info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Daily Little Things (1): Rainbow in Urat and the Girls

Raden Roro Cahya Wulandari 24 Juli 2011
Pelangi di Kampung Urat Bagun pagi ini badan ku  segar sekali. Bisa ditebak kenapa? Haha ... karena aku bangun pagi. Setengah lima. Selain itu hari ini sakit kepala, demam, dan mual ku tak terasa sama sekali. Oh iya, aku sudah bertekad bahwa besok dan seterusnya akan bangun paling lambat jam lima. Amin. Hari ini Kak Eka pergi naik ke kota bersama Pak Robi dan Pak Imam (saudara laki-lakinya). Pak Robi punya mall di Urat. Mall karena hanya kios pak Robi yang jualannnya paling lengkap. Atau kalau lebih jujur, kios Pak Robi adalah toko satu-satunya di Urat. Di Pulau ini, kios Pak Robi terasa lengkap seperti Hypermart. Apapun ada. Mulai dari mata kail pancing hingga coca-cola dingin. Karena si bapak pergi, maka alhasil aku dan Ida lah yang jaga kios. Ida adalah anak ketiga Pak Imam. Kurus laiknya anak-anak Urat yang lain. Meski demikian, Ida manis dan cerdas. Saya suka anak ini. Sambil menjaga kios, saya merancang-rancang RPP bahasa inggris untuk muatan lokal. Bolak-balik saya lihat SKKDI, buku pelajaran bekal dari Indonesia Mengajar (thanks God ...). Jadilah RPP untuk dua pertemuan. Ah, tak sabar meneruskannya. Di RPP itu saya akan mendongeng dan ceritanya akan saya buat sendiri. Berbekal kertas HVS A4 70gr seharga 45.000 yang saya beli di Kota (what?? Di Jogja 28.000-an!) dan crayon. Ah ... tak sabar ... tak sabar ... tak sabar aku menunggu 15 Juli. Hari pertama aku mengajar. Lelah menulis dalam gelap, saya pun berinisiatif ke luar menghirup udara segar. Tak disangka ada pelangi! Betapa aku suka dengan pelangi. Buru-buru ku lari ke kamar dan menyambar kamera digitalku. Berlarian riang ke arah laut yang airnya meti (sebutan untuk air surut).  Jeprat jepret ... tanpa sadar sudah ada lima gadis-gadis cilik membuntuti aku dari belakang. Seperti biasanya mereka suka sekali di foto. Kami pun jeprat jepret lagi hingga para ibu memanggil-manggil karena sudah magrib. Ah ... dan pelangi pun sudah tak ada. Saya pun pulang dengan hati riang.

Cerita Lainnya

Lihat Semua