Belajar Kala Sandar

Novandi Kusuma Wardana 16 Maret 2017

Teluk Rembai pagi ini bersinar setelah sekitar tiga hari mendung dan hujan setia menyelimuti. Sontak aktivitas hari ini bisa kembali dimulai, orang-orang mulai menarik tuas ketinting, beberapa mulai mendayung menimba air dibeberapa pancoran air, dan suara gemuruh sensor yang beberapa hari ini tidur kembali bergemuruh. Sepanjang perjalanan menuju sekolah, tanah-tanah masih sedikit basah, sisa genangan air masih ada sehingga kuatur perlahan langkahku supaya airnya tidak mengotori celanaku – maklum ketika hujan begini kita harus cermat-cermat berpakaian. Satu kali cuci bisa makan waktu 5-6 hari hingga pakaian dapat dikatakan “layak angkat”.

Sampai di sekolah sudah ada ibu Endang dan Pak guru Meky, hari ini masing-masing guru mengajar 2 kelas. Seperti biasa setelah menyanyi dan sembahyang aku menuju ke kelas 6, disana anak-anak sudah duduk manis dan siap untuk belajar. Hari ini pemandangannya sedikit berbeda, biasanya anak-anak berseragam penuh warna. Ada yang menggunakan merah putih, dan ada juga yang memakai pakaian bebas. Tapi hari ini  semuanya sepakat untuk seragam merah putih. Bukan mau upacara kami hari ini, melainkan siswa kelas 6 dan beberapa siswa kelas 6 akan belajar membuat laporan pengamatan di Kapal KM.Papua Baru, karena hari ini kapal akan tiba sekitar pukul 01.00 siang.

Sebelum rencana pengamatan di kapal kuumumkan, sekitar satu minggu sebelumnya aku bertanya pada anak murid. “Siapa yang besok kalau kapal masuk mau ikut pak guru ke Jawa?” anak-anak mulai panik, dan saling berpandangan “Pak guru su mau pulang kah?” tanya Demi dengan sedikit nada serius. “hahaha... tidak, pak guru tanya kam semua su pernah kah naik Kapal?” mereka menjawab serempak, “ sudahhhh..... tong su sampee jayapura pa guru” ada yang menjawab sampai Sorong, Manokwari, dan beberapa kota lainnya. Lalu aku pun bertanya,”Kamu semua su pernah kah masuk ke pa kapten kapal pu ruangan, diatas sanae....?” anak-anak hanya celingukan, beberapa secara tidak kompak menjawab belum. “nah besok kalau kapal datang, tong semua nanti punya kesempatan liat pa kapten pu tempat kerja. Nanti kita lihat ye bagaimana mereka kerja? Bagaimana mau toh?” semua siswa sorak bergembira, senang. Beberapa saling colek temannya. Biasanya anak-anak hanya suka menggambar kapal, naik diatasnya, tapi tidak sampai kedalam ruang kemudi kapal. Namun hari ini akhirnya nanti rasa penasaran dan antusiaspun akan terbayarkan. Sudah banyak kapal siggah di teluk ini, ratusan perjalanan mungkin. Hari ini anak-anak SD Inpres Wooi akan belajar langsung dengan nahkoda kapal, hari ini kami dengar siapa tau di waktu nanti mereka yang berlayar!

Sebelum kapal datang beberapa persiapan telah kami lakukan. Dari yang pertama adalah soal sikap, yaitu selama perjalanan ke pelabuhan dan diatas kapal harus menjaga sikap dan tutur kata. “Tidak ada kata tara baik, tara ada yang nakal ye. Semua harus jadi anak baik!” persiapan lainnya adalah belajar tentang membuat laporan pengamatan. Dua hari lalu waktu belajar kami gunakan untuk mengenali tentang pengamatan lapangan. Anak-anak diberitahu untuk menyiapkan peralatan tulis dan kemudian membuat lembar pengamatan yang sudah saya tuliskan di depan kelas. Kemudian yang tidak jauh penting adalah “ semuanya, kalau besok dikapal ada yang tidak tahu nama barangnya, kegunaannya apa,nah pa guru mau lihat kam semua harus tanya ke pa kapten. Siap kan?”

Sampai sekitar pukul 11.30 pelajaran kuakhiri lebih awal, sengaja memang karena aku harus pulang untuk menyiapkan keperluan yang akan kubawa kekapal karena hari ini juga aku akan ke Serui. Sekitar pukul 12.15 saya bersama salah satu siswa bernama Habel Berto sudah ada di jembatan pelabuhan. Sedang anak yang lain memilih menunggu dirumah teman mereka yang rumahnya dekat dengan pelabuhan. “Pa Guru tong pi jempatan kalau Papua su strom. Yo pa guru?” alasan mereka karena tidak mau terlalu kepanasan mungkin menunggu di jembatan pelabuhan. Sekitar 30 menit menunggu akhirnya kapalpun yang belum mengeluarkan bunyi strom nya sudah ketahuan datang. Anak-anak sudah berteriak dari ujung teluk hingga ke ujung, “Papua Baru.....Papua Baru....!!!” beru setelah itu strom berbunyi, mungkin karena sudah saking bersahabat dengan laut, kapal yang masih ada di jauh pun sudah terasa dekat.

Dari kejauhan anak-anak yang tadinya menunggu dirumah sudah berlarian keluar. Perlahan kapal menurunkan kecepatannya, berputar 180° nahkoda dari ruang kemudi memberi aba-aba “ABK semua Stand by kapal siap sandar”. Mulai para calon penumpang memadati pelabuhan yang awalnya cukup lengang itu. Keluarga pengantar juga ikut membuat suasana semakin ramai, anak-anak juga tidak mau kalah mereka berdiri mencoba menerobos ke baris terdepan untuk menyaksikan kapal sandar. Perlahan mulai ku lihat anak murid yang akan ikut belajar. Masih ada 2 anak yang belum datang, yaitu Yoris dan Elia. Ku toleh ke kanan dan kekiri sampai akhirnya dikejauhan kuliah dia sedang membantu keluarganya mengangkat barang dari perahu ke atas jembatan. “Elia Yoris...!” kupanggil mereka sambil memberik kode memegang baju, supaya baju yang mereka taruh di bahu mereka dipakai baik. Pak Wanda salah satu nahkoda yang diatas sudah mengetahui keberadaanku diantara riuh orang Wooi yang sudah memenuhi jembatan. “Mas, sudah siap? Naik langsung saja!” teriak bapak. Kuhadapkan wajahku ke Adriana dan anak lain, “Ayo, jalan... ingat ya!” anak-anak menganggung senyum. Kami berjalan perlahan dalam kerumunan, naik ke atas tangga kapal dan kemudian  berjalan ke pintu khusus ABK. Sesekali anak-anak ada yang tertinggal karena mengamati apa yang belum pernah mereka lihat. “Leo, Yoris... ayo jalan”. Di ujung lorong itu terdapat satu tangga naik, disitulah kami akan belajar.

Ternyata diatas kapal bukan Pak Wanda yang akan memimpin dan menjelaskan pengamatan anak murid, beliau telah menyerahkan kepada Mualim KM Papua Baru, yaitu Pak Candra Silliweri. Tidak jadi masalah, tanpa berbasa-basi pun pengamatan dimulai. Kapten memberikan waktu selama 60 menit hingga strom 3 kali kapal berbunyi sehingga tidak mengganggu jadwal keberangkatan kapal. Didalam kapal anak-anak sibuk celingukan melihat barang-barang baru yang sebelumnya belum pernah mereka lihat – atau sekadar dengar saja. Semua sibuk mencatatat dengan kertas pengamatan dan alat tulis ditangan. “Ini namanya barometer, adalah alat untuk mengukur tekanan angin.....”, “Ini Gps adalah alat untuk ..................”, “ ini adalah Kompas..............”, “ Ini adalah...........”. “Disini adalah ruang peta, Bapak dengan semuanya lihat ini supaya jalan sesuai dengan jalur”.”Ini adalah.......”. penjelasan itu terus berjalan, anak-anak sibuk terus dengan apa yang mereka dengar dan kemudian dituliskan. Dinding, ruang kemudi,sampai bahu kawan lainnya menjadi tempat untuk alas tulis. Beberapa anak yang kurang paham pun mulai bertanya, seperti Zahra bertanya soal alat yang ada dimeja kemudi “Bapak kalau itu gunannya untuk apa?” lalu beberapa anak laki-laki yang tertari dengan berbagai panel yang menyala bertanya “Kalau ini bapak?” Pak Candra terus menjelaskan, sesekali memberi jeda supaya kalimatnya bisa tertulis semua.

Strom ke 3 pun berbunyi, tanda bahwa pengamatan siang itu harus selesai. Semua anak kemudian berpamitan dan satu persatu menjabat tangan Pak Candra dan kru kapal yang lain. “Belajar yang rajin, sudah mau ujian. Biar besok juga bisa kerja di kapal!” pesan salah satu bapak kru KM Papua Baru. Pelan-pelan kami keluar dari kapal, anak-anak turun dan aku masih tinggal diatas kapal. Sambil diatas kapal karena kapal sandar kujelaskan beberapa pekerjaan yang harus dilakukan saat aku di Serui. Demianus kupilih menjadi penanggung jawab teman-teman untuk mengumpulkan laporan, mendiskusikan dan menuliskan kembali dalam bentuk hasil pengamatan yang lebih rapi. Anak yang lain mengerti instruksiku. Kuberitahukan bahwa aku akan kembali ke desa pada hari Sabtu insyaallah, “Pa guru jang tipu ye,,, jang pulang Jawa ya!” teriak salah satu siswa saat perlahan kapal bertolak menjauhi pelabuhan. Sayapun tertawa “tara ada, pa guru Cuma ke Serui saja... :D”.

Hari ini beberapa anak murid sudah berkesempatan masuk ke kapal yang mana selalu menjadi pemandangan di kampung mereka. Masuk menjelajahi apa yang sebelumnya menjadi misteri. Ada Kompas, Clinometer, Barometer, Termometer, dan berbagai peralatan navigasi lainnya. Dalam hati ini pun menyimpan harap, “Hari ini mereka hanya mengamati dan mendengar, siapa tau suatu saat nanti mereka jadi yang memimpin kala kapal berlayar!” siapa yang tahu rencana dan kuasa Tuhan.


Cerita Lainnya

Lihat Semua