Dunia Imajinasi Anak
Nur Azizah Nasution 10 Agustus 2020
Dahulu saya menilai keberhasilan pendidikan anak-anak sekolah dasar tingkat rendah (kelas 1-3) pada kemampuan membaca dan menulis, sekalipun kemampuan tersebut hanya secara harfiah yaitu mampu membaca namun belum tentu mengetahui maknanya.
Lalu saya mencoba memberi ruang yang merdeka bagi anak-anak. Otak saya saya yang aneh ini bilang jika anak jangan dibebani dengan banyak materi. Baiknya mereka diberi kemerdekaan untuk memilih aktivitas yang mereka sukai. Mereka diberi ruang berimajinasi dan mengekspresikan diri sesuai potensinya, Tut Wuri Handayani.
Alhasil anak-anak punya banyak cerita sekalipun mereka belum dapat menulis dan membaca bukan berarti mereka tidak belajar. Anak-anak mempunyai banyak cara untuk mengungkapkan isi hatinya atau mengungkapkan isi otaknya, salah satunya dengan menggambar, sementara saya menempatkan diri sebagai orang yang berperan membaca serta mencatat apa yang diungkap anak-anak.
Menggambar yang lahir dari kehendak anak itu sendiri bukan atas perintah orang dewasa akan mampu menjadi media ekspresi yang luar biasa. Saya sering lupa memahami bahasa anak melalui karya mereka karena menganggap yang lazim disebut komunikasi adalah melalui tulisan, lisan, dan bahasa isyarat. Membaca gambar belum sepenuhnya dianggap sebagai media komunikasi.
Bahkan ketika anak-anak sedang menggambar (dulu) tak jarang campur tangan saya sebagai (ceritanya) orang dewasa menjadi dominan, banyak instruksi yang terkait dengan gagasan serta teknik menggambar.
Anak usia dini banyak yang tidak dipercaya untuk menggoreskan sesuai idenya. Mereka hanya diberi kesempatan mewarnai gambar yang sudah disediakan itupun masih dengan instruksi bahwa mewarnai jangan keluar garis. Soal warna pun sering sudah diatur sesuai dengan kehendak orang dewasa. Hasilnya adalah bagus menurut orang dewasa, bagus secara tampilan, namun kering makna. Sementara bagi anak, teknik-teknik itu belum tentu tepat. Ketika sebuah karya anak di mata orang dewasa tampak jelek apabila digali dengan seksama bisa menjadi sarat dengan makna.
Saya belajar untuk mencoba memberi ruang merdeka sekaligus mendokumentasikan karya besar anak. Mereka selalu mempunyai ratusan bahasa untuk mengungkapkan ide-idenya, saya mencoba menerjemahkan atau hanya sekedar menuliskan gagasan mereka yang diungkapkan dalam bahasa gambar.
Keterbatasan anak-anak menulis bukanlah rintangan. Anak-anak diberi kesempatan menggambarkan dan menceritakan perasaannya kepada orang yang lebih tua. Kita berkewajiban menuliskan ceritanya sesuai gagasan anak. Suatu hal yang sangat mengasikkan ketika anak dan orang tua dapat berkolaborasi. Saatnya para orang dewasa memahami bahasa anak yang sesungguhnya.
Bahasa gambar adalah bahasa yang jujur. Setiap goresan dapat menunjukkan sejauh mana perkembangan dan suasana hati anak. Mereka dapat mengungkapkan kemarahan, ketakutan, kecemasan, rasa kurang percaya diri, arau sebaliknya, perasaan merdeka, perasaan kasih sayang, kemandirian, dan ide-ide cerita yang sangat berwarna dalam dunianya.
Jujur bukan perkara mudah, memerlukan latihan dan pembiasaan terus-menerus. Tak ada salahnya kita belajar dari anak-anak. Goresan mereka, apapun bentuknya, adalah ungkapan jujur mereka, tidak perlu direkayasa supaya tampak indah menurut kita, biarkan mengalir jujur apa adanya dan mari kita belajar bersama mereka.
Barangkali kita tergelak oleh goresan mereka yang tidak pernah kita jumpa sebelumnya, biarlah menjadi refleksi bagi kita mungkin mereka masih mempunyai keterbatasan mengungkapkan secara verbal namun sangat merdeka mengungkapkan secara goresan. Apabila itu yang terjadi berarti rejeki untuk kita semua.
Mengupayakan kemerdekaan kepada anak sejatinya juga memerdekakan diri kita sendiri. Apapun goresan dan celotehan mereka, mari kita sambut dengan sukacita agar kelak di kemudian hari mereka tumbuh menjadi anak yang percaya diri.
Bilal: Menggambar helikopter yang didalamnya ada Bilal dan Bu Guru Butet. Ada kereta juga yang pernah dilihat di TV, "semoga bisa naik kereta" katanya mengakhiri penjelasan.
Ada juga teman-teman Bilal yang lain.
Anugerah: Rumah yang halamannya ada bunga. Diatas rumah anugerah ada matahari yang sedang senang keluar di pagi hari. Ada juga pohon dan tangga rumah juga untuk memanjat.
Fadil: Pesawat yang dibuat sedang terbang di udara. Ada juga bunga dengan jumlah dua. Tidak lupa bulan yang sedang senang di malam hari, yang katanya ceria di langit.
Naura: Membuat kandang ayam. Ada juga pagar rumah dan rumah tinggi punya Naura. Ada tanah, jalanan besar, bunga, dan gambar naura sendiri yang sedang melihat bunga. Di langitnya ditambah matahari yang bersinar di pagi hari, dan pelangi warna-warni yang senang.
Gipar: matahari keluar di siang hari dan senang, menyinari rumah gipar yang didalamnya ada pintu, jendela, tempat tidur gipar, mama, dan bu guru, dan ada juga jalanan didepan rumah yang biasa dipakai orang-orang berjalan.
Lesti: Matahari keluar pagi hari dengan bahagia. Ada gambar lesti yang senang hari ini melihat lapangan yang diatasnya ada pelangi warna-warni yang indah.
Jannah: menggambar jannah sendiri yang sedang melihat tangga. Adapun matahari datang dengan senang.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda