info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

tentang kelas 4 di SDN 2 Margajaya, kec. Gunung agung, Tulang Bawang barat.

Nila Ningtias 25 Januari 2011
ini cerita tentang kelas 4 di SDN 2 Margajaya, Kecamatan Gunung Agung, Tulang Bawang Barat, Lampung. Pertama kali saya masuk ke kelas ini, saya sempat merinding disko, grogi, nervous, gugup, kalut, ancur deh pokoknya (tampar saya kalau ini berlebihan *plak*, ok,hell thanks). maklum, guru baru,hehe.itu adalah saat pertama saya memasuki kelas di SD ini. Niatnya diminta ngisi pelajaran Pengembangan Diri, muatan lokal semacam bimbingan konseling kalau di SMP dulu. saat saya masuk kelas, saya pun disambut dengan cengiran anak-anak kelas 4. semuanya memandang saya dengan sangat antusias. mereka pasti penasaran dengan guru cantik yang penuh pesona ini *ehm! salah! coret*. maksud saya, guru baru berjilbab lebar,berkaca mata, menggendong ransel besar di punggung dan.. gendut *oke! ini jujur! jujur!*. seperti biasa (dan saya haqqul yaqin, semua PM pasti melakukan ini) saya mengenalkan sapaan 'halo-hai' pada mereka. awalnya mereka malu-malu, tapi akhirnya mereka mulai kegirangan dan terus-menerus mengucapkan 'haloooooo'.... 'haaaiiiii'.... dan jadilah dua jam pelajaran itu hanya diisi oleh latihan paduan suara 'haaaaloooooooo.....' 'haaaaaiiiiiiiii...' saya bohong! haha *plak! eits, namparnya ga kena* jadi, yang dimaksud dengan sapaan 'halo-hai' adalah saat saya mengucapkan 'halo', para murid harus menjawabnya dengan 'hai'. begitu pula sebaliknya, sapaan 'hai' dijawab dengan 'halo'. Sapaan ini selain berfungsi untuk menarik perhatian mereka dan membuat mereka fokus pada kita, juga bisa menghangatkan suasana yang awalnya kikuk. TIPS PM (PENGAJAR MBAMBET):
  • well, buat orang-orang yang haus perhatian, silahkan mencoba sapaan 'halo-hai'. silahkan buktikan, apakah sapaan anda dibalas dengan 'halo-hai' atau lemparan tomat dan benda-benda yang dalam jangkauan tangan para 'penghujat' anda. setidaknya, bersyukurlah anda tidak ditimpuk sambel karena cabe mahal, pasti eman banget klo dibuang-buang cuma buat nimpuk, haha *ok! jgn timpuk saya, note ini belum selesai*.
kembali ke kelas 4. setelah kami ber'halo-hai', saatnya saya berkenalan dengan isi kelas. meja,kursi,papan,jendela dan tentu saja para muridnya. Karena materi saat itu adalah Pengembangan Diri, maka saya pun menyisipkan materi dengan metode perkenalan. Temanya adalah "Cita-cita". "Anak - anak, saya sekarang ingin berkenalan dg kalian semua, mau?" "Maaaaauuuuuuuuuuuu", mereka menjawab dengan koor panjaaaaaaaaaaaang. "nah, kalau kenalan biasanya apa saja yang disebutkan?", sang guru cantik mempesona bertanya "namaaaaaaaaaa,alamaaaaaaaaaaaat,kelaaaaaaaaasss,hobiiiiiiiiiii,jbanbiuhwhnOI*(&TYB", mereka menyebutkan apa-apa yg biasanya ada di biodata anak esde dengan campuran bahasa jawa,lampung,indonesia, dan... bahasa kebatinan alias diem. "pinteeeerrrr..........", senyuman bidadari *cliing cliing* "oke, sekarang, saya tanya, semuanya punya cita-cita kan?", anak esde pasti jawab "Punyaaaaaaaaaaaa boooooo" (maksudnya 'bu',kedengarannya kyk 'booo') "Saya minta kalian nanti menyebutkan nama dan memperagakan cita2 kalian. Ingat! MEM PE RA GA KAN. Paham?” “paham booooooooooo...”, Lagi, murid2 itupun menyahut dengan koor panjaaaaaaaaaanng. Lalu, satu-satu mereka maju untuk mengenalkan diri mereka. Anak kecil, awalnya saja malu-malu, saling dorong dan tunjuk teman, tapi lama-lama berebut ingin maju. Data statistik kelas menyebutkan bahwa 90% murid perempuan ingin jadi guru, 5% -nya ingin jadi dokter, sisanya... antara iya dan tidak.. ingin jadi guru.Sedangkan  70% murid laki-laki ingin jadi polisi, 10% ingin jadi pemain sepak bola, 10% ingin jadi tentara, 5% ingin jadi dokter, 3% ingin jadi guru, 1% ingin jadi insinyur dan 1% ingin jadi professor (wooowww). Mohon dicatat, saat itu adalah November 2010, sepuluh tahun lagi apakah mereka bisa mewujudkan cita-cita mereka? Semoga. Amin. Kelas 4 ini tergolong kelas yang cukup unik. selama dua bulan saya bercengkerama dengan mereka, selalu saja polanya seperti ini : Hari senin      : kelompok cewek terpecah dan bermusuhan, kelompok cowok kompak. hari selasa      : kelompok cewek dan cowok bermusuhan, sore hari mereka sudah baikan. hari rabu        : kelompok cowok terpecah dan bermusuhan, kelompok cewek kompak (kompak musuhin kelompok cowok,haha) hari kamis      : kelompok cowok dan cewek kompak di pagi hari, di siang hari mereka musuhan, di sore hari mereka udah mainan bareng hari jumat     : urutan di hari kamis dibalik (mainan bareng,musuhan,kompak) hari sabtu      : cewek-cowok kompak nagih les ke saya atau mereka bakal ngegangguin saya sampai hari minggu, hahaha... hari minggu : (ooiii... it’s me time eniwei,hoho) Yah, anak-anak kecil emang lucu banget. Cepet musuhannya, cepet baikannya. Tidak jarang mereka saling pukul atau saling dorong, dengan wajah memerah dan keringat sebesar butir jagung karena menahan amarah pada temannya. Kalau sudah begitu akan ada satu atau dua murid yang mengadu pada guru dan mereka biasanya mengadu pada saya. Oke, pada momen seperti inilah wibawa saya sebagai seorang guru dipertaruhkan! *uhuk uhuk, keselek biji sawit*. Saat menghadapi murid-murid yang sedang bertengkar, biasanya saya tidak langsung memarahi mereka. Pelan-pelan saya tanyakan alasannya kenapa mereka bertengkar. Anak-anak sangat jujur sekali mengatakan apa yang ada di pikiran mereka tapi karena mereka belum cukup pintar menguasai emosi, kata-kata yang keluar jadi berhamburan tak beraturan, jujur saya agak sulit memahami apa maksudnya. Apalagi kalau yang satu ngomong pakai bahasa lampung, yang satu bahasa jawa, yang lain nyorakin sambil bawa sapu, yang lainnya lagi mengendap-endap nenteng tas mau pulang, chaos banget deh. Akhirnya saya pun mengambil tindakan tegas, entah itu diam tanpa suara sambil memandang lekat-lekat anak yang bertengkar atau sekali mengetuk meja dengan keras, cukup sekali saja, sampai perhatian mereka terfokus pada saya. “oke, masih mau berantem?”, itu adalah kalimat pamungkas untuk menghentikan keributan. “sekarang, saya minta kalian semua berbaris dan saling berhadapan. Ikuti perintah saya : silahkan kalian tarik napas dalam-dalam.. hembuskan. Tarik lagi... hembuskan. Sekali lagi. Bagus. Nah sekarang semua saling mengulurkan tangan kanannya. Raih tangan kanan teman di depan kalian”. Saat mendengar perintah ini mereka seringkali protes tidak mau dan yang saya lakukan biasanya adalah menarik tangan sepasang murid dan sedikit memaksakan tangan mereka untuk bersalaman. Pernah ada murid yang meronta-ronta tidak mau, tapi bersyukurnya saya di kelas 4 ini ada seorang anak yang sangat disegani, Ulin namanya, nanti akan saya ulas khusus tentang Ulin. Biasanya Ulin akan berkata tegas dan memaksa temannya agar mau bersalaman, sampai akhirnya temannya mau. Jika sepasang anak yang bermusuhan sudah mau bersalaman, maka teman yang lain biasanya akan mengikuti. Dasar anak-anak, dan ini yang saya suka dari mereka, setelah mereka semua bersalaman belum ada 5 menit mereka sudah saling bercanda dan tertawa-tawa, seolah mereka lupa kalau tadi mereka sudah membuat saya bingung sampai mampus..hh... aaannnaaakkk essdeee.. fiiuhh... eiittsss... jangan dikira kekacauan ini selesai... beberapa saat kemudian mereka pun kompak mengganggu saya,rrrrgg... dasar anak-anak. Saya kadang sampai kewalahan ngadepi segala kejahilan mereka. Tapi, ya sudahlah... asalkan mereka masih bisa tertawa-tawa dan antusias mengikuti pelajaran, saya pun menyilahkan saja tingkah laku mereka yang kelewat aktif. Di tengah pelajaran, jangan dikira saya dihadapkan pada anak-anak lucu yang duduk manis. Salah. Di kelas 4, murid-muridnya selalu ramai. Saat saya menjelaskan materi, ada saja celetukan-celetukan yang terlontar dari mulut mereka, selama itu lucu dan bukan kata-kata kotor, saya masih menolerirnya. Kadang, saat saya menghadap ke papan, beberapa anak iseng mengendap-endap ke meja guru dan menyembunyikan satu atau dua barang saya. Saya sering memergokinya, tapi saya biarkan saja. Saat saya membalikkan badan, saya akan berjalan ke arah si anak dan mengulurkan tangan saya, isyarat bahwa saya ingin barang saya kembali. Murid, biasanya akan nyengir lalu dengan malu-malu mereka menyerahkan barang yg mereka sembunyikan sambil mengucapkan maaf. Hehe.. ah... saya benar-benar tidak bisa memarahi mereka.. Murid-murid kelas 4 memang lengkap. Ada yang hiperaktif, pendiam, ada yang sangat disegani dan selalu jadi pemimpin (ini adalah Ulin), ada yang rajin, ada yang manja dan suka mengeluh, ada yang sangat manis, ada yang suka menyanyi, ada yang suka curhat, ada yang jago olahraga, ada yang kaya, ada yang memprihatinkan, penuh kreativitas dan selalu bersemangat, tapi yang saya suka dari mereka adalah mereka selalu solid, dalam kebaikan maupun keisengan, haha. Walaupun karakter dan latar belakang mereka berbeda, walaupun mereka sempat saling bermusuhan, tapi untuk urusan tolong-menolong sesama teman mereka sangat kompak. Selalu. Huhu... saya jadi kangen sama murid-murid kelas 4... Jiiiaahhh.... kenapa jadi menyamenye gini yeee... haha... oke2, dear readers, kapan-kapan akan saya lanjutkan cerita tentang ‘para tokoh kelas 4’ dan cerita tentang kelas yang lain. Keep reading my story.. hoho.

Cerita Lainnya

Lihat Semua