info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Ruang Pustaka, Ruang Rahasia

Nesia Anindita 23 Juli 2011
Hari Sabtu. Sabtu yang cerah dan berangin, angin laut sedang kencang, ombak pantai terdengar berdebur-debur dari lapangan sekolah SD 03 Teluk Rhu. Seperti biasa hari sabtu pagi diawali dengan senam sehat Riau. Hari ini karena guru-guru baru segelintir yang nampak, saya pun berkesempatan untuk membunyikan bel masuk, dengan ketukan panjang trengtrengtrengtreng dan ketukan pendek tiga kali teng teng teng maka berkumpullah anak-anak murid kelas 1 sampai kelas 6. Sambil membariskan anak-anak dan merentangkan tangan mereka persiapan untuk memulai senam Riau, beberapa anak membantu menggotong tape ke depan lapangan. Beberapa menit kemudian lagu senam sehat Riau mulai berkumandang dan Pak Rafik dengan badannya yang tambun kekar bergerak-gerak lincah semangat ’45 sebagai instruktur senam. Saya pun mengambil posisi di sebelah Pak Toma, guru SBK sekolah, di barisan kelas anak-anak kelas 4 dan ikut bersemangat menirukan gerakan-gerakan senam Riau yang nampak seperti gabungan tarian Riau dan senam aerobik kesehatan. Kurang lebih setengah jam kemudian senam pun selesai, anak-anak langsung berlarian menuju kelasnya masing-masing. Beberapa guru kelas masuk ke kelasnya masing-masing, lainnya pun masih duduk-duduk di lapangan sekolah sambil asik mengobrol. Hari Sabtu, adalah hari yang dikhususkan untuk pengembangan diri maupun untuk lingkungan hidup, tapi tergantung dengan guru kelas masing-masing, anak-anak mengikut kegiatan belajar mengajar cukup hanya beberapa jam saja. Kebanyakan guru-guru juga asyik mengobrol, menunggu penghujung waktu sekolah selesai jam 11 nanti. Sebagai guru bidang studi Bahasa Inggris, hari Sabtu sendiri adalah hari kosong saya dalam kegiatan belajar mengajar. Minggu-minggu kemarin saya memang mengkondisikan diri untuk menghabiskan hari Sabtu saya untuk bersosialisasi dengan guru-guru lainnya, akan tetapi minggu ini saya punya rencana lain! Sambil memegang untaian kumpulan kunci- kunci sekolah saya pun berjalan menuju sebuah rumah dinas guru yang sudah tidak dihuni. Beberapa anak yang berlarian di lapangan mulai mengikuti saya sambil berteriak-teriak “Bu! Nak kemane? Bu? Nak kmane?” teriak mereka sambil berlari-lari kecil mengikuti saya. Saya hanya menyengir lebar sambil menunjuk ke arah rumah dinas kosong tersebut. “Pustaka bu? Pustaka? Nak buka pustaka?” “Iya, Ibu nak buka pustaka” ujar saya menenangkan anak-anak yang semakin melonjak-lonjak dan berlarian mengikuti saya. “Hore!! Pustakaa buu! Pustaka! bu Nesia nak buka pustaka!” teriak mereka sambil berbisik-bisik memberitahukan teman-temannya yang lain. Sesampainya saya di rumah dinas tak berpenghuni tersebut, dan membuka grendel kunci gemboknya, anak-anak langsung berebutan berusaha untuk masuk ke dalam. Dan ternyata di dalam rumah dinas ini telah disulap menjadi tempat penyimpanan barang-barang sekolah yang tidak digunakan, buku-buku, hingga disebut juga sebagai ruang UKS karena terdapat kasur didalamnya. Rumah dinas yang tidak dihuni ini disebut sebagai ruang pustaka. Begitu pintu dibuka, terlihatlah betapa tidak pernah didatanginya rumah ini. Di lantainya berserak-serak reruntuhan kotoran dari atap, bocelan dinding, dan juga bangkai serangga yang mati dan berjatuhan. Serta tak lupa sawangan jaring laba-laba dan debu yang menempel di sudut-sudut ruangan. Anak-anak dengan sigap langsung berebut menghampiri lemari buku dan memilih buku, dan tanpa peduli kondisi lantai yang kotor langsung saja mencari posisi nyaman, membuka buku, dan mulai menikmati membaca tersebut dengan didikte dan dibaca keras-keras. Dalam beberapa menit rumah kosong tersebut langsung ramai dengan celotehan belasan anak yang sibuk membaca buku dengan suara cempreng mereka. Sambil melihat-lihat kondisi rumah yang sebenarnya tampak siap huni tersebut saya menemukan sapu dan mulai membersihkan lantai ruangan ruang pustaka yang seperti habis terkena perang dunia III tersebut. Dengan kibasan sapu dan debu yang berterbangan kemana-mana anak-anak tetap tak tergubris dan terus membaca bahkan mereka hanya mengangkat sedikit pantat mereka, dan begitu sapu telah lewat, mereka langsung duduk lagi dan lanjut membaca. Saya tertawa geli sendiri melihat beberapa anak bersin-bersin tapi tetap saja lanjutt membaca. “Sedaplah bu buka pustaka! Sudah lama bu kami tak baca buku macam ini” celoteh Suraya, seorang anak kelas 5. “Lah memang kapan terakhir ruang pustaka dibuka?” “Laamaaa bu! Waktu Suraya masih kelas 4, eh atau kelas 3? Entahh bu!” “Iya bu! Tak kejap bu, Lamaaaa betul bu. Lamaaaa betuul. Macam ruang rahasia sajo Bu!” Timpal anak-anak lainnya turut menambahkan. “ dan mereka kembali tenggelam menikmati membaca buku kembali. Kalau Suraya sekarang sudah kelas 5, berarti saat Ia kelas 3 atau kelas 4, berarti sudah kurang lebih 2 tahun lamanya ruang pustaka ini tak pernah dibuka! Usut diusut, ternyata memang sudah sejak 2-3 tahun yang lalu, pustaka memang tidak pernah dibuka lagi. Kebanyakan buku-buku di dalam perpustakaan memang buku-buku cetakan lama yang sudah menguning halamannya. Tak sedikit juga yang masih menggunakan ejaan lama. Tapi ada juga buku-buku kisah nabi yang masih apik, serta buku cerita-cerita rakyat. Sungguh menyenangkan melihat betapa antusiasnya anak-anak membaca buku. Dengan buku yang terbatas ini mereka begitu menikmati melahap kata demi kata dalam lembaran-lembaran menguning tersebut. Ah, saya jadi teringat saat saya kecil dulu. Nesia kecil yang benar-benar kutu buku, menikmati tenggelam dalam dunia imajinasi lewat rangkaian kata-kata! Saat jam sudah mendekati pukul 11, anak-anak berangsur-angsur pulang meninggalkan pustaka. Saya membereskan kursi-kursi, dan merapihkan buku kembali ke raknya. Suraya, Yeni, serta Cindy masih tetap menemani saya dalam pustaka, membantu membereskan ruangan tersebut. Ketika sedang mengunci ruangan itu kembali, Suraya berucap “Bu, jangan dikunci terus lagi ya bu pustaka! Kami nak baca buku terus!” Saya tersenyum lebar mendengar permintaan polos Suraya. Tentu nak! Selama Ibu disini, tidak lagi ruangan ini ditutup terus dan tak dibuka. Mengubur buku-buku yang ingin kalian baca didalamnya.Mulai sekarang tiap hari sabtu, tiap minggunya, pasti Ruang Pustaka akan terbuka lebar untuk kalian semua, agar buku bisa kita nikmati bersama-sama!


Cerita Lainnya

Lihat Semua