info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Sapaan pagi dari Teluk Rhu

Nesia Anindita 17 Mei 2011
Teluk Rhu! Ya seperti namanya, desa Teluk Rhu terletak di bagian teluk pulau Rupat, kabupaten Bengkalis. Desa Teluk Rhu terletak berbatasan langsung dengan selat malaka. Yak! Betul sekali saudara-saudara, desa saya ini benar-benar berhadapan langsung dengan negeri Jiran, Malaysia. Bahkan saat malam hari, ketika langit cerah tak berawan, terlihat jelas kerlap-kerlip lampu mercusuar Malaysia di kejauhan sana. Hanya membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit untuk menyeberang langsung dari Teluk Rhu ke Malaysia, bahkan bertahun-tahun yang lalu, karena lokasinya yang bertatapan langsung dengan Malaysia, Teluk Rhu merupakan lokasi penyeberangan tenaga kerja asal Indonesia alias TKI untuk bekerja ke Malaysia.  Ketika dulu, Teluk Rhu sempat di kenal dengan nama desa TKI karena banyaknya berbagai macam pendatang mulai dari pulau Jawa, Flores, hingga Sumatera yang akan menyeberang ke Malaysia untuk bekerja menjadi TKI. Akan tetapi sssssstt.. ternyata penyeberangan melalui Teluk Rhu ini termasuk penyeberangan ilegal! Bahkan sering perahu yang membawa puluhan orang berdesak-desakan didalamnya berangkat malam hari saat gelap sehingga tidak kelihatan dan dapat mengelabui polisi laut di perbatasan. Selain berangkat hanya malam hari, ternyata perahu yang penuh dengan calon-calon TKI tersebut tidak berenti di dermaga atau pelabuhan Malaysia, tetapi perahu berhenti di tengah2 laut, dan untuk menghindari tangkapan polisi, para calon TKI ini pun berenang satu persatu menuju daratan Malaysia.Akan tetapi  kini sejak larangan dan peraturan daerah perbatasan antara Indonesia-Malaysia ditegakkan (eh? Ditegakkan?) diperketat maksud saya, penyeberangan TKI melalui desa Teluk Rhu sudah semakin jarang, bahkan sudah tidak ada lagi. Di Teluk Rhu ini, jika kita bertandang ke warung, hampir 90% dari barang-barangnya, mulai dari minuman kecil hingga snack-snack kecil, dan minuman bersoda adalah produk keluaran Malaysia. Tentunya barang-barang tersebut akan lebih murah bila dikirim dari Malaysia, hanya tinggal menyeberang sekali, dibandingkan harus menunggu kiriman dari Dumai, atau Pekanbaru yang jauh dari Pulau Rupat ini. Bahkan jika mendengar cerita dari warga disini, justru mata uang yang digunakan didesa ini adalah Ringgit, mata uang Malaysia! Bukan mata uang negara kita! Hal tersebut dikarenakan lokasinya yang sangat berdekatan dengan Malaysia, dan proses jual beli jauh lebih banyak didominasi antara Rupat-Malaysia, maka mata uang yang lebih banyak digunakan adalah Ringgit, bukan Rupiah. Hingga kini pun, saat ada pernikahan atau upacara besar, warga Teluk Rhu membeli daging atau ayam dikirim langsung dari Malaysia. (Bahkan katanya harganya jauh lebih murah dari pada harus beli di Dumai..) Untuk honda (sebutan orang di daerah sini untuk sepeda motor) sendiri, hingga kini masih banyak didominasi oleh honda-honda asli Malaysia. Honda-honda Malaysia sejak 1980-an masuk secara bebas, bahkan begitu kapal datang dengan membawa honda Malaysia, cukup diletakkan di pantai, dan setelah transaksi selesai, honda malaysia itu sudah bisa di bawa langsung berkendara di pulau rupat ini. Dengan mengocek kantung mereka bisa mendapatkan  honda bermerk Malaysia dengan harga yang jauuhhhh lebih murah dan awet. Dulu, saat masih tahun 1930an satu-satunya alat transportasi berupa sepeda pun didatangkan dari Malaysia! Mayoritas masyarakat di Teluk Rhu ini adalah Melayu, Flores, dan Cina. Banyak yang mengatakan asal mula suku melayu di Teluk Rhu ini aslinya adalah dari Melayu Malaysia, oleh karena itu bahasa melayu yang digunakan di Teluk Rhu ini berbeda dengan desa-desa lainnya di Pulau Rupat, apalagi di daratan Sumatera. Bahasa Melayu Teluk Rhu sama persis seperti menonton Ipin Upin! Yak betul sekali lagi, Bahasa Melayu disini menggunakan huruf ‘e’ yang sama persis dengan orang Malaysia, bahkan kosa kata nya sendiri betul-betul berbeda dengan Bahasa Indonesia. Saya dibuat pusing dan kebingungan saat pertama kali mendengarkan para guru mengobrol di ruang guru. Dengan logat melayu malayu yang sangat kental, tidak ada bedanya bahasa yang digunakan di Teluk Rhu dengan di Malaysia. Orang Flores? Kenapa bisa sampai banyak warga Flores berada di teluk Rhu? Ternyata orang-orang Flores tersebut awalnya berniat untuk menyeberang ke Malaysia untuk mencari peruntungan sebagai TKI di Negeri Jiran tersebut, namun akan tetapi sesampainya di Pulau Rupat, ternyata dana yang mereka miliki tidak mencukupi biaya penyeberangan ke Malaysia. Lambat laun akhinrya mereka pun bertemu dengan jodoh, menikah, memiliki anak, dan tinggal menetap di Teluk Rhu. Suku Cina? Nah ternyata ada cerita lagi dibalik banyaknya warga Cina di daerah Rupat. Ternyata mereka justru aslinya berasal dari Malaysia yang sebetulnya asli langsung dari daratan Cina! Yak kira-kira sekian dulu sedikit informasi mengenai desa tempat penempatan saya hingga bulan November mendatang, post blog selanjutnya akan lebih mendetail lagi mengenai si desa Teluk Rhu ini. Nesia Anindita undur diri saudara saudari :D ~!

Cerita Lainnya

Lihat Semua