Keseruan Pramuka di Danau Sentarum (Part 1)

Muhammad Ihsan Nugraha 3 Juni 2015

Ini adalah sebagian cerita dari kemajuan penggerak lokal di Desa Semalah, salah satu desa penempatan Pengajar Muda Indonesia Mengajar.

Desa ini berada di Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Desa yang dikelilingi Sungai Batang Leboyan, bagian dari aliran Sungai Kapuas, dan hutan belantaranya Danau Sentarum. Akses ke desa bisa ditempuh seharian menggunakan perahu bermesin dari Kota Putussibau. Listrik masih mengandalkan genset desa yang hanya menyala dari jam 18.00 sampai 22.00 dan sinyal yang terbatas di bagian tertentu dinding rumah.

Tapi, dengan semua keterbatasan yang ada di desa ini, Kami membuktikan bahwa kegiatan pramuka di sekolah bisa dilaksanakan dengan SERU.

Begini ceritanya...

Siapa sangka, 30 tahun-an sekolah berdiri, baru kali ini dilakukan Kemah Pramuka dengan api unggun super besar yang berasal dari susunan kayu-kayu tinggi hasil karya guru dan anak-anak laki-laki.

Kegiatan 2 hari 1 malam yang sangat SERU karena dilakukan bersama-sama dan tentunya dengan suasana bahagia. Mungkin itu rumus sederhana yang bisa saya temukan di setiap kegiatan yang dilakukan di desa ini. BAHAGIA.

Hari Sabtu pagi adalah jadwalnya anak-anak berlatih pramuka dan olahraga. Namun, untuk Sabtu ini mereka hanya diberi pengarahan untuk membawa bersiap-siap dengan barang bawaan pribadi dan regu, serta menyiapkan beberapa penampilan seru dari masing-masing regu.

Kami, bapak guru yang dibantu oleh anak laki-laki langsung menyiapkan kayu-kayu tinggi untuk api unggun super besar ala Desa Semalah, sedangkan ibu guru yang dibantu anak perempuan dan ibu-ibu di sekitar sekolah menyiapkan makanan untuk makan bersama di malam hari.

Malam minggu kali ini sungguh sangat berbeda, lapangan sepak bola yang menjadi pusat kegiatan Api Unggun sudah ramai dikunjungi warga dari semua umur. Bagi mereka, hal seperti ini sangatlah langka dan sulit ditemukan jika tidak ada guru yang mau memulainya.

Anak-anak pun sudah siap dengan yel-yel dan penampilan seru yang akan membuat penonton tersenyum, bahkan tertawa melihat keceriaan dan kreativitas anak-anak pedalaman yang ternyata sangat berani menampilkan kemampuan menyanyi, berpantun, dan berpuisi.

Tapat jam 21.30 kami menyelesaikan Api Unggun dan beristirahat bersama di ruang kelas. Ini yang membuat saya kagum: guru-guru di sini sangat bertanggung jawab terhadap keamanan dan kenyamanan anak-anak, serta memastikan semua tidur dengan nyenyak. Mereka pun ikut tidur bersama di tengah-tengah 2 ruang kelas yang dijadikan 1. 

Kesenangan berapi unggun tidak mengurangi makna dari pelajaran hidup untuk anak-anak, terutama pendidikan agama. Kami bangun dan sholat berjamaah dalam suasana hujan lebat. Anak-anak menyikat gigi dan mengambil air wudhu di sungai depan sekolah untuk bersama-sama melaksanakan Sholat Subuh.

Setelah makan pagi bersama, semua pulang ke rumah di desa masing-masing. Anak-anak di Desa Telatap dan Sungai Pelaik (desa tetangga), pulang bersama menggunakan perahu. 

Kami semua pulang dengan suasana hati senang dan bahagia.

Ini adalah bukti keseruan yang sudah kami lakukan di SDN 12 Semalah.


Cerita Lainnya

Lihat Semua