Stepping into The Unfamiliar
Patrya Pratama 1 November 2010
(Selasa, 2 November 2010. 5.39AM)
Selamat datang di blog resmi Patrya Pratama, Pengajar Muda angkatan pertama (2010-2011)! Terimakasih sebelumnya sudah mengunjungi blog ini. Saya adalah freshgrad Hubungan Internasional UI 2006 yang pada saat diaktivasinya blog ini berada dalam one week away dari dikirimkan sebagai guru SD ke Desa Labuang Kalo, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Dunia Hubungan Internasional yang abstrak dan impersonal ternyata saya rindukan di tengah-tengah kehidupan pengajarmuda yang amat personal dan real ini, aah…But anyways…
Perasaan saya pada saat ini terus terang campur baur antara excited dengan seluruh tantangan dan keunikan-keunikan Labuang Kalo dan Paser, senang karena masa penantian pengiriman itu akhirnya akan datang juga setelah grueling weeks pelatihan di MTC, dan juga sedih karena harus meninggalkan the significant folks di wilayah “peradaban manusia” (that is, bila Jakarta dianggap “beradab”). Mungkin inilah saat yang tepat untuk meminjam ilmu yang saya dapatkan di “rumah” kedua saya di Limau 22 kandangnya AFS, saya harus me-manage semua harapan dan kekhawatiran saya, agar tetap berada dalam wilayah kewarasan.
Terlepas dari bagaimana pun perasaan saya pada saat ini, seluruh perjalanan ini, baik selama training maupun saat sudah deployment nanti adalah sebuah langkah kecil ke dunia yang saya tidak familiar. It is a step into the unfamiliar. Dengan melihat seluruh pengalaman ini sebagai langkahan pada “dunia baru”, saya somehow merasa sedikit merasakan kenyamanan karena sata tahu apa yang akan saya alami (atau telah sedang alami) juga banyak dirasakan oleh orang lain sehingga saya dapat me-relate.
Lihatlah sesama teman Pengajarmuda yang bahkan belum bisa bertemu dengan keluarga dan pacar-pacar mereka selama dua bulan terakhir. Lihatlah teman-teman saya yang memilih jalan karir regular dengan memulai pekerjaan baru di sebuah perusahaan. Lihatlah adik-adik kelas saya di SMA yang minggu lalu baru saja memulai kepengurusan OSIS baru. Lihatlah orangtua saya yang walaupun terkesan begitu begitu saja akan prospek ditinggal anak satu-satunya satu tahun tetapi saya yakin khawatir juga. Sekarang lihatlah negeri ini. Sebuah negeri yang baru saja mendapatkan status “significant states” dengan keanggotaannya di G20. Tokoh-tokoh muda yang sudah geregetan ingin memimpin negeri ini yang dikelilingi oleh tokoh-tokoh tua yang rikuh untuk menyerahkan tongkat zaman. Lihatlah dunia ini! Kaum Lesbian, Gay, Transeksual, dan Biseks di AS yang baru saja secara umum dideklarasikan “it gets better” (menandakan penerimaan yang membaik, walaupun masih banyak yang harus dilakukan). AS yang semakin hari semakin sadar bahwa China adalah competitor utamanya sedangkan China merasa dibebankan status baru sebagai negara maju yang penuh tanggung jawab. Huaaah! Semua fenomena ini adalah contoh langkah-langkah menuju the unfamiliar! Mungkin semua orang-orang itu juga mengalami perasaan campur aduk seperti yang saya alami. Mengutip slogan (kosong) pendukung Liverpool, “Kita tak pernah berjalan sendiri!”.
Bila saya fikir kembali, langkah-langkah menuju dunia atau keadaan baru ini memberikan saya comfort zone dengan meyakinkan saya untuk tetap berada dalam keadaan bodoh, stay foolish. Saya tahu bahwa tantangan saya untuk hidup bertahan di Labuang Kalo yang susah air, susah akses, dan susah guru (let alone memajukan pendidikan lokal) banyak memberikan saya beban untuk perform. Dengan tetap “bodoh”, saya bisa tetap membuka kemungkinan untuk mencoba hal-hal baru untuk berhasil dan tidak larut dalam kesusahan. Bahkan blog ini pun mungkin tidak akan ada isinya bila saya merasa “pintar”. Saya fikir ini juga bisa diadopsi oleh orang lain, seperti oleh teman-teman pengajar muda saya, teman-teman OSIS, presiden SBY, pemimpin China dan AS. Seringkali saya berfikir, orang-orang di dunia ini being too serious dalam hal-hal di dunia ini. Mungkin pemikiran ini agak aneh, tetapi saya yakin dengan tetap merasa “bodoh”, kita tetap terbuka dengan segala perubahan, segala kemungkinan, tanpa memikirkan terlalu banyak potensi kegagalan. Margin of error dari kehidupan ini harus dibuka selebar mungkin.
So, here I am. Tepat pada jam ini (5.30AM) minggu depan mungkin saya akan sedang benar-benar merasa bodoh, dengan persiapan yang selalu saja deadliners. Blog ini akan menjadi media komunikasi saya dengan dunia yang sebenarnya saya tidak berharap banyak untuk membukanya. Blog ini sebenarnya adalah media saya untuk terus berada dalam dunia kewarasan (sanity), untuk terus stay foolish dengan memelihara konversasi antara sisi-sisi kehidupan nyata yang saya temukan (as if my life was unreal). Semoga langkah-langkah menuju ketidakfamiliaran ini worth-doing. Selamat membaca!
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda