Warna-warni Motivasi

Pemi Lestari 26 Mei 2012
”aku ingin membuat orang tuaku bangga” Ada banyak hal yang bisa membuat seseorang melakukan sesuatu. Ada yang sifatnya agamis, idealis, nasionalis, narsis, dan masih banyak lagi. Mulai dari yang kedengerannya keren sampai konyol. Mulai dari yang terlihat wah sampai dianggap sampah. Yang pasti, apapun motivasinya, itulah yang bisa menggerakkan seseorang untuk berbuat. Dan seringkali motif ini sifatnya personal sekali. Saya suka bilang “motivasi bisa darimana saja”. Karena saya sendiri sering dibuat takjub dengan begitu bervariasinya motivasi. Tentang motivasi, saya punya cerita tentang Olimpiade Sains Kuark di sekolah. OSK, sebagai salah satu olimpiade untuk siswa SD, memiliki perbedaan dengan OSN. Kalau peserta OSN biasanya adalah siswa pilihan dari sekolah, yang kemudian akan mengikuti seleksi mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga akhirnya nasional. Maka biasanya peserta OSN adalah anak-anak yang memang sudah terkenal pandai di daerah-daerah. Sedangkan OSK bisa diikuti oleh siapa saja, bahkan tidak harus merupakan perwakilan sekolah. Semua anak bisa mendaftar dan kemudian akan diseleksi 3 tahap. Babak penyisihan, semi final, dan terakhir final. Jadi tidak harus menjadi anak yang dianggap paling pintar di sekolah, lolos seleksi kecamatan, dst untuk bisa mengikuti olimpiade ini. Sayapun tidak mau melewatkan kesempatan untuk mengikutsertakan siswa saya dalam kompetisi ini. Namun, OSK adalah barang baru di sekolah. Siswa saya juga jarang mengikuti kompetisi macam ini. Biasanya mereka ikut lomba semacam loketa (lomba keterampilan agama) kalau di Jakarta. Untuk kompetisi pelajaran seperti matematika dan sains mereka tidak pernah, yang berpengalaman biasanya hanya seorang anak kelas 6. Dan anak-anak tersebut sekarang sudah lulus SD semua. Anak-anak asing dengan kompetisi macam ini. Mengajak mereka untuk mau ikut serta, tentu tidak mudah. Mereka tidak tertarik. Maka, saya harus memunculkan hal-hal yang bisa jadi motivasi mereka. Tidak hanya sekedar mengikuti sebuah perlombaan. Sebenarnya adanya kompetisi ini strategis untuk mengadakan kegiatan peningkatan kompetisi terkait dengan hal yang dilombakan. Dalam hal ini OSK, maka perhelatannya bisa “ditunggangi” dengan kegiatan-kegiatan belajar sains di sekolah. Waktu itu saya memanfaatkan OSK untuk meramaikan kegiatan ekstrakurikuler sains club. Jadi, memotivasi anak-anak untuk ikut OSK adalah kegiatan tunggangan. Yang lebih utama adalah memotivasi anak-anak untuk mau belajar sains. Baik itu rajin membaca komik kuark, belajar IPA di rumah, atau ikut ekskul sains club. Karena kalau anak-anak mau ikut OSK, berarti mereka harus mempersiapkan diri untuk itu. Dan bentuk persiapannya tak lain dan tak bukan adalah belajar! Sekali lagi, mengajak anak-anak Geudumbak untuk mau ikut kompetisi macam ini adalah sulit. Maka saya harus cari hal-hal yang bisa memotivasi mereka. Banyak hal yang saya gunakan untuk memotivasi mereka, namun yang ternyata paling “laku” adalah tempat diselenggarakannya final, Jakarta. Saya bilang ke anak-anak, kalau ikut OSK finalnya di Jakarta. Jadi, kalau mereka lolos final, mereka akan berkesempatan untuk bisa pergi ke Jakarta. Dan ternyata motif itu sangat menarik buat mereka. Jadilah setelah promosi “final ke Jakarta” itu, anak-anak SDN 2 Langkahan berebut minta diikutsertakan OSK. Banyak sekali anak-anak yang mau ikut. Alasannya tentu tidak variatif, hehe, sebagian besar mereka mau ikut karena “mau merasakan pergi ke Jakarta”. Yang agak beda sedikit adalah “mau merasakan naik pesawat terbang”. Ah, apapun motivasinya, yang penting itu menggerakkan mereka untuk belajar. Pragmatis memang. Tapi kadang hal baik itu perlu dimulai saja dulu. Yang lain-lain akan diselesaikan kemudian. Namun, meski riuh rendah “peluang ke Jakarta naik pesawat terbang” sudah mengisi ruang-ruang kelas tinggi (kelas 4-5-6) di sekolah, tidak semua anak tersentuh dengannya. Termasuk pada satu anak incaran saya. Anak ini cerdas sekali, pandai, kemampuan akademisnya melampaui anak-anak sekelasnya. Saya ingin sekali mengikutkan anak ini OSK tapi dia tidak mau. Ketika saya tawarkan untuk ikut dan mulai mempersiapkan diri dia tidak tertarik. Sayapun mengiming-imingi dia dengan hal yang sukses membuat anak-anak kebanyakan jadi tertarik. Dia bergeming. Dia tidak peduli dengan Jakarta, dia tidak peduli dengan pesawat terbang. Sampai pada suatu pagi, saya lupa bagaimana awal mulanya, tiba-tiba anak itu menyatakan kesediannya pada saya untuk mengikuti OSK. Saat saya tanya apa alasannya, dia jawab “aku ingin membuat orang tuaku bangga”. Hati saya mencelos mendengar jawabannya, tidak menyangka anak kelas 4 SD di daerah pelosok bisa “sedalam” ini. Anak ini memang nyentrik, maka motivasinyapun berbeda dengan anak-anak kebanyakan, tapi jujur saya tidak sangka kalau hal ini yang bisa menggerakkannya. Ah, lagi-lagi, motivasi bisa darimana saja.

Cerita Lainnya

Lihat Semua