info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Sebuah “Curahan Hati” Sang Pengajar Muda

Nur Cahaya 18 Desember 2014

Sebuah title Pengajar Muda sedang aku pegang hingga detik ini. Sebuah tugas yang luar biasa perjuangan dan tantangannya. Belajar segala sesuatu yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Karena seorang Pengajar Muda dituntut untuk (kalau bisa) mengetahui segala hal. Seorang Pengajar Muda dituntut untuk menjadi tauladan dimanapun Pengajar Muda berada. Seorang Pengajar Muda patut memberikan contoh yang baik. Bukan sebuah keterpaksaan untuk melakukan ini semua. Tetapi,memang seharusnya bukan? Dan memang dari awal mendaftar menjadi seorang Pengajar Muda sudah dipertimbangkan dengan matang dan siap dengan hati yang ikhlas. Siap kalau nantinya akan dipuji-puji oleh banyak orang, siap untuk diterima di masyarakat, siap selalu ada untuk masyarakat, dan selalu siap untuk anak-anak Indonesia. Tetapi bukan hanya itu, siap untuk yang baik-baik saja. Melainkan, seorang Pengajar Muda siap juga untuk dicemooh, disindir, dilawan, dan lain sebagainya. Tetapi menjadi seorang Pengajar Muda bukan untuk mengkhawatirkan hal-hal seperti itu saja. Masih banyak tugas lain yang menunggu. Yang lainnya hanya bumbu-bumbu manis pelengkap satu tahun Pengajar Muda berada di daerah penempatan.

Hal ini bukan untuk menakut-nakuti orang-orang yang akan mendaftar sebagai Pengajar Muda atau yang telah mendaftar menunggu sebuah pengumuman. Tetapi, apakah kamu sudah siap dengan semua itu. jika kamu yakin dengan tegas menjawab ‘iya’, berarti kamu memang sudah siap dengan segala resiko yang akan terjadi. Dan kamu benar adalah seorang Pengajar Muda yang sedang ditunggu oleh Indonesia untuk membantu Indonesia melunasi janji kemerdekaan.

Pertama kali saya mendaftar sebagai Pengajar Muda, sangat bersemangat sekali. Pada saat itu saya berpikir mungkin tugas yang akan dijalani sama saja saat berorganisasi dulu di bagian kemasyarakatan. Semakin yakin saya mendaftar sebagai Pengajar Muda. Satu tujuan saya yaitu untuk anak-anak Indonesia. Berbagi bersama mereka dan mencoba untuk menjadi inspirasi buat mereka.

Training Pengajar Muda yang berlangsung selama kurang lebih 2 bulan telah membuat saya semakin yakin untuk tujuan utama saya. Sempat kaget dengan kondisi sebenarnya di lapangan ketika diceritakan oleh para fasilitator. Tapi, saya masih sangat yakin kalau saya masih bisa untuk melewati tantangan yang ada.

Hari ini, detik ini, ketika saya menulis ini, adalah hari ke-178 saya berada di penempatan. Saya berada di sebuah penempatan paling Timur Indonesia. Sebuah tempat yang ingin dikunjungi oleh banyak orang. Tidak semua orang bisa pergi ke tempat ini. tidak lain tidak bukan, Papua. Tanah Papua untuk pertama kalinya aku kunjungi. Lebih tepatnya Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Hari ini, adalah hari dimana mendekati 6 bulan saya berada di penempatan. Suka duka telah saya lewati disini. Banyak sekali hal-hal yang sangat menarik dan menantang saya untuk tetap teguh pada tujuan utama dan tetap teguh memegang slogan “We Are The Face of GIM”.

Awalnya saya sempat bilang kalau saya sangat bersemangat dan sangat yakin dapat melewati segala tantangan yang ada disini. Tapi siapa yang tahu, ketika berada benar-benar langsung di lapangan, sebuah tantangan dan resiko itu membuat semangat menjadi naik turun, membuat hati selalu tidak tenang, membuat selalu gelisah, membuat pikiran macam tak karuan. Semua itu tidak mudah untuk dijalani. Benar-benar masing-masing Pengajar Muda harus membingkai hatinya sedemikian rupa agar bingkai itu tidak pecah. Masing-masing pengajar muda harus benar-benar tahu bagaimana caranya mengembalikan semangat dan bagaimana cara manage expression. Dan selama saya disini, saya tahu apa yang membuat semangat saya selalu ada. jawabannya hanya satu yaitu “anak-anak”. Mereka adalah pelita saya. Mereka adalah penyemangat saya. Mereka yang selalu mengobarkan semangat saya menjadi berapi-api. Mereka yang selalu meyakinkan saya untuk tetap menjalankan sebuah kebenaran tanpa harus memikirkan omongan orang lain yang menyindir saya. Mereka ada karena mereka adalah pejuang cilik yang mau melakukan perubahan. Dan saya harus tetap semangat agar anak-anak saya juga tetap semangat.

“Sebuah perubahan itu akan selalu ada, percayalah. kita datang bukan menjadi problem solver. Tetapi, kita datang untuk menjadi bagian dari mereka. Menjadi orang yang selalu ada untuk mereka. Mungkin saja perubahan itu memang tidak sekarang, mungkin saja perubahan itu akan terjadi ketika 5 atau 10 tahun yang akan datang (Anies Baswedan)”

So, tetap semangat wahai Pengajar Muda. Janganlah pernah menyesal karena telah memilih mendaftar menjadi pengajar muda. Karena menjadi seorang Pengajar Muda adalah sebuah kehormatan yang luar biasa. Dan kita sebagai pemuda-pemudi Indonesia dengan hati yang ikhlas membantu melunasi janji kemerdekaan Negara Republik Indonesia. MERDEKA!

 

Kampung Urat, 5 Desember 2014


Cerita Lainnya

Lihat Semua