Pemuda-Pemudi Bengkallo
Patrya Pratama 30 Juli 2011
Ok. Sekarang saya mau cerita mengenai kehidupan pemuda-pemudi Labuangkallo. Tidak, saya tidak akan bercerita tentang kembang-kembang Desa. Saya ingin bercerita mengenai “globalisasi setengah hati”.
Sedikit latar belakang. HP hampir selalu dimiliki oleh setiap keluarga Labuangkallo. Keluarga angkat saya yang nelayan biasa saja memiliki HP 3 buah. TV juga hampir semua rumah ada (dengan film Nada Cinta selalu menjadi favorit). Remaja-remaja banyak yang putus sekolah. Tingkat pendidikan orangtua pun tidak lebih baik. Sementara itu, arus informasi mengalir dengan derasnya, baik yang positif maupun yang negatif.
Saat yang paling mudah mengamati perilaku pemuda-pemudi Labuangkallo adalah ketika ada hajatan perkawinan. Pemuda-pemudi dari desa seberang pun berdatangan. Jangan salah, ketika ada acara hajatan, model berpakaian remaja-remaja ini cukup mentereng dan necis, seperti di kota. Tidak begitu tampak watak keras nelayan mereka. Ini adalah saat di mana pemuda dan pemudi saling bertemu dan God knows what they do. Keesokan harinya, pernah saya jumpai bekas-bekas minuman alkohol (alkohol untuk obat yang dicampur dengan minuman energi) di samping bangunan sekolah kami. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah, -konon- cukup banyak terjadi pernikahan dini atau MBA disini.
Arus informasi dan barang yang deras tanpa adanya penangkal yang ampuh ini jelas harus diatasi. Pendekatan agama nampaknya tidak begitu kuat pengaruhnya karena memang masyarakat Labuangkallo bukan yang bereligius tinggi. Pelibatan penjelasan-penjelasan kedokteran mengenai bahaya narkoba dan hubungan pria dan wanita yang baik harus mendapatkan prioritas bila pemuda dan pemudi Labuangkallo tetap berada di jalur yang benar.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda