Premier mengajar pertama : kelas 3B
Nesia Anindita 17 Juli 2011
Akhirnya tiba saatnya saya bertemu dan bertatap muka langsung dengan anak-anak SD3 Teluk Rhu! Bertatap muka, berinteraksi, mengajar mereka didepan kelas. Awal mengajar saya diberi kesempatan untuk langsung mengisi kelas 3B karena guru wali kelasnya sedang tidak bisa hadir, sambil berseri-seri saya pun masuk dan mulai mengajar!
.....
2x35 menit kemudian. Saya keluar kelas dengan berpeluh-peluh dan langsung mengambil minum di ruang guru. Setuang penuh gelas teh manis. Mengelap keringat yang bercucuran. Dan terduduk lemas.
Bayangan pertemuan pertama saya dengan anak-anak ini tidak pernah .. saya ulangi lagi.. tidak pernah saya sangka akan berubah menjadi seperti 2x35 menit yang baru saja berlalu.
Total anak pukul-pukulan dikelas = 5 anak
ronde 1 : 2 anak, ronde 2 : 3 anak sekaligus
Total anak menangis = 7 anak
2 anak menangis karena dipukul temannya, 1 anak menangis karena penghapusnya diambil temannya, 1 anak menangis karena tasnya dibuang keluar oleh temannya, 2 anak menangis karena berantem.
Total anak keluar dari kelas (baca : pergi begitu saja dari kelas) = 2 anak
....
Semua sinyal hai dan halo tidak direspon anak. Usaha menghadirkan suasana yang ceria gagal karena tiba-tiba banyak anak yang ringan tangan memukul temannya. Ucapan-ucapan canda atau ejekan yang tidak pantas diucapkan untuk temannya yang berbeda ras.
Dan ¾ waktu mengajar saya, saya gunakan untuk melerai anak berantem, menasehati anak yang memukul temannya, melerai anak pukul-pukulan, menasehati anak, berlari mendiamkan anak, berlari menenangkan anak yang menangis histeris, mendiamkan kelas dengan sinyal namun tetap saja tak berhasil dengan sukses.
Ada si Eko yang terlihat jauh lebih besar dari teman-teman kelas 3 nya dan ternyata sudah dua kali tidak naik kelas, selalu asik menjotos teman-temannya. Ada Sumardi yang berlari keliling kelas dan melempar tas dan buku kawannya. Ada Riki yang berteriak-teriak tak henti, berkelahi dengan Eko hingga pukul-pukulan di lantai dan berakhir dengan menangis menjerit-jerit. Ada Frengki yang menangis terus karena dipukul dan dicoret bukunya oleh Boton. Terdapat 28 siswa, 6 diantaranya perempuan, dan sisanya laki-laki. Yak, 22 siswa laki-laki. Bayangkan saja.
Wah ini dia namanya tantangan dalam menghadapi perilaku anak! Sambil mengusap keringat yang terus bercucuran dan memijit-mijit kaki yang telah asik berlari di dalam kelas mengejar anak satu-satu, saya berusaha menenangkan diri dan memutar otak : mampukah saya menjinakkan kelas ini untuk kedepannya?
11 Bulan, masih bisa!
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda