Tari Lakadinding (2): Pencerahan Datang

Raden Roro Cahya Wulandari 18 November 2011

Keesokan Hari: Lakadinding (2)

Bapak BAPERKAM yang punya hobi menari dan memukul tifa berkata penuh semangat

“Ibu, tifa untuk ini khusus, tifa kecil, berbeda dengan tifa tari sawat. Besok mari kita ambil di kampung Sangram. Kita ambil satu orang yang pandai pukul tifa untuk kasih latihan anak-anak”.

Inisiatif itu datang begitu saja, tanpa aku harapkan sebelumnya. Alhamdulillah.

Latihan kali ini berlangsung di lapangan depan rumah muridku, Julfiki—kelas 5. Penonton semakin banyak, ibu-ibu ikut menjadi pelatih dadakan. Kak Eka dan ibu Endang—rekan guru juga turut turun menari dan larut dalam tarian lakadinding. Sekali lagi, semangat anak-anak membuat aku optimis kami bisa pergi ke kota untuk menampilkan tarian yang tergolong langka tersebut.

Setelah lelah berlatih, aku mengajak anak-anak untuk berkumpul dalam lingkaran, memberi mereka semangat dan bersama-sama menyanyikan lagu ciptaan sahabatku—Marintha Eky. Judulnya sahabat kecilku.

“...kamu pasti bisa, aku yakin kau bisa. Jadi apa yang kau cita. Kamu pasti bisa, aku yakin kau bisa. ku akan selalu menjagamu, sahabat kecilku..”

Dan air mata ini terjatuh lagi.

Malam harinya Manaf dengan empat pemukul tifa yang lain datang mengajak berlatih di rumah Bapak BAPERKAM. Kami pun pergi. Latihan hingga pukul 10 malam.


Cerita Lainnya

Lihat Semua