info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Honda : petualangan abad ini!

Nesia Anindita 31 Desember 2010
Honda, itulah sebutan orang-orang di daerah Bengkalis untuk menyebut kendaraan yang sangat diandalkan disini. Honda tak lain tak bukan tidaklah hanya sebagai merk kendaraan, akan tetapi sudah menjadi kata ganti untuk sepeda motor. Di balai Pungut sendiri, mobil masih bisa dihitung dengan jari. Sedangkan motor? Mau tak mau setiap keluarga harus memiliki setidaknya satu honda. Hal tersebut dikarenakan jarang sekali oplet yang mau masuk ke daerah dalam desa Balai Pungut, dan untuk menjangkau berbagai tempat honda lah yang mereka andalkan sebagai alat transportasi utama. Saya sendiri sejak dulu tidak terlalu sering berurusan dengan motor. Saat dari kecil hingga SMA di Jakarta, bisa dihitung berapa banyak saya naik sepeda motor. Pertama karena memang tidak ada motor dirumah, kedua karena.. (jengjeng) memiliki orang tua yang sangat protektif soal keselamatan dalam berkendara. Alkisah ibu saya selalu menceritakan bahayanya naik motor, bagaimana dulu waktu kuliah ibu saya pernah dibonceng ayah saya dan jatuh terseret-seret, dan lain sebagainya. Tentunya bagi Nesia kecil hal tersebut sedikit membawa rasa traumatis tersendiri jadinya tidak pernah berusaha untuk coba-coba naik motor dan sebagainya. Akan tetapi saat kuliah di Bandung justru saya lumayan suka menebeng motor teman kuliah. (habis ini dimarahin nih ketahuan suka curi-curi naik motor tanpa bilang-bilang sama emak sendiri huehuheu) Nah di Balai Pungut? Justru ceritanya sangat berbeda dan seru. Si Bapak memiliki honda yang tidak jelas merknya, kecil, tidak memiliki spion, tanpa pegangan belakang, dan saat mengerem dia harus menjejakkan kakinya kuat-kuat ke tanah sampai-sampai sendal yang ia pakai menjadi tipis. Nah! Ceritanya menjadi semakin seru saat saya ikut menumpang di honda Bapak ini. Si bapak hobi sekali mengebut. Dan ngebutnya bukan ngebut tipe yang ngebut saja, ngebutnya harus pakai capslock jadi NGEBUT karena memang ngebutnya tidak santai dan serasa motor GP. Jalanan di Pinggir memang sangat bergelombang, biasanya jalanan ini dilalui oleh truk-truk gandeng pengangkat hasil minyak dan menyalurkannya ke perusahaan-perusahaan dan daerah-daerah tujuan. Karena dilalui oleh kendaraan berat seperti truk-truk itu, jalanan menjadi tidak rata, dan tentunya jalan 2 jalur tersebut pasti berhadapannya dengan laju truk-truk gandeng yang innamakjan nya besar itu bukan? Tanpa Helm dan pengaman si bapak melaju menantang truk-truk itu, menyalip dan memacu hondanya melewati jalanan di Pinggir. Si Bapak sepertinya tenang-tenang saja, tapi saya di belakang sudah seperti Marge Simpson dan didalam hati sudah komat-kamit semua doa yang bisa saya ingat di dalam otak. Doa kendaraan, doa al-fatihah, doa ayat kursi, zikir, doa sebelum makan (lho?), pokoknya semua doa saya baca didalam hati kencang-kencang! Untuk dapat berkumpul bersama Roy, Agus, dan Pipit, kami harus naik honda dulu. Dan pertemuan urgent (untuk makan bakso.red) mengharuskan kami untuk langsung menuju desa Pinggir, desa tempat Agus tinggal. Agus menjemput saya, tetapi Pipit juga ternyata ikut. Jadilah kami bertiga saling berboncengan diatas motor pinjaman Agus. Agus-Saya-dan Pipit. Setiap ada jeglukan di tengah jalan saya harus menahan badan agar tidak mendorong Agus kedepan dan tetap seimbang sambil membawa barang-barang saya. Pengalaman yang sangat ajaib! Menembus berkilo-kilo meter sambil berbonceng tiga melewati jalanan penuh tikungan tajam dan bertatapan dengan berbagai truk gandeng pengangkut minyak. Gendeng! Untuk Agus baik-baik saja dan kami masih selamat sampai tujuan. Tapi yang paling menderita memang Agus, dua nyawa anak orang ditangannya dan makin lama karena kami semakin merosot ke depan Agus ternyata duduknya sudah semakin penuh perjuangan! Huehueheh. Pengalaman dengan honda tidak berhenti disini saja. Pada suatu waktu, setelah berkumpul di tempat Roy di desa Muara Basung, saya dan Pipit terpaksa memfotokopi surat hingga malam, dan karena sudah jam 8 malam, ojek honda pun sudah tidak ada lagi. Kebingungan cara untuk pulang, kamipun akhirnya meminta tolong kepada abang fotokopi yang sedang ingin mencari umpan untuk memancing di sekitar Pinggir untuk mengantarkan kami ke desa. Berangkatlah dua abang fotokopi itu mengantarkan kami berdua. Setelah mengantarkan pipit dua abang fotokopi ini berinisiatif untuk melewati jalan putar yang berbeda menuju Balai Pungut “sekalian liat liat ya kak!” teriak si abang fotokopi 1 sambil menyusul honda yang dikemudikan abang fotokopi 2. Abang fotokopi 2 ternyata adalah pemain organ tunggal yang suka disewa saat ada acara pesta dan nikahan. Abang fotokopi 2 ternyata pernah bekerja di chevron sebagai buruh pengaduk minyak. Abang fotokopi 2 ternyata sudah dua kali ke Jakarta untuk membeli alat-alat  band dan speaker. Abang fotokopi 2 ternyata.. Saking lamanya perjalanan saya bahkan bisa membuat buku biografi untuk abang fotokopi 2. Tiba-tiba abang fotokopi 1 dan fotokopi 2 terkekeh kekeh, katanya mereka bingung jalan. Saya panik. Duh jangan-jangan saya dikibulin dan malah dibawa lari ke mana. Mereka kemudian malah asik bercerita seram tentang adanya pocong dan sebagainya di hutan sawit. Masalahnya, tempat mereka cerita ya kiri kanan ya hutan sawit! Heaaaaa.. Saya semakin stress saat berkali-kali dengan kecepatan tinggi mereka kebingungan jalan, lho katanya orang sini tapi bingung jalan. Saya makin khawatir takut dibawa dan dijual ke perdagangan anak ilang atau apalah. Sambil bercengkerama mengobrol antar abang fotokopi 1 dan abang fotokopi 2 dan memacu honda mereka dengan kecepatan tinggi, saya mulai mengenali jalan menuju Balai Pungut. Tapi tidak bijak memang untuk menghela napas lega dan bertenang diri. Jalanan menuju desa saya memang sangat berliku-liku. Dan si abang fotokopi 1 dan 2 pun memacu hondanya makin lama makin kencang. Kencang. Kencang. SANGAT KENCANG hingga ketika ada belokan tajam honda yang saya tumpangi pun melesat dengan kecepatan tinggi, bagai pembalap motor GP honda pun berbelok hingga miring 45 derajat ke tanah. Saya mencengkeram dudukan jok hingga jemari saya memutih kaku. Namun tidak sampai situ saja saudara-saudara! Jalanan Balai Pungut berliku, serta bergelombang. Saat ada bagian jeglokan honda pun melayang. Yak. Saya tidak menggunakan majas hiperbola saudara-saudara sekalian. MELAYANG. Saya pun sempat melayang beberapa detik dari atas jok honda di udara sebelum akhirnya kembali berdebum saat honda kembali menyentuh jalanan. Rollercoaster? Halilintar dufan? Wahana Universal Studio Japan di Kyoto. PLEASE! Wahana honda di jalanan balai pungut lebih mengerikan dan penuh adrenalin lebih dari apapun! Saya ingat telpon dari Ibu saya beberapa hari yang lalu Bunda : Kamu naik apa kesana? Saya : Naik motor bun. Naik honda. Bunda : Kamu pake helm? Saya : mmm Bunda : Jangan ga pake helm ya! Pokoknya keamanan nomor satu! Bunda ga mau tahu kalo kamu... dll.. dll. (bagian sini di potong saja ya saudara-saudari pokoknya siapapun anda jangan lupa pakai helm ya, itu peringatan dari ibu saya pokoknya )..pokoknya mau kamu di mana kek helm tetep pake! Saya : iya bunn.. iya.. Bunda : Jangan lupa pake jaketnya! Di dobel ya! Jaketnya pakai 2! Saya : iya bun.. iya.. Bunda : Pakai kacamata anti debu, nanti mata kamu sakit lagi! Saya : iya bun.. iya.. Bunda : Pakai tutup kepala! Saya : iya bun.. iya.. Bunda : Pakai syal! Tutupin leher, dada, kepala, semuanya pakai syal! Saya : iya bun.. iya.. Bunda : Pakai sarung tangannya! Tutup semua bagian tangannya! Pakai kaos kaki juga! Saya : iya bun.. iya.. errm Bunda : Pakai penutup kuping! Biar ga kena angin! Kupingnya tuh ditutupin nanti masuk angin kamu! Saya : (???) (penutup kuping? Kayak yang buat salju-salju itu?) ???? ***** Kalau pun saya mengikuti semua petunjuk “cara naik motor” ala ibu saya pasti saya akan jadi mumi yang siap ke antartika dan membonceng di belakang kemudi honda entah siapa itu. Tapi ya mau bagaimana lagi. Petualangan honda pokoknya petualangan abad 21 banget deh! Seharusnya halilintar dan rollercoaster dicoret dari daftar wahana di dufan, this wahana honda pokoknya super rush your adrenalin sampe ke ubun-ubun !! PS.Saat menulis blog ini saya benar-benar bersyukur masih hidup lho :D PSS.maaf ya bun, helm aja jarang bisa didapetin bun di pinggir, apalagi syal, sarung tangan dan penutup kupingnya , hmfufu ;p (nakal)

Cerita Lainnya

Lihat Semua