantang. Akses yang kami dapatkan membuat kami bisa berinteraksi cukup intensif dengan pihak Disdik. Beberapa kegiatan berhasil kami selenggarakan bersama Disdik dalam rangka memberikan influence pada keberjalanan pendidikan di Halsel dari sisi kebijakan dan pelaksanaan. Hal yang diusung adalah soal pembenahan sistem birokrasi pendidikan dan perbaikan kelembagaan pendidikan Halsel. Lembaga-lembaga seperti UPTD dan pengawas di Halsel selama ini bisa dikatakan tidak berfungsi sama sekali. Ini menjadi salah satu penyebab terhambatnya peningkatan kualitas pendidikan yang terjadi di halsel terutama di daerah kepulauan menurut kami. Namun, tidak bisa dipungkiri memang bahwa membenahi birokrasi butuh usaha yang konsisten dan berani. Dan pembenahan yang dilakukan mau tidak mau menuntut perbaikan birokrasi kabupaten secara umum dan pendanaan yang baik. mengenai hal itu, kami sadar bahwa PM tidak bisa berperan banyak karena keterbatasan kemampuan dan wilayah kerja kami. Tapi berada disini dan terlibat langsung, bagi saya, adalah sebuah pelajaran berharga. Terlibat –secara tidak langsung- dalam sistem yang korup memberikan sudut pandang dan pemikiran-pemikiran yang baru tentang pembenahan sistem birokrasi daerah pada umumnya dan sistem pendidikan pada khususnya. Tidak pernah berhenti bersyukur atas apa yang saya alami dan jalani di sini. Itu yang saya rasakan sembilan bulan ini. Tapi sekarang, mulai muncul perasaan “aneh” tentang ide bahwa saya akan meninggalkan desa ini sebentar lagi. Mungkin saya hanya tidak rela berpisah secepat ini dengan Desa Pelita. Mudah-mudahan ide-ide yang saya dapat dari interaksi dengan orang-orang Pelita, sudut pandang baru yang saya lihat sebagai orang desa, dan semangat yang terpupuk oleh keindahan Indonesia yang saya lihat selama di sini, bisa menjadi bekal yang akan terus berkembang di kemudian hari. Bersama-sama yang lain, berkarya untuk terus meningkatkan derajat Indonesia. Tanpa hati yang teguh Mungkin pasrah akan tumbuh Maukah kau duduk bersamaku Menata mimpi dengan sangat hati-hati Lalu mengibaskan ke segala penjuru dunia (by Asril PM TBB) Selamat HUT RI ke-66

Cerita Lainnya

Lihat Semua