info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Pulau Rupat - Teluk Rhu

Nesia Anindita 13 Februari 2011
Teluk Rhu, 7 Desember 2011 Pagi ini saya terbangun dengan perut mulas dan sedikit gugup. Rasanya hari ini seperti kembali pada masa deployment awal kemarin! Ya bagaimana tidak, hari ini saya, pipit, agus, dan wildan akan berangkat ke desa kami yang baru di pulau rupat. Sekolah baru, keluarga baru, masyarakat baru, desa baru! Pertanyaan-pertanyaan banyak terbersit dalam otak saya mengenai desa tempat saya akan tinggal, tapi saya segera mengenyahkan pikiran-pikiran tersebut. No expectation! No expectation! Teriak saya dalam hati. Pada awalnya kami berencana  akan berangkat menggunakan speed boat kecil yang hanya dapat muat untuk 6 orang. Akan tetapi dengan pertimbangan buruknya cuaca, angin kencang dan ombak besar, maka akhirnya Mas Dasuki, fasilitator kabupaten kami di Bengkalis ini membatalkan rencana tersebut. Demi alasan keamanan kami pun berangkat dengan menggunakan speed untuk penumpang umum dengan kapasitas penumpang yang jauh lebih banyak. Pukul 9 kami berempat dan semua barang-barang kami yang berjubel bersiap di pelabuhan. Kapal yang akan kami gunakan adalah speed Jupiter, kapal tersebut bisa dibilang baru belakangan ini beroperasi dengan rute Dumai-Titi Akar-Tanjung Medang. Fisik kapal sendiri sangat baik, bersih, berAC, bahkan layar flat luar biasa lebar terpampang di bagian depan tempat duduk penumpang. Selama perjalanan hampir dua jam kami dihibur dengan jogetan dan nyanyian dangdut “keong racun”di tv lcd luar biasa luas yang diulang berkali-kali selama perjalanan, dan saya pun sukses tertidur pulas karena sebelumnya meminum obat anti mabuk laut. Titi akar, sesampainya kami di desa tempat Wildan akan tinggal, kami bertandang ke rumah pak kepala sekolah Agus, di Hutan Samak, makan siang,dan  berkunjung ke rumah tempat Wildan akan tinggal selama satu tahun mendatang. Bapak dan Mamak Wildan terlihat sangat ramah, rasa kekeluargaan dan ramah tamah ala jawa sangat terasa di rumah ini. Halaman rumah wildan sangat luas, diramaikan dengan soang-soang serta ayam yang asik berjalan-jalan. Rumahnya terbuat dari Kayu akan tetapi sangat terlihat nyaman dan adem, wah saya tak sabar untuk berkunjung bermain kerumah Wildan nanti-nantinya! Menuju pukul 3, saya, Pipit, dan Mas Dasuki mulai bersiap untuk kembali ke pelabuhan Titi Akar, menunggu speed untuk menuju Tanjung Medang, pelabuhan tempat kami akan menuju desa. Sambil berdadah-dadahan dengan Wildan dan Agus, saya, Pipit, dan Mas Dasuki pun menaiki speed Jupiter. Dari Titi Akar ke Tanjung Medang sendiri hanya membutuhkan waktu kurang lebih 30-40 menit, dan akhirnya sampailah kami di Tanjung Medang. Dengan dijemput beberapa honda (motor), kami pun beranjak ke desa Teluk Rhu, menuju rumah yang akan saya tempati satu tahun mendatang, rumah Bapak Bachtiar dan Ibu Suratmi. Perjalanan dari Tanjung Medang ke Teluk Rhu sendiri memakan waktu kurang lebih 40 menit, jalanan terdiri dari jalanan aspal, jalanan aspal yang bergelombang dan berbolong-bolong cukup rusak, pasir, hingga jembatan yang terdiri dari susunan batang kelapa yang terlihat cukup ‘menantang’ sang pengemudi honda. Sambil tertiup angin semilir dan melewati jalanan yang serasa naik kuda, tibalah kami di gapura dengan tulisan “Pantai Pesona Teluk Rhu” beberapa meter kemudian kami sampai di SD 03 Teluk Rhu. Bangunannya berdiri kokoh, terlihat besar dan berkondisi fisik sangat baik, lapangan yang telah diaspal, dan.. sampailah saya di rumah Pak Bachtiar. Pak Bachtiar adalah bapak Pengawas Sekolah Dasar di kecamatan Rupat Utara, sedangkan Ibu Suratmi adalah pejabat sementara kepala sekolah di SD 03, SD tempat saya akan mengajar nantinya. Teluk Rhu, ternyata seperti ini bentuknya, semoga saya dapat memberikan sesuatu yang bermakna bagi anak-anak, bagi masyarakat, dan bagi Desa Teluk Rhu untuk kedepannnya. Salam jumpa wahai Teluk Rhu (:

Cerita Lainnya

Lihat Semua