info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Dua Minggu Merawat Semangat Bersama*)

Peny Rahmadhani 2 April 2017

Menjadi Pengajar Muda mengharuskan seseorang untuk menjalani lebih dari 1 peran. Selain sebagai guru, terkadang Pengajar Muda akan dihadapkan pada situasi-situasi yang mengharuskan mereka menjadi fotografer, penulis, fasilitator, advokat, asisten Kepala Sekolah, pembantu Kepala Desa, sampai pada peran yang jauh di luar perkiraan seperti tempat curhat, pengasuh anak, bahkan ibu.

Menjadi seorang ibu selama bertugas sebagai Pengajar Muda benar-benar saya alami selama membawa 2 anak didik saya, Febri dan Haikal, dari SDN Parubela untuk mengikuti Olimpiade Sains Kuark di ibu kota kabupaten.

Perjalanan dan perjuangan kami bertiga sudah dimulai 2 minggu sebelum olimpiade diadakan. Dikarenakan jarak ibu kota kabupaten dan desa tempat tinggal yang teramat jauh serta ditambah dengan ketidakpastian transportasi, saya memutuskan membawa Febri dan Haikal ke ibu kota kabupaten 2 minggu sebelum olimpiade diadakan.

Dalam perjalanan tersebut 2 kali kami harus singgah menginap di 2 desa dengan perjalanan darat yang medannya sama persis seperti lirik soundtrack seri kartun asal Jepang berjudul Ninja Hatori ("mendaki gunung lewati lembah"). Begitu kurang lebih liriknya. Singgahnya kami di 2 desa tersebut bukanlah tanpa alasan. Desa-desa tersebut adalah desa penempatan 2 Pengajar Muda lain. Kami, Pengajar Muda, berkumpul untuk mengadakan program sehari belajar dan bermain di 2 sekolah yang ada di 2 desa disana. Jadilah, akhirnya Febri dan Haikal ikut menumpang bersekolah sekaligus mengikuti kegiatan yang kami adakan di setiap SD sambil terus saya bimbing belajar IPA setiap sorenya.

Setelah persinggahan kami di 2 desa yang menghabiskan waktu selama 5 hari, sampailah kami di Unaaha, ibu kota kabupaten Konawe. Perjalanannya pun bukan tanpa tantangan medan dan uji kesabaran. Kalau sebelumnya kami harus mendaki gunung dan melewati lembah, kali ini kami harus berpindah dari satu mobil ke mobil lainnya.

Ada cerita lucu selama perjalanan antara persinggahan desa kedua dengan ibu kota kabupaten yang tidak akan saya lupakan. Pada saat itu saya dalam keadaan sangat bimbang terkait kendaraan apa yang akan kami naiki untuk sampai ke Unaaha. Tidak ada transportasi umum. Satu-satunya yang kami andalkan adalah tumpangan mobil pemuat kayu atau pinjaman motor untuk sampai ke jalan poros menuju kota. Berbekal pikiran positif bahwa akan ada bantuan keesokan hari, malam itu saya hapuskan kekhawatiran dengan duduk santai di depan rumah sambil menikmati keindahan bulan purnama di atas langit yang cerah. Toh ketidakpastian kendaraan bukanlah hal baru bagi saya. Tantangan ini merupakan salah satu tantangan yang secara konstan saya hadapi selama menjadi Pengajar Muda.

Rupanya pikiran saya sudah terlatih untuk tidak terlalu mencemaskan ketidakpastian :D

Kekuatan pikiran positif saya terbukti pada saat itu juga. Pada saat asyik menikmati keindahan bulan purnama, tiba-tiba saya dipanggil ibu pemilik rumah tempat kami menginap. Saya diminta untuk segera bersiap-siap karena akan ada mobil yang berangkat ke jalan poros malam ini juga. Mobil itu adalah mobil milik seseorang yang singgah sebentar di desa itu sebelum melanjutkan perjalanan ke Bungku, Sulawesi Tengah. Sungguh sebuah keajaiban! Mungkin inilah bukti nyata keberhasilan teori kekuatan pikiran.

Sampailah malam itu kami diantar di jalan poros dalam waktu 3 jam. Kami menginap di rumah salah seorang kenalan guru sebelum esoknya melanjutkan 7 jam perjalanan dengan 1 kali ganti mobil angkutan umum untuk bisa sampai ke Unaaha.

Luar biasa adalah satu kata yang tepat untuk menjabarkan lika-liku perjalanan yang kami tempuh. Bukan hanya karena jarak yang sangat jauh (sekitar 400 km), medan terjal, tetapi juga kestabilan mental dan fisik yang teruji. Febri mengalami 7 kali muntah dan Haikal 1 kali selama perjalanan di jalan poros menuju ke Unaaha.

Sesampainya di Unaaha, kami masih menunggu kurang lebih 9 hari sampai olimpiade dilaksanakan. Itu artinya selama 9 hari lagi, Febri dan Haikal baru bisa berkumpul lagi dengan keluarganya. Sambilan hari mereka harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Apalagi ini adalah pengalaman pertama mereka berpisah dari orang tua dan pengalaman pertama bagi Febri pergi ke kota. Tidak jarang saya jumpai mata mereka menerawang melihat ke kejauhan dan lebih dari 1 kali saya mendengar rintihan kerinduan mereka kepada kedua orang tua yang ada di kampung halaman.

Di saat inilah saya memainkan peran sebagai Ibu pengganti bagi Febri dan Haikal. Dimulai dari memastikan jam dan asupan makan yang baik agar mereka tidak sakit, kenyamanan tidur, jam belajar, pilihan jajan, tempat curhat, sampai pada memastikan grafik kebahagiaan mereka tidak berfluktuasi drastis selama 2 minggu hidup di lingkungan baru yang berbeda dengan kebiasaan hidup bersama keluarga di desa.

Bukan pekerjaan yang mudah rupanya menjadi seorang Ibu. Banyak hal yang saya pelajari selama menjalani peran ini. Salah satunya adalah pentingnya menjaga kestabilan energi diri sendiri agar mampu menularkan emosi positif bagi anak-anak.

Saya senang karena Febri dan Haikal bukanlah anak yang sulit beradaptasi. Tanpa hitungan hari, mereka bisa berteman dengan anak-anak yang baru mereka kenal. Selain itu mereka juga memiliki empati yang sangat besar. Tidak jarang mereka membantu saya memasak untuk keperluan makan bersama, tidak banyak menuntut pilihan makanan yang disuka atau mau membantu membelikan keperluan dapur di toko terdekat. Saat melihat energi saya sedang turun, mereka berusaha menghibur saya dengan cerita-cerita lucu dan selalu berusaha menunjukkan semangat dan keceriaan yang tinggi karena tidak mau terlihat sedih di hadapan saya.

Selama 2 minggu menghabiskan waktu bersama, kami belajar saling merawat energi, fokus, dan mental satu sama lain. Melihat perjuangan ini, saya sangat bangga terhadap mereka karena sudah mampu melewati semua tantangan medan, fisik, dan mental dengan sangat tangguh. Lebih dari persoalan apakah mereka akan lolos di babak semi final atau tidak, bagi saya mereka adalah pemenangnya! .

 

*) Tulisan ini menjadi salah satu pemenang Surat Untuk Kuark dan dimuat di Komik Sains Kuark Tahun XIV serta Buku Tahunan OSK


Cerita Lainnya

Lihat Semua