Dail si calon presiden cilik

Rahayu Pratiwi 11 April 2014

Tahun ini kali pertama aku merasakan detik-detik pesta rakyat di desa. Bukan pesta rakyat biasa seperti pernikahan, khitanan atau ulang tahun desa, tapi pesta rakyat dimana semua penduduk desa berbondong-bondong menuju satu tempat lapangan terbuka (tak terkecuali anak-anak), yang biasa disebut Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Ya, inilah masa-masa pemilu di desa yang berlangsung tidak biasa. Ada keunikan ketika aku menemukan anak didikku yang menjelang pemilihan umum ini seringkali berorasi di depan kelas dan warga sekolah. Namanya Fikri atau biasa Dail ia dipanggil oleh teman-temannya. Dail  bercita-cita ingin menjadi seorang presiden.

Ketika pertama kali aku masuk di kelasnya, aku memancing minat anak-anak kelas 6 untuk menyebutkan cita-citanya. Satu per satu murid yang hanya berjumlah 18 orang ini menjawab. Ada yang ingin menjadi dokter, guru, polwan, polisi, tentara, penyanyi, penari, dan seorang presiden! Dail lah orangnya.

Dail anak yang pemberani, tangkas, suka bercerita dan sangat aktif. Di kelas ia jarang sekali duduk di bangkunya. Katanya jika ditanya mengapa Dail tidak bisa duduk diam, ia selalu menjawab: "Ibu, kitorang harus selalu mengontrol setiap rakyat. Seorang presiden kan harus selalu dekat dengan rakyatnya." Begitu katanya. Dalam hati aku berkata benar juga, hahahaa... Dasar anak-anak, aku pikir itu hanya bercandaan dia saja.

Tibalah saat menjelang pemilu tiba, banyak cerita yang beredar di masyarakat kalau ada "serangan fajar". Ternyata bukan di kota saja yang heboh demikian. :D

Melihat kehebohan berita tersebut di desa, Dail tiba-tiba saja berorasi,

"Cucuk nomor 1, pilih Dail calon presiden indonesia." katanya.

Oh God.. Ternyata anakku benar-benar ingin menjadi seorang presiden.

Aku ingat alasan sederhananya ingin menjadi presiden. Suatu hari jauh sebelum pemilihan, aku pernah bertanya selepas jam mengajar, "Dail, kenapa dail ingin menjadi presiden?"

Dengan polosnya dia menjawab: "karena presiden belum pernah ada yang dari sinorang ibu guru."

Seperti kata-kata yang aku baca di 9 summers 10 auntums nya Iwan Setyawan:

“Impian haruslah menyala dengan apapun yang kita miliki, meskipun yang kita miliki tidak sempurna, meskipun itu retak-retak”

Semoga suatu hari nanti akan ada di kertas suara nama seorang Fikri, Calon Presiden Republik Indonesia asal Desa Sinorang, Sulawesi Tengah.


Cerita Lainnya

Lihat Semua